Sejenak, pikirkanlah tentang hal-hal yang Anda lakukan saat Anda bangun tidur di pagi hari. Anda membuka mata, bernafas, meregangkan otot-otot, berdiri dan berjalan, makan dan mengenakan pakaian. Anda berbicara dengan orang-orang yang Anda cintai dan mendengarkan apa yang mereka katakan kepada Anda. Kemudian, Anda pergi ke luar atau melihat ke luar jendela dan menyaksikan langit yang biru cerah. Bahkan mungkin Anda mendengar nyanyian burung yang beterbangan di luar jendela. Saat Anda melihat sehelai daun yang jatuh, tampak apel yang ranum di pohon. Anda merasakan kehangatan matahari dan hembusan angin menerpa wajah Anda. Ada banyak orang di jalanan, sedang berjalan kaki ataupun mencoba menuju ke suatu tempat dengan mengendarai mobil. Singkatnya, satu lagi lembaran hari yang biasa saja telah mulai bergulir di hadapan Anda. Apa yang Anda lihat dan dengar hanyalah hal yang biasa saja, sehingga Anda tidak merasa perlu berpikir secara sadar dan penuh perenungan tentang semua itu.
Sekarang, cobalah berpikir dengan cara lain. Anggaplah Anda selama ini tinggal dalam sebuah ruangan sejak Anda lahir. Ruangan ini benar-benar kosong dan tertutup, sampai-sampai tidak ada satu jendela kecil pun untuk melihat keluar. Kamar ini dilengkapi hanya dengan sejumlah kecil perabotan sederhana, cukup untuk kebutuhan dasar Anda saja. Anggaplah bahwa di kamar tempat Anda menjalani hidup Anda ini, Anda hanya dibekali beberapa jenis makanan dan minuman yang diperlukan untuk bertahan hidup. Mari kita anggap tidak ada peralatan komunikasi apa pun di kamar itu, seperti telepon, radio, atau televisi, yang memungkinkan Anda menerima informasi dari dunia luar. Maka, Anda tidak akan mengetahui apapun selain sekelumit hal saja.
Kemudian bayangkan bahwa Anda dibawa keluar dari ruangan ini tempat Anda menjalani seluruh kehidupan Anda selama ini, dan Anda melihat dunia luar untuk pertama kalinya. Dalam keadaan demikian, apa yang akan Anda pikirkan tentang dunia ini?
Luasnya pemandangan yang sampai ke mata Anda, adanya cahaya, kehangatan sinar matahari yang menerpa wajah Anda, warna langit yang biru cerah dan awan yang putih murni – semua ini tentu akan membuat Anda terpesona.
Kelap-kelip bintang yang muncul di langit malam hari; pegunungan yang menjulang tinggi ke langit dengan segala keperkasaannya; sungai yang indah memukau setiap manusia; danau dan lautan; hujan deras yang menimbulkan kehidupan di bumi; pepohonan hijau, bunga violet, melati, kenanga, lila, dan mawar beraneka warna, dengan harumnya yang semerbak; jeruk, semangka, buah plum dan buah persik, masing-masing memberikan rasa yang khas dan berbeda-beda; kucing, anjing, kelinci dan rusa, yang membangkitkan belas kasih dan rasa haru kita; kupu-kupu dengan warna yang memesona dan daya tarik yang berseni indah; burung-burung dan makhluk bawah laut …
Saat Anda menyaksikan semua ini, Anda jadi terpesona dan bertanya-tanya siapakah yang telah mewujudkan berbagai gejala yang indah menakjubkan ini. Melihat warna buah-buahan dan menghirup baunya, Anda bertanya-tanya siapakah yang telah mewarnainya dengan begitu menggiurkan dan memberinya bau harum yang begitu menyenangkan. Ketika mencicipi buah melon atau menggigit apel, Anda menyadari betapa lezat dan berbeda cita rasanya, dan bertanya-tanya bagaimana bahan manis seperti gula ini ditempatkan dalam suatu benda yang terbungkus kulit yang begitu rapat dan kuat. Saat melihat biji buah-buahan tersusun dalam urutan tertentu yang teratur, Anda ingin tahu siapakah yang telah mengatur penataan ini.
Setiap hal baru yang Anda lihat dan setiap penggalan informasi yang Anda pelajari membangkitkan gairah baru dalam diri Anda. Anda mencoba mempelajari sebab-musabab dan asal-usul segala sesuatu. Anda mendapatkan pengetahuan bahwa buah melon memerlukan benihnya untuk berkembang biak, burung memang harus punya bulu untuk terbang, cahaya dipancarkan dari matahari, lalu oksigen dan air diperlukan bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Anda belajar pentingnya keberadaan laut dan samudra, adanya fakta bahwa segala jenis informasi tentang tanaman disandikan dalam benihnya, serta beragam seluk-beluk lainnya yang menakjubkan. Setiap tambahan pengetahuan yang Anda dapatkan menjadikan Anda semakin mampu memahami keagungan ini.
Selain itu, saat Anda menyadari bahwa apa yang telah Anda pelajari hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluk-beluk makhluk hidup yang ada di bumi, bahwa sebenarnya segala sesuatu bekerja dengan saling berketergantungan, bahwa ada makhluk yang tidak dapat Anda lihat dan suara-suara yang tidak dapat Anda dengar, dan bahwa terdapat sistem yang menakjubkan di alam semesta, maka rasa takjub Anda akan semakin besar.
Saat Anda peroleh penggalan informasi yang rinci ini satu demi satu, pertanyaan yang sama akan muncul berulang-ulang dalam benak Anda: Bagaimana semua makhluk hidup yang luar biasa ini menjadi ada? Bagaimana pula saya ada di dunia ini? Karena segala sesuatu mempunyai tujuan, lalu mengapa saya ada di sini?
Saat Anda muncul dari ruangan yang sudah Anda huni bertahun-tahun, karena Anda akan menemukan pemandangan beraneka ragam dan sangat menakjubkan pada ciptaan yang ada di bumi, Anda akan merenung dan mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan Anda. Setiap jawaban terhadap pertanyaan Anda akan mengandung pernyataan ini: “Tentu saja, ada Yang membuat semua benda-benda ini.” Karena Anda tidak terkungkung oleh pikiran yang malas dan tidak mengamati lingkungan Anda dari balik tirai kebiasaan, Anda pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa segala sesuatu telah diciptakan oleh Sang Pencipta. Sungguh, yang perlu dilakukan seorang manusia tidak lain adalah: mengamati segala sesuatu tidak berdasarkan kebiasaan, tetapi dengan mengajukan pertanyaan …
Seperti halnya ada seorang perancang yang telah membuat jembatan baja yang kita lewati setiap hari, maka ada pula perancang yang telah merancang tulang-tulang kita, yang kekuatannya telah dibandingkan dengan baja. Tak seorang pun dapat berkata bahwa besi dan batu bara mentah dapat saling bercampur secara tak sengaja untuk menjadi baja, atau bahwa baja dapat digabungkan dengan semen agar membentuk jembatan dengan cara sama. Semua orang tahu bahwa jalan pikiran orang yang berkata demikian harus dipertanyakan.
Namun, kendatipun demikian, masih ada orang-orang yang berani menyatakan bahwa semua makhluk hidup di bumi, langit, bintang-bintang, dan pendeknya, segala sesuatu, terwujud menjadi ada tanpa sengaja. Namun tampak jelas bagi orang yang cerdas, yang mau berhenti sejenak dan merenungkan hal-hal seperti ini, bahwa pernyataan tentang kemunculan secara acak dan nirsengaja ini adalah tidak masuk akal sama sekali.
Orang-orang yang merancang dan mendukung teori-teori kebetulan adalah hasil dari pola pikir evolusionis dan materialis. Dengan berkata bahwa alam semesta tidak mempunyai awal maupun akhir, dan bahwa alam semesta bukan hasil ciptaan Sang Pencipta, kalangan ini menyatakan bahwa bermiliar-miliar galaksi, yang terdiri dari bermiliar-miliar bintang, dan semua benda angkasa, planet, bintang, dan sistem sempurna yang memungkinkan semuanya itu tetap berlangsung, semuanya ini muncul sebagai akibat dari serangkaian peristiwa kebetulan yang tidak terkendali. Dengan cara yang sama, mereka menyatakan bahwa, kendatipun ada keteraturan yang menakjubkan di alam semesta ini, makhluk hidup juga terwujud menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan dan nirsengaja.
Dengan penjelasan ini, tampak bahwa mereka menganggap “kebetulan” sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Padahal, menganggap sesuatu selain Allah sebagai kekuatan pencipta tidak lain adalah tindakan menuhankan berhala (musyrik). Dengan kata lain, para evolusionis memiliki berhala yang bernama “kebetulan.” Hal ini akan jelas terlihat oleh siapa saja yang mengamati karya-karya para penganut Darwinisme.
Contoh-contoh makhluk hidup yang diyakini para evolusionis diciptakan oleh “berhala kebetulan” berjumlah tidak terhitung. Misalnya, para evolusionis percaya bahwa sel paling pertama yang menjadi asal mula semua makhluk hidup adalah hasil karya berhala ini. Menurut keyakinan ini, suatu ketika, disebabkan oleh halilintar, hujan dan berbagai peristiwa alam lainnya, sekumpulan atom berdatangan dan saling bergabung tanpa ada rencana sebelumnya untuk membentuk asam amino. Kemudian asam-asam amino ini bergabung membentuk protein, bahan baku dasar bagi pembentukan sel-sel semua makhluk hidup. Proses ini dilaksanakan oleh kekuatan yang disebut kebetulan. Lalu, dengan cara ini, protein langsung membentuk sel hidup yang paling pertama ada, lagi-lagi secara kebetulan tanpa disengaja. Tetapi, pekerjaan “kebetulan” belum juga selesai.
Menurut cara berpikir para evolusionis yang tidak masuk akal tersebut, “berhala kebetulan” ini sendiri juga merupakan cikal-bakal kemunculan berjuta-juta jenis makhluk hidup di bumi. Mula-mula sang berhala ini mengadakan seekor ikan, dan kemudian, setelah berpikir bahwa satu jenis ikan saja tidak akan cukup, sang berhala membentuk ratusan ribu jenis (spesies) ikan. Karena beratus-ratus ribu spesies ikan masih belum cukup, sang berhala juga memunculkan makhluk laut lain di samping ikan dan menciptakan lingkungan hidup yang indah memukau di dasar laut. Lalu, si “berhala kebetulan” ini juga berpikir bahwa kehidupan bawah laut belumlah cukup, maka ia pun mempersiapkan perubahan struktural tertentu di dalam tubuh ikan sehingga memungkinkannya hidup di daratan. Melalui perubahan bertahap yang acak, sirip ikan tanpa diduga berubah menjadi kaki, dan insangnya tanpa disengaja berubah menjadi paru-paru sehingga ikan dapat bernafas dengan udara. Akan tetapi, semua itu belum mencapai keanekaragaman makhluk hidup sebagaimana yang kita lihat sekarang, sehingga “si kebetulan”, konon kabarnya, terus melaksanakan kekuatan gaibnya …
Seperti yang akan kita saksikan nanti dalam berbagai contoh, makhluk hidup hanya dapat bertahan hidup jika organ-organ tubuh mereka sudah dalam keadaan lengkap dan berbentuk sempurna. Tidak berfungsinya sejumlah organ dapat menyebabkan kematian pada suatu makhluk hidup dalam beberapa menit atau, paling lama, dalam beberapa hari. Akan tetapi, menurut pernyataan para evolusionis, “berhala kebetulan” ini telah berpikir, merancang, dan membentuk seluruh seluk-beluk makhluk hidup secara sadar, sangat hati-hati, tanpa cacat dan secara sempurna selama berjuta-juta tahun.
Sebagaimana yang dapat kita pahami dari contoh-contoh ini, bagi para evolusionis, “kebetulan” adalah sejenis tuhan yang dapat membuat apa saja yang diinginkannya, membentuk segala sesuatu yang diinginkannya dengan segera, dan mengubah satu binatang menjadi binatang jenis lainnya. Selain melakukan semua ini, sang tuhan dapat mengatur warna, penampakan, dan rasa semua makhluk hidup dan tak hidup dengan seindah mungkin.
“Berhala kebetulan” meletakkan vitamin dalam buah-buahan sesuai musimnya dan menjadikannya segar berair dan menyehatkan. Sang berhala memastikan bahwa aroma dan rasanya serupa di mana-mana. Dia juga memiliki pengetahuan tentang bagaimana menempatkan semua informasi yang akan senantiasa diperlukan oleh tumbuhan dalam sebutir biji yang mungil.
Apa yang sudah kita sebutkan sejauh ini merupakan dasar berpijak bagi pernyataan hasil pemahaman kaum materialis dan evolusionis. Tentunya sudah menjadi fakta yang jelas bagi setiap orang yang bijak dan berhati nurani bahwa semua contoh ini tidak dapat diwujudkan secara “kebetulan”, yang merupakan satu-satunya penjelasan yang dikemukakan kalangan evolusionis. Sekarang pikirkanlah hal ini: dapatkah serentetan kebetulan bergabung dan membentuk jalan raya atau mendirikan perusahaan angkutan serta memastikan semua ini akan berjalan dengan lancar? Tak diragukan lagi, mustahil hal-hal semacam ini terjadi secara kebetulan tanpa sengaja. Seperti halnya tidak mungkin sebuah perusahaan angkutan didirikan secara kebetulan, tidak mungkin pula sistem peredaran darah di dalam tubuh terjadi secara kebetulan. Sebagaimana halnya dengan sekelompok orang yang membuat bagian-bagian baja Menara Eiffel satu per satu, memotongnya menjadi sejumlah potongan berukuran tertentu, merancang menaranya, merakit bagian-bagiannya sesuai dengan cetak-biru serta membuatnya kukuh, maka ada Kekuatan Yang menciptakan tulang-tulang manusia. Tulang-tulang ini, yang semuanya berukuran sesuai kebutuhan, diletakkan di tempat yang paling tepat, agar sesuai dengan rancangan tubuh manusia, lalu kerangka yang kuat diciptakan dari sambungan tulang-tulang ini. Inilah kekuatan yang berkuasa atas segalanya di alam, meliputi segala sesuatu. Tidak dapat dibandingkan dengan apa pun juga. Pemilik kekuatan ini adalah Allah, Dialah sang Pencipta langit dan bumi beserta segala sesuatu di antara keduanya.
Semua perbandingan yang telah dibuat sejauh ini serta contoh-contoh yang diberikan di sepanjang buku ini merupakan sebagian kecil saja dari keanekaragaman karya seni Allah yang sempurna dalam penciptaan. Misalnya, hanya sejumlah kecil ciri-ciri umum kupu-kupu yang disebutkan di sini, sementara, telah ditulis berlembar-lembar halaman buku penuh membahas tentang mata kupu-kupu saja. Selain itu, terdapat banyak jenis kupu-kupu yang berlainan, masing-masing memiliki serangkaian ciri yang khas. Dalam buku ini, hanya sedikit seluk-beluk tubuh manusia yang dibahas secara umum, tetapi sudah ada berjilid-jilid buku tebal dan karya-karya penelitian yang membahas tentang tulang saja. Ada buku-buku yang berisi halaman khusus yang membahas kornea mata manusia, sayap seekor serangga, dan bahkan tentang bahan pembentuk sayap ini.
Semua ini menunjukkan bukti nyata akan keberadaan Allah. Allah meliputi segala sesuatu dalam pengetahuan-Nya, dan semua orang yang memahami hal ini akan segera melihat kehebatan yang ada dalam penciptaan. Semua orang akan memahami kebesaran Allah, sesuai dengan derajat kearifan dan hati nuraninya. Begitu pula, kewajiban terpenting seseorang yang telah mulai memahami kekuasaan dan karya seni Allah yang tak ada habisnya adalah kembali kepada Pencipta sebenarnya dari keindahan yang dilihatnya itu, serta menjalani kehidupan yang hanya ditujukan untuk memperoleh ridla Allah semata. Dalam Al Quran, Allah memberi tahukan kepada kita tentang kekuasaan-Nya sebagai berikut:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah, Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al An’aam, 6:102)
(Dia) Pencipta langit dan bumi … |
Tahukah Anda bahwa segala sesuatu yang Anda lihat di sekitar Anda, tubuh Anda sendiri, rumah yang Anda huni, kursi yang Anda duduki, ayah dan ibu Anda, pepohonan, burung-burung, tanah dan buah-buahan, singkatnya, semua makhluk hidup dan benda mati yang mampu Anda bayangkan, timbul melalui bergabungnya atom-atom yang disebabkan oleh “Dentuman Besar” atau Big Bang? Sadarkah Anda akan kenyataan bahwa, setelah ledakan ini, muncullah keteraturan yang sempurna di seluruh jagat raya? Lalu, apakah “Dentuman Besar” itu?
Selama satu abad terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi mutakhir, telah mengungkapkan tanpa ragu bahwa alam semesta memiliki permulaan. Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam semesta berada dalam keadaan yang terus mengembang. Dan mereka telah menyimpulkan bahwa, karena alam semesta mengembang, jika alam ini dapat bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini tentulah memulai pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan yang telah dicapai ilmu pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari ledakan titik tunggal ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big Bang.
Penciptaan suatu keteraturan sempurna menyusul peristiwa Big Bang sama sekali bukanlah gejala yang dapat dianggap sebagai peristiwa biasa. Pikirkanlah tentang kenyataan bahwa beribu-ribu jenis ledakan sering terjadi di bumi, tetapi tak ada keteraturan yang dihasilkannya. Bahkan sebaliknya, semua itu mengarah ke akibat yang menghancurkan, merusak, dan membinasakan. Contohnya, bila bom atom atau bom hidrogen, letusan gunung berapi, ledakan gas alam, dan ledakan yang terjadi di matahari diamati, kita dapat melihat bahwa dampak yang ditimbulkannya selalu membahayakan. Akibat yang bersifat membangun keteraturan atau sesuatu yang lebih baik tidak pernah diperoleh sebagai akibat dari suatu ledakan. Akan tetapi, menurut data ilmiah yang diperoleh dengan bantuan teknologi modern, Big Bang, yang terjadi ribuan tahun lalu, menyebabkan perubahan dari tiada menjadi ada, bahkan menghadirkan keberadaan yang sangat teratur dan selaras.
Sekarang, mari kita pikirkan contoh berikut: di bawah tanah, terjadi ledakan dinamit dan, setelah ledakan ini, istana paling indah yang pernah disaksikan dunia, lengkap dengan jendela, pintu, dan perabotan yang mewah dan indah, tiba-tiba muncul. Masuk akalkah untuk menyatakan bahwa, “Ini menjadi ada secara kebetulan”? Dapatkah istana itu terwujud dengan sendirinya? Tentu saja tidak!
Alam semesta yang terbentuk setelah Big Bang merupakan sistem yang demikian hebat, terencana dengan sangat cermat, dan menakjubkan sehingga ini sudah pasti tidak mungkin disejajarkan dengan istana yang ada di bumi. Dalam keadaan seperti ini, sama sekali tidak masuk akal untuk menyatakan bahwa alam semesta menjadi ada dengan sendirinya. Alam semesta tiba-tiba saja muncul menjadi ada dari ketiadaan. Hal ini menunjukkan kepada kita keberadaan Pencipta Yang menciptakan benda atau materi dari ketiadaan dan Yang menjaganya setiap saat dalam kendali-Nya. Dialah Yang Maha Bijaksana dan Mahakuasa. Sang Pencipta ini adalah Allah, Yang Mahaperkasa.
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. |
Di alam semesta, tak terhitung banyaknya sistem yang bekerja. Allah menempatkan semua sistem ini dalam kendali-Nya meski di saat kita tidak menyadarinya, misalnya, saat kita sedang membaca, berjalan, atau tidur. Allah menciptakan alam semesta beserta seluk-beluknya yang rinci yang berjumlah tak terhitung agar manusia dapat memahami kekuasaan-Nya yang tak terbatas. di dalam Al Quran, Allah berfirman kepada manusia dan menjelaskan alasan penciptaan keteraturan di alam semesta sebagai berikut, “…agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesunguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaaq, 65:12) Keteraturan ini mengandung seluk-beluk yang begitu banyak sehingga manusia takkan mungkin tahu dari mana harus mulai memikirkannya.
Contohnya, setiap orang tahu bahwa alam semesta sangatlah luas. Akan tetapi, saat kita mulai berpikir tentang seberapa luas hal ini sebenarnya, kita akan menjumpai gambaran yang jauh berbeda dari apa yang biasanya kita pahami. Garis tengah matahari adalah 103 kali lebih besar daripada garis tengah bumi. Mari kita perjelas hal ini dengan menggunakan perbandingan. Jika kita umpamakan bumi sebagai kelereng, matahari adalah bola yang dua kali lebih besar daripada sebuah bola sepak. Hal yang menarik di sini adalah jarak di antara keduanya. Agar dapat membuat tiruan yang mencerminkan ukuran sesungguhnya, kita perlu menempatkan jarak sejauh kira-kira 280 meter (920 kaki) di antara bumi berukuran kelereng dengan matahari berukuran bola tersebut. Dan bintang-bintang yang berada di luar tata surya kita perlu ditempatkan berkilo-kilometer jauhnya.
Dengan perbandingan ini, Anda dapat membayangkan bahwa tata surya merupakan tempat yang sangat luas. Tetapi, saat kita membandingkannya dengan galaksi Bima Sakti, tempat tata surya kita berada, tata surya kita akan tampak sangat kecil. Karena, di dalam galaksi Bima Sakti, ada sekitar 250 miliar bintang yang mirip dengan matahari kita, dan kebanyakan jauh lebih padat.
Matahari kita terletak pada salah satu lengan galaksi yang berbentuk spiral ini. Tetapi, yang menarik adalah galaksi Bima Sakti sesungguhnya adalah tempat yang sangat “kecil” pula, bila kita memperhitungkan keseluruhan luar angkasa. Sebab, ada juga galaksi-galaksi lain di ruang angkasa yang diperkirakan berjumlah keseluruhan sekitar 300 miliar…
Sekelumit contoh yang telah kami sampaikan tentang ukuran dan jarak yang sedemikian lebar antara benda-benda angkasa di jagat raya ini saja sudah cukup untuk menunjukkan kehebatan tiada tara dari kepiawaian Allah dalam penciptaan, fakta bahwa Dia tidak punya sekutu dalam mencipta, dan bahwa Dialah yang Mahakuasa. Allah menyerukan manusia agar memikirkan kenyataan-kenyataan ini sebagai berikut:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya” (QS. An Naazi’aat, 79:27-28)
Bila Anda pergi ke luar, sinar matahari menerpa wajah Anda tanpa mengganggu Anda, dan keadaan yang menguntungkan Anda ini disebabkan oleh adanya tatanan sempurna dalam tata surya. Matahari, yang memberikan kehangatan dan cahaya menyenangkan bagi kebaikan kita, sebenarnya hanyalah seperti sebuah lubang dalam yang terdiri atas awan gas berwarna merah. Matahari terbuat dari pusaran nyala api raksasa yang memancar sampai berjuta-juta kilometer jauhnya dari permukaan yang mendidih, serta topan raksasa yang naik ke permukaan dari dasarnya. Hal ini dapat berakibat mematikan bagi umat manusia. Tetapi, atmosfer (lapisan udara) dan medan magnet bumi menyaring semua sinar matahari yang membahayakan dan mematikan ini sebelum sempat sampai kepada kita. Keteraturan sempurna dalam tata surya inilah yang menjadikan bumi planet yang dapat dihuni.
Bila kita tinjau struktur tata surya, akan kita temukan keseimbangan yang sangat halus dan teliti. Yang menahan planet-planet dalam tata surya agar tidak terlepas dari tata surya dan terlempar ke dalam suhu dingin membeku di angkasa luar adalah keseimbangan antara gravitasi (gaya tarik) matahari dan gaya sentrifugal planet-planet. Matahari menarik semua planet dengan gaya tarik kuat yang ditebarkannya, sementara planet-planet secara terus-menerus mengimbangi tarikan ini dengan menggunakan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan planet-planet tersebut pada jalur lintas atau orbitnya. Tetapi bila planet-planet ini berputar pada sumbunya (gerak rotasi) dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah, planet akan ditarik oleh matahari dengan sangat kuat sehingga jatuh ke dalam raksasa matahari dan tertelan suatu ledakan hebat. Hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi. Jika planet-planet berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi, kali ini gravitasi matahari tidak akan cukup kuat untuk menahannya dan planet-planet akan terlempar ke ruang hampa di angkasa luar. Tetapi, sebuah keseimbangan yang sangat halus cermat telah ditetapkan, dan sistem ini dapat terus berlangsung karena mempertahankan keseimbangan ini.
Selain itu, juga penting untuk dicatat bahwa keseimbangan yang disebutkan di atas diciptakan secara tersendiri untuk setiap planet, karena jarak masing-masing planet dari matahari adalah berlainan. di samping itu, massa setiap planet juga berbeda. Karena itulah, untuk setiap planet, kecepatan rotasi yang berbeda juga ditetapkan. Hal ini dimaksudkan, agar planet-planet tersebut dapat menghindari tabrakan dengan matahari maupun lontaran ke ruang angkasa.
Contoh ini hanya merupakan sebagian kecil bukti dari keseimbangan luar biasa di dalam tata surya. Siapa pun yang memiliki akal dapat memahami bahwa keseimbangan yang menempatkan planet-planet besar dan seluruh tata surya dalam keteraturan, dan yang memelihara keteraturan ini hari demi hari dan abad demi abad, tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Tampak jelas bahwa keteraturan ini telah diperhitungkan dengan sangat cermat. Allah, yang Mahakuasa, menunjukkan kepada kita, dengan berbagai kesempurnaan rinci yang telah Dia ciptakan di alam semesta, bahwa segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya. Para ahli astronomi seperti Kepler dan Galileo, ilmuwan yang bekerja untuk menyingkapkan keseimbangan yang luar biasa pekanya dalam tata surya, beberapa kali menyatakan bahwa sistem ini mengisyaratkan perancangan yang sangat jelas dan merupakan bukti kekuasaan Allah di seantero jagat raya. Allah menciptakan dan berkuasa atas segala sesuatu dengan pengetahuan-Nya yang tak terbatas; Dialah Yang Mahaperkasa.