ADNAN OKTAR: Alasan mengapa kami menentang teori evolusi yang dicetuskan oleh darwin adalah karena kita melihat bahwa teori inilah yang menjadi akar dari komunisme, fasisme dan Perang Dunia I dan II. Hal ini juga menyebabkan pertumbahan darah lebih dari 350 juta orang mati, hampir satu juta orang yang lumpuh, dan jutaan anak-anak menjadi yatim piatu, yang terburuk dari semua ini, Darwinisme telah merebut cinta dan kasih sayang dari hati masyarakat. Ada bukti nyata dari semua ini. Ketika kita pergi ke luar, tak seorang pun yang akan saling melihat/menatap wajah orang lain. Ke mana pun Anda pergi di dunia ini maka banyak orang yang anda temui hanya melihat ke bawah, tidak ada ungkapan cinta, kebahagiaan atau sukacita di mata mereka. Sedangkan seharusnya ada gairah dan cinta dalam masyarakat, cinta dan kasih sayang yang telah di anugerahkan oleh Allah. Perasaan tersebut telah diambil dari hati orang yang penuh kerusakan dan sebagian orang perasaan tersebut telah di ambil. Beberapa orang bunuh diri dan yang lain-lain beralih maju ke medan pertempuran. Bahkan masyarakat mengadopsi ide-ide seperti "mengapa dan untuk apa kita terlibat dalam diskusi?" atau "Bagaimana bisa berbicara dan percaya dengan orang asing yang belum kita kenal?" Semua ini adalah bencana yang dibawa oleh Darwinisme. Namun sebenarnya, dari setiap perbedaan pendapat masih bisa dihubungkan dengan diskusi dan berbicara bersama orang lain yang memiliki pandangan berbeda, karena kita masih bersaudara. Itu semua adalah karena Allah menciptakan mereka dan mereka bebas memilih jalan berpikir mereka masing-masing. Dan kami menghormati mereka dalam hal pandangan-pandangan mereka. Kerusakan yang telah ditimbulkan oleh Darwinisme sudah sangat memprihatinkan. Misalnya, Mao, ia mengatakan bahwa Darwinisme dan teori evolusi terletak pada akar dari dasar komunisme Cina. Dia adalah bukti yang nyata. Hal ini juga dapat ditemukan dalam laporan-laporan Trotsky, Lenin, Mussolini dan Hitler. Mereka semua mendasarkan diri pada teori evolusi yang di cetuskan oleh orang bodoh, Darwin.