Pesona di Alam Raya (04/15)

Benih Kelapa

manzara

Benih atau biji beberapa janis tumbuhan menyebar melalui air. Benih seperti ini memiliki ciri khas yang berbeda dari benih tanaman lainnya. Misalnya, tanaman yang benihnya disebarkan lewat air memiliki struktur yang mempunyai berat sekecil mungkin dan luas permukaan yang sebesar mungkin. Selain itu, jaringan yang mengapung ini bisa memiliki beberapa bentuk. Sel-sel yang berisi udara mungkin punya struktur berpori-pori—bila tidak, udara dapat terkurung di dalam benih sedemikian sehingga tidak ada lagi celah-celah di antara sel—yang membuatnya bisa mengapung. Selain itu, dinding sel jaringan yang mengapung ini tersusun sedemikian rupa, sehingga dapat mencegah masuknya air. di samping semua itu, terdapat sebuah wilayah bagian dalam tambahan pada tanaman ini yang melindungi embrio, tempat terkandungnya semua informasi genetik tanaman tersebut.2

Di antara benih yang terbawa air, ada yang dapat bertahan di air sampai sekitar 80 hari tanpa tercemar ataupun berkecambah, berkat struktur atau susunannya yang kuat. Yang paling terkenal di antaranya adalah benih pohon kelapa. Benih kelapa berada dalam kulit yang kuat agar aman dalam perjalanannya. Dalam kulit yang keras ini, segala sesuatu yang diperlukan untuk perjalanan panjang, termasuk air, sudah tersedia. Bagian luarnya juga dilapisi dengan bahan yang kuat sehingga dapat mencegah rusaknya biji akibat air.

Salah satu ciri yang paling mencolok dari benih kelapa yaitu biji ini punya ruang udara yang membuatnya ringan dan dapat mengapung di air. Karena ciri inilah, biji kelapa dapat terbawa arus air laut sampai beribu-ribu kilometer. Saat tersapu ke darat, biji mulai berkecambah dan tumbuh menjadi pohon kelapa.3

Adalah istimewa bahwa benih kelapa berkecambah tepat sesudah sampai di daratan, karena, seperti diketahui, biji tumbuhan biasanya berkecambah segera setelah bertemu air. Namun, tidak demikian dengan biji kelapa. Dengan strukturnya yang berbeda, tumbuh-tumbuhan yang bijinya tersebar melalui air mempunyai keistimewaan dalam hal ini. Jika tumbuhan ini juga berkecambah begitu bertemu dengan air, jenisnya sudah akan punah sejak dulu. Tetapi, dengan mekanisme yang sesuai dengan lingkungannya, jenis tanaman ini tetap bertahan. Nyatalah bahwa ciri dan rancangan yang saksama tidak mungkin ada di dunia melalui metode yang diklaim para evolusionis.

Jumlah zat makanan dan air yang dicadangkan di dalam biji, masa yang ditempuhnya sebelum mencapai daratan, pendeknya semua perhitungan teliti yang dibuat dalam penentuan ciri makhluk hidup yang seperti ini, telah secara sempurna ditentukan oleh Allah, Yang menjadi pemilik kekuatan dan kebijaksanaan abadi.

Makhluk Hidup Yang Diciptakan Selaras Satu Sama Lain

manzara

Pada beberapa tumbuhan, cairan nektar terdapat jauh di dalam bunga. Hal ini tampaknya tidak menguntungkan, karena serangga dan burung akan sulit mengumpulkan cairan tersebut dan bunga pun akan sulit diserbuki. Tetapi, Allah telah mengatur agar tumbuh-tumbuhan ini dapat diserbuki pula dengan menciptakan makhluk hidup yang memiliki struktur sangat sesuai dengan karakteristik bunga yang cairan nektarnya tersimpan jauh di dalam. Hubungan yang selaras antara pohon kandil dan ngengat bunga yuka adalah salah satu contoh.

Bunga yuka memiliki kelopak yang daunnya berbentuk mata tombak dan, di bagian tengahnya, ada tangkai yang menopang bunga-bunga berwarna krim. Salah satu ciri khas bunga yuka adalah serbuk sari-nya terdapat di wilayah yang melengkung. Karena itulah, hanya jenis ngengat tertentu, yang dikaruniai belalai melengkung, yang dapat mengumpulkan serbuk sari yang terdapat di organ reproduksi jantan tanaman ini.

Dengan cara menumpukkan serbuk sari, ngengat menggumpalkan serbuk sari yang telah dikumpulkannya menjadi bola, dan membawa serbuk sari tersebut ke bunga yuka lain. Mula-mula ngengat turun ke bagian dasar bunga itu dan bertelur. Ngengat kemudian memanjat ke bagian atas bunga dan memukul bola serbuk sari tersebut sehingga serbuk sari tumpah. Setelah beberapa waktu, ulat ngengat akan keluar dari telur dan memakan serbuk sari ini. Sementara itu, dengan memukul bola serbuk sari yang telah dikumpulkan dari bunga sebelumnya di bagian atas bunga baru, ngengat menyerbuki bunga itu. Jika tidak ada ngengat, bunga yuka tidak dapat menyerbuki dirinya sendiri.4

Seperti yang kita lihat, cara ngengat mencari makan dan penyerbukan bunga yuka terjadi dengan cara yang sangat selaras. Yang menciptakan keselarasan ini bukanlah bunga yuka atau ngengat itu sendiri. Tidak mungkin tanaman atau serangga menyadari kebutuhan makhluk yang lain atau mengatur siasat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Makhluk-makhluk ini tidak memiliki kecakapan berpikir dan karenanya tidak dapat menemukan metode lalu mengajarkannya kepada makhluk yang lain. Allah sendirilah yang telah menciptakan keselarasan sempurna ini di antara makhluk-makhluk hidup. Kedua makhluk adalah karya Allah, Yang mengetahui mereka dengan sangat sempurna, Tuhan semesta alam dan Yang Maha Mengetahui. Dan mereka lalu menjalankan fungsi untuk memperkenalkan manusia kepada kebesaran, kekuasaan dan kesempurnaan karya seni Allah. Allah mengungkapkan ini di dalam Al-Quran:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al Israa‘, 17: 44)

Siasat Anggrek Coryanthes

manzara

Apakah mungkin sekuntum bunga bisa menyadari kecenderungan seekor serangga? Apakah mungkin bunga membuat rencana agar serangga jatuh ke dalam perangkapnya serta mengubah dirinya agar cocok dengan tujuan ini? Tidak dapat diragukan lagi, tidak mungkin bunga atau serangga menjalankan taktik atau siasat sedemikian hanya berdasarkan keinginan dan akalnya sendiri. Namun demikian, bila kita mengamati makhluk-makhluk di alam ini, kita tahu bahwa mereka sering menerapkan jenis-jenis taktik semacam itu.

Anggrek Coryanthes adalah salah satu tumbuhan yang mampu menjebak serangga agar jatuh ke dalam perangkapnya dengan menggunakan taktik yang menarik. Sistem reproduksi anggrek ini didasarkan pada memikat serangga dan memanfaatkannya untuk membawa serbuk sarinya. Bunga-bunga anggrek jenis ini tumbuh berkelompok. Setiap bunga memiliki dua helai kelopak yang mirip sayap dan tepat di belakang kedua helai ini terdapat sebuah “ember” kecil. Bila bunga membuka, cairan khusus yang dikeluarkan oleh dua kelenjar khusus mulai menetes ke dalam ember tersebut. Tak lama kemudian bunga pun mulai memancarkan wangi-wangian yang sangat menarik bagi lebah.

Sejalan dengan mekarnya anggrek, lebah jantan bereaksi terhadap aroma wangi tersebut dan mulai terbang di sekitar bunga. Sewaktu lebah mencoba hinggap di sisi tegak pada anggrek, lebah juga mencari tempat untuk bergantung dengan kakinya, seperti bagian berbentuk tabung dari bunga yang menghubungkan ember dengan batangnya. Bagian ini licin dan miring. Karena itu, lebah yang merangkak pada bunga pasti akan terjatuh ke dalam ember yang terisi cairan di dasar bunga.

Hanya ada satu jalan keluar bagi lebah yang telah terjatuh ke dalam bunga. Sebuah lorong sempit yang menuju ke dinding bunga bagian depan, yaitu, yang menuju cahaya matahari di luar. Selama serangga mencari-cari jalan keluar ini, yang berada pada ketinggian yang sama dengan tinggi cairan yang dimasukinya, lebah tetap berenang di cairan. Saat mencoba menemukan jalan keluar, lebah melewati bagian bawah stigma, yang mengandung serbuk sari, dan organ jantan bunga. Pada saat itu, dua kantung serbuk sari tertempel di bagian belakang serangga. Lalu serangga bergegas menuju jalan keluar dan akhirnya meninggalkan bunga. Saat lebah menghampiri bunga yang lain, kali ini yang terjadi adalah stigma bunga itu menarik serbuk sari dari serangga, dan dengan cara ini, penyerbukan pun dimulai.5

Namun, situasi ini tidak cuma membawa manfaat bagi bunga saja. Cairan yang ada dalam ember bunga tempat jatuhnya lebah juga sangat penting bagi lebah, karena lebah jantan akan menggunakan keharuman cairan yang melumuri tubuhnya itu untuk menarik lebah betina selama perkawinan.

Seperti yang telah kami sebutkan di depan, sama sekali tidak mungkin bunga mengembangkan siasat untuk memperdaya seekor serangga dan merancang strukturnya agar sesuai dengan taktik ini. Begitu pula halnya, tentulah tidak mungkin seekor serangga mengembangkan taktik untuk memperoleh zat yang diperlukannya dari sekuntum bunga dengan hanya mengandalkan kemauannya sendiri. Kerjasama yang mengagumkan antara dua makhluk ini adalah bukti nyata akan fakta bahwa keduanya diciptakan oleh Pencipta yang tiada duanya.

Keterampilan Lebah Pekerja

manzara

Lebah pekerja (mason bee) adalah makhluk hidup yang menarik perhatian karena ketelitian yang ditunjukkannya dalam membangun sarang. Saat lebah betina yang ingin membangun sarang menemukan tempat yang sesuai, dia membersihkan tempat itu. Tetapi, untuk membangun sarang, lebah ini harus menemukan sumber lumpur lebih dulu. Jika tidak dapat menemukan lumpur, lebah mencari tanah yang bertekstur halus dan mengubahnya menjadi adonan lembut dengan cara mencampurkan tanah itu dengan air liurnya.

Lebah pekerja memulai pembangunan sarangnya dengan meraup sepotong lumpur dari tanah dengan rahangnya. Lebah membawa lumpur di antara kaki-kakinya dan mencetaknya menjadi bentuk pelet (butiran). Lebah menambahkan lumpur lagi ke pelet. Kemudian, sambil membawa pelet dengan rahangnya, lebah betina kembali ke sarangnya.

Setibanya di tempat yang telah dipilihnya untuk membangun sarang dengan lumpur itu, dia tidak segera memulai pekerjaan dengan acak-acakan dan serampangan. Para lebah pekerja selalu bekerja menurut rencana yang jelas saat membangun sarangnya yang mirip terowongan. Sejalan dengan rencana ini, lebah pekerja menggunakan muatan lumpur yang pertama untuk membangun sekat belakang dari ruang atau sel pertama yang akan menjadi ujung buntu terowongan. Kemudian, lebah akan menyusun lumpur dalam bentuk bulan sabit pada jarak tertentu dari sekat tadi. Ini menandai tempat bagi sekat berikut yang akan dibangunnya setelah lebah menempatkan telurnya di lubang sel yang pertama.

Setelah lubang ini selesai dibangun, lebah pekerja mulai mengumpulkan makanan untuk disimpan di sana. Dalam perjalanan pertamanya, lebah ini menempatkan serbuk sari di bagian belakang sarang. Pada perjalanan berikutnya, lebah meninggalkan madu berbentuk pasta tebal yang dibuatnya dengan rahangnya, di atas serbuk sari yang ditinggalkannya dari perjalanan sebelumnya. Dengan cara ini, lebah merampungkan persiapan awal untuk telur yang akan diletakkannya.

Segera setelah meninggalkan muatan serbuk sari terakhir di sarang, lebah mulai bertelur. Setelah bertelur, lebah betina mulai membangun dinding untuk sekat lumpur lain yang telah ditandai sebelumnya. Secara berurutan, lebah melanjutkan proses bertelur dan pembangunan sel sampai lubang-lubang sel tersebut membentuk barisan. Lubang-lubang sel ini memiliki struktur yang standar. Setiap lubang berisi sebutir telur dan persediaan makanan dan dipisahkan dari lubang di sebelahnya dengan dinding lumpur.

Setelah lubang yang terakhir selesai dan ditutup, lebah betina membangun ruang kosong di antara lubang telur yang terakhir dengan jalan masuk ke sarang, dan akhirnya menutup jalan masuk ini dengan sumbat yang lebih tebal daripada sekat lubang biasa. Sumbat ini menghalangi makhluk lain bersarang di depan sarang lebah ini, karena dapat mengurung bayi-bayi lebah di dalam lubang dan menyebabkan mereka mati.

Pada setiap tahap pembangunan sarang ini kita dapat melihat adanya kebijaksanaan dan kecerdasan yang nyata di balik perilaku lebah tukang batu [bricklayer bees] ini. Dalam sebuah ayat, Allah memberitakan kepada kita bahwa lebah adalah makhluk yang bertindak dengan ilham dari Allah. Sebenarnya, bukan hanya lebah, tetapi semua makhluk hidup di alam semesta diberi ilham oleh Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Bijaksana.

Catatan

3- Eldra Pearl Solomon, Linda R. Berg, Diana W. Martin, Claude Villee, Biology, Saunders College Publishing, hal. 751.

4- David Attenborough, Life on Earth, Collins British Broadcasting Corporation, London, 1985, hal.84-86.

5- Natural History, March 1999, hal.72-74.

6- Christophe O’toole and Anthony Raw, Bees of the World, Blanford, London, 1999, hal.63.