Ketidakpahaman sangat nyata Richard Dawkins, yang terjerembab ke dalam kegelisahan dan ketakutan mendalam pasca pengungkapan dalam Atlas Penciptaan tentang ratusan bukti yang melumatkan teori evolusi, kini diderita pula oleh harian berbahasa Turki Hürriyet! Surat kabar itu menderita pula ketidaktahuan yang dialami Dawkins, yang menjelaskan di situs internetnya bahwa gambar seekor serangga di dalam buku Atlas Penciptaan, yang sebenarnya adalah benda tiruan, sebagai suatu kesalahan dan dengannya berupaya menyembunyikan dampak dahsyat Atlasitu di tingkat dunia, dan mengira bahwa hal ini bagaimanapun juga merupakan sebuah temuan besar.
Gambar serangga tiruan yang tercantum dalam Atlas Penciptaan adalah mewakili makhluk hidup yang masih hidup saat ini dan fosilnya yang berusia jutaan tahun lalu juga telah ditemukan. Apakah itu barang tiruan atau asli tidaklah ada bedanya. Yang menjadi titik penekanan penting adalah bahwa serangga ini, yang telah hidup jutaan tahun di masa lalu, sekarang ini masih hidup, dalam bentuknya yang persis sama.
Bangkai mati terawetkan dari banyak makhluk hidup yang sekarang masih belum punah dipaku dan dipamerkan secara luas di berbagai tempat. Ini tidaklah menunjukkan bahwa organisme-organisme ini tidak hidup di masa kini; sebaliknya, masyarakat diperlihatkan bentuk-bentuk awetan tersebut sebagai contoh makhluk-makhluk yang masih hidup ini.
Fosil di dalam batu damar ini adalah asli; ini adalah seekor lalat kadis (caddis fly) berumur 25 juta tahun di batu damar asal Dominika. Benda tiruan ataupun gambar foto dapat digunakan untuk menyatakan fakta bahwa hewan tersebut masih hidup saat ini. Yang penting adalah untuk diketahui bahwa satwa tersebut masih hidup. Fakta yang menghancurkan evolusi adalah bahwa makhluk tersebut tetap tak berubah selama jutaan tahun dan dan bahwa hal itu sepenuhnya membuktikan kekeliruan evolusi.
Selain itu, Dawkins, karena alasan tertentu, mencoba “memberi kesan bahwa ia sangat mementingkan hal-hal rinci. Dawkins dan Hürriyet mengabaikan fakta bahwa spesimen hewan ini, yang kini masih hidup, telah lama diperlihatkan di situs internet Museum Fosil. Kebenaran sesungguhnya adalah bahwa siapa pun yang berniat melakukan hal tersebut dapat memeriksa sebuah gambar lalat kadis yang masih hidup saat ini, dan bahwa Dawkins dan Hürriyet tengah berusaha menggunakan alat spekulasi, menyebarkan pandangannya yang berdasarkan reka-reka dan miskin bukti, dengan mengunjungi http://www.fossil-museum.com/fossils/fosil.php?Id=161.
LALAT KADIS; AGAS JAMUR SAYAP GELAP
Umur : 25 juta tahun
Lokasi: Republik Dominika
Perlu dicatat bahwa pada situs internetnya, Richard Dawkins tidak pernah menyinggung pertanyaan apakah lalat kadis tersebut kini masih hidup atau tidak, tidak membuat pernyataan apa pun tentang bahasan tersebut, dan hanya tertarik pada seluk-beluk gambar di buku Atlas Penciptaan. Dawkins tentu saja tidak memiliki sepatah kata pun untuk membantah fakta bahwa hewan tersebut kini masih hidup dan tidak pernah berubah selama rentang waktu jutaan tahun.
Tidak pula Dawkins punya apa pun yang dapat dikatakan mengenai jutaan fosil hidup yang diperlihatkan di hampir setiap halaman Atlas Penciptaan. Sebagaimana halnya Dawkins, kebisuan mendalam meliputi kalangan evolusionis, pula, di hadapan bukti fosil yang teramat penting ini. Ia lebih memilih tetap diam daripada mengakui bahwa ia tidak memiliki penjelasan untuk diberikan, tiada bukti-balasan untuk diajukan di hadapan bukti-bukti ini yang sama sekali meruntuhkan evolusi.
Dawkins akhirnya berhasil menemukan sebuah gambar binatang tiruan di dalam Atlas Penciptaan, yang ketiga jilidnya berhalaman keseluruhan 2300, dan berisi ratusan fosil hidup yang dengan telak membuktikan ketidakabsahan evolusi. Dawkins berusaha menampilkan hal ini sebagai sebuah kesalahan. Para evolusionis tidak kuasa menerima fakta bahwa tidak ada satu kesalahan pun di dalam buku itu, yang membuktikan bahwa makhluk-makhluk hidup yang hidup jutaan tahun lalu masih hidup saat ini. Upaya keras Dawkins yang sia-sia hanya menunjukkan betapa cermat dan ampuhnya Atlas Penciptaan. Ini selanjutnya memperlihatkan bahwa Atlas Penciptaan telah berperan penting dalam mengarahkan evolusi menuju keruntuhan mutlak.