Maariv, salah satu surat kabar Israel berbahasa Ibrani yang terbanyak dibaca, menerbitkan artikel berjudul "Tidak Ada Yahudi yang Akan Disakiti, Itu Bertentangan dengan Al-Qur'an" yang ditulis Shalom Yerushalmi pada 22 Januari 2010. Artikel tersebut, yang terbit dua halaman penuh, sebagian besarnya meliput konferensi pers yang diselenggarakan Adnan Oktar dan utusan Israel di Istanbul. (Silahkan klik untuk menonton atau membaca naskah konferensi pers tersebut.) Utusan tersebut, yang datang ke Istanbul dipimpin Ayoob Kara, Deputi Menteri Israel, memberikan pesan persahabatan ke seluruh dunia dengan mendukung panggilan Adnan Oktar untuk cinta dan persatuan. Shalom Yerushalmi, salah satu pengulas terkenal Israel, mengutip kesannya tentang pertemuan yang ia hadiri dan utusan yang ia dampingi secara pribadi di Istanbul, sebagai berikut:
... Pimpinan utusan itu adalah Ayoob Kara, Deputi Menteri Pembangunan Negev dan Galilea. Sesudah dia dalam rombongan berjalanlah Dimitry Mussa, pendeta Kristen yang mengenakan jubah hitam; Ameen Kablan, wakil pemimpin masyarakat Druze, yang mengenakan sorban besar dan pakaian tradisional; Sheikh Ataf Krinawi dari Rahat, dengan kaffiyeh mengesankan dan jalabia besar; Japhet Ben Ratzon Tsedaka, salah satu kepala masyarakat Samaritan dan dua pendeta Yahudi Ortodoks: Yeshayahu Hollander dan Ben Abrahamson, keduanya mengenakan jas panjang meriah. Sulit untuk membesar-besarkan kegembiraan luar biasa yang meliputi utusan itu. Sebentar lagi mereka akan bertemu Adnan Oktar, tokoh Muslim terkemuka yang agamis dan taat, yang menarik ratusan ribu pendukung, dan ia mungkin satu-satunya orang di Turki yang bersedia berdiri berdampingan dengan Israel saat ini. Oktar memberi kami dukungan sedemikian besar hingga ia bahkan mengundang Noam Shalit, ayah prajurit Gilad Shalit yang diculik, untuk membantu membebaskan "putra kami, yang bersamanya kami menderita", dalam perkataannya sendiri.
... Ayoob Kara siap memberi penjelasan. Selama kunjungan itu, Kara berubah menjadi pengagum Oktar nomor satu dan menyatakan bahwa ia merindukan "hari ketika ia [Mr Adnan Oktar] akan menjadi pemimpin umat Islam. "Di pertengahan pekan, Mufti Suriah Ahmad Badr Al-Din Hassoun membuat sejumlah pernyataan mengejutkan yang moderat tentang kaum Yahudi. "Saya mengerjakan pekerjaan rumah saya dan mengetahui bahwa Oktar mendukung perkataan Mufti Suriah itu", kata Kara.
Tapi Suriah hanyalah satu contoh. Oktar menyatakan bahwa ia adalah orang yang mengarahkan bagaimana Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad melontarkan tanggapan dan mengambil sikap ... : "Apakah Anda ingat bahwa Ahmadinejad mengatakan bahwa ia akan menghapus Israel dari peta? Saya mengirim pesan ke dia. Saya katakan kepadanya bahwa seorang muslim tidak dapat mengatakan hal-hal seperti itu, itu dilarang. [Israel] itu adalah tempat suci. Ada orang Kristen, Muslim dan Yahudi di sana. Ada orang saleh dan anak-anak di sana. Pernyataan itu tidaklah patut. Orang-orang yang tinggal di Israel adalah anak cucu [Nabi] Ibrahim. Adalah dilarang menyakiti siapa saja dari anak cucu [Nabi] Ibrahim. Hal ini tertulis dalam Al-Qur'an. Sejak saat saya mengirimkan pesan tersebut kepadanya, Ahmadinejad mengubah pernyataannya 180 derajat ... "
"Tidak ada bom yang akan jatuh di Israel. Itu bertentangan dengan hukum Islam dan Al Qur'an. Hal semacam itu tidak akan pernah terjadi. Tidak ada orang Yahudi yang akan dilukai. Itu mustahil."
Oktar adalah tokoh dunia yang menarik. Dia adalah bujangan berusia 54 tahun, lahir di Ankara dari orang tua yang datang dari Kaukasus. Ia dikenal di seluruh dunia dengan nama pena Harun Yahya, sebuah gabungan yang ia pilih dari nama pendeta Ibrani Harun dan rasul Kristen Yohanes Pembaptis...
Pada Selasa malam, utusan Israel duduk bersebelahan dengan Oktar dan saling berlomba memuji tuan rumah mereka yang merasa senang menerima kedatangan mereka di depan enam juta pemirsa.
[Yang] diajarkan Oktar sangatlah tegas dan konservatif ... tapi juga cinta damai. Karena alasan itu, mudah bagi orang-orang Yahudi Ortodoks dan gerejawan Kristen untuk bergabung dengannya ... Dalam 300 buku yang ditulisnya hingga kini dengan nama pena Harun Yahya, yang tersebar luas dalam jumlah jutaan salinan, Oktar menyerang Darwinisme, ateisme dan materialisme. Gabungan dari ketiga ajaran jahat: evolusi, penentangan terhadap agama, dan materialisme untuk kepentingannya sendiri, dalam pandangannya, telah menyebabkan seluruh permasalahan dunia modern, termasuk semua perang.
Oktar berpendapat bahwa Islam akan menjadi penentu yang pada akhirnya akan mengalahkan teror dunia, sebab Al-Qur’an melarang penggunaan kekerasan apa pun untuk menyakiti orang-orang tak bersalah. Dalam benaknya, ia memahami kembalinya Kekhilafahan Turki di bawah sebuah kepemimpinan agamis dan ruhaniyyah, yang tidak ada keraguan akan menjadi pemimpin tertinggi...
Selain karya-karya Islamnya yang tersebar luas di tahun-tahun belakangan, Oktar menyatakan bahwa Allah memberi hak kepada kaum Yahudi untuk tinggal di Al Quds. Ia bahkan mendukung pembangunan Kuil Ketiga di atas Temple of Mount dan di masa lalu ia menerima kedatangan para pemimpin pergerakan yang mendukung perubahan ini di atas [Temple of] Mount. Selama siaran televisi pada hari Selasa, rabi Hollander dari Bnei Brak sangat bergembira dan membandingkan peristiwa di studio Istanbul itu dengan hari-hari perayaan di Kuil Pertama dan Kedua, ketika kaum Yahudi melaksanakan sembahyang mereka dan orang-orang dari seluruh bangsa-bangsa lain berkumpul beribadah di sekitar mereka...