Al-Quran dan hadis mengandung banyak pertanda yang menunjukkan bahwa periode akhir zaman semakin dekat. Beberapa pertanda diungkap secara jelas di kedua sumber ini, sementara pertanda lainnya mengacu pada hal yang bersifat tidak langsung. Inilah bagian dari ujian Allah kepada umat manusia.
Ilmuwan besar Islam Bediuzzaman Said Nursi menekankan fakta ini ketika menerangkan tanda-tanda akhir zaman tersebut.
Demikianlah, suatu ciri pertanda akhir zaman mungkin tidak akan membuat setiap orang yang melihatnya dapat langsung memahami dan menafsirkannya. Fakta bahwa beberapa pertanda ini telah dijelaskan dengan cara yang samar-samar dapat menyebabkan segelintir orang merasa ragu-ragu. Namun, keragu-raguan ini benar-benar tidak berdasar karena ketika pertanda-pertanda ini dianalisis dengan menggunakan pikiran yang jernih dan terbuka, pertanda tersebut dapat dipahami. Terlebih lagi, uraian-uraian yang dijelaskan oleh para ilmuwan besar Islam merupakan tuntunan yang berharga bagi orang-orang yang beriman.
Orang-orang yang memiliki keimanan yang sungguh-sungguh dan rasa takut serta kepatuhan yang sepatutnya kepada Allah juga mempunyai --sebagai suatu anugerah dari Allah-- suatu pengertian dan pemahaman yang mendalam. Berkat hal itulah mereka dapat membuktikan secara akurat apa yang salah dan juga memahami --atas kehendak
Allah-- bahwa kebajikan sering dinyatakan dalam pengertian yang samar-samar. Orang- orang semacam ini tidak akan pernah merasakan keraguan tentang apa yang Allah ungkapkan dan apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Mereka akan menilai relevansi hadis dan ayat-ayat Al-Quran menurut keyakinan mereka dan akan berusaha memahami informasi yang terkandung di dalamnya. Menolak informasi yang mengandung nilai- nilai kebajikan hanya karena tidak dapat memahaminya adalah suatu perilaku yang tak sesuai bagi umat Islam. Karena itulah, umat Islam perlu berdoa kepada Allah agar dapat memahami nilai-nilai kebajikan yang masih belum jelas bagi mereka, mengingat bahwa akhir zaman akan menjadi suatu masa yang paling menakjubkan, dan mempersiapkan diri untuk masa tersebut dengan cara yang paling pantas.
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:136-137) |
Sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat berikut, “Nabi itu lebih utama bagi orang- orang mukmin daripada diri mereka sendiri....” (QS. 33:6), umat Islam yang sungguh- sungguh beriman mempunyai rasa cinta serta penghormatan yang mendalam, tulus, dan dahsyat terhadap Nabi saw., nabi terakhir yang diutus Allah kepada umat manusia. Allah menurunkan Al-Quran kepadanya dan mengutusnya sebagai seorang rasul untuk menuntun umat manusia kepada keselamatan. Rasulullah saw. adalah orang yang terpilih dan terhormat di mata Allah.
Meskipun kita tidak pernah bertemu dengan sang Nabi saw., kita dapat mengenal perilaku, kata-katanya yang menyejukkan hati, dan nilai-nilai moral teramat mulia dari Al-Quran dan hadis. Kita pun dapat menjadikannya sebagai sahabat kita di hari akhir. Al-Quran menyatakan bahwa ia adalah suri teladan bagi semua orang yang beriman.
Bagimu ada suri teladan yang baik yang dimiliki Rasulullah, bagi semua yang mengharap rahmat Allah dan Hari Kiamat, dan banyak menyebut nama Allah. (QS. 33:21)
Salah satu ciri-ciri utama umat Islam adalah bahwa mereka tidak membuat perbedaan terhadap rasa cinta dan hormat mereka kepada semua nabi Allah dan mengikuti ajaran mereka semua dengan tulus: “... Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami; apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail dan Ishak, dan Yakub serta keturunannya; dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan yang diberikan kepada semua nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka. Kepada-Nyalah kami berserah diri” (QS. 3:84)
... namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). |
Umat Islam tahu bahwa semua nabi Allah adalah orang-orang terpilih, terhormat, dan dimuliakan di hadapan-Nya. Allah menciptakan semua utusan-Nya dengan memiliki nilai-nilai moral yang agung dan tingkah laku yang sempurna sehingga mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi umat manusia. Nabi-nabi adalah pelayan- pelayan Tuhan yang dicintai-Nya. Banyak ayat yang mengungkapkan bahwa mereka yang patuh kepada nabi-nabi sebenarnya patuh kepada Allah. Mereka yang tunduk kepada nabi-nabi Allah akan mendapat balasan yang setimpal di dunia maupun di akhirat. Pengabdian dan ketaatan ini terbentuk dengan segenap kesadaran mereka.
Dimulai dengan sahabat-sahabat Nabi saw., adalah suatu penghormatan yang luar biasa bagi orang-orang yang beriman yang hidup sezaman dengan para nabi untuk berada bersama-sama dengan orang-orang yang diberkahi ini. Hidup bersama para nabi, yang menerapkan sebuah teladan bagi semua orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah, dengan nilai-nilai moral yang agung, kecerdasan yang tinggi, keteguhan hati serta keberanian luar biasa adalah salah satu dari anugerah yang paling berharga di dunia ini. Mereka yang dengan tulus taat kepada Ibrahim a.s.; yang meyakini ajaran Yusuf a.s.; yang berperang melawan Firaun bersama-sama dengan Musa a.s.; dan yang mengikuti ajaran mulia Nuh a.s., Sulaiman a.s., Shalih a.s., Yakub a.s., serta Daud a.s., semuanya telah menerima, atas kehendak Allah, balasan yang setimpal di hari akhir. Orang-orang yang beriman yang tidak pernah bertemu dengan salah seorang dari nabi-nabi masih dapat memohon doa agar dapat diikutsertakan sebagai sahabat- sahabat mereka di hari kiamat dan untuk hidup bersama mereka di surga untuk selama- lamanya.
Periode akhir zaman adalah suatu masa yang paling diberkahi, salah satu kabar gembira bagi orang-orang beriman yang mencintai dan menaati nabi-nabi karena Allah telah mengungkapkan bahwa setelah melalui jeda 2000 tahun, Ia akan mengutus Yesus kembali ke Bumi. Kabar yang sangat penting ini dinyatakan baik di dalam Al-Quran maupun hadis. Seluruh umat Islam yang merasakan kesetiaan dan rasa cinta yang mendalam terhadap Nabi saw. juga mencintai, mematuhi, dan menghormati Yesus Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:
Nabi-nabi adalah saudara-saudara yang berlainan ibu, namun agama mereka adalah sama. Dari seluruh umat manusia, aku adalah saudara yang paling layak bagi Isa putra Maryam karena tidak ada nabi di antaraku dan dirinya.2
Seperti yang dinyatakan Rasulullah saw., semua Nabi Allah mengajarkan nilai-nilai moral religius yang sama kepada umatnya. Semua utusan Allah menyerukan kepada umat manusia yang hidup di masanya untuk beriman kepada Allah semata, mengabdi pada-Nya, dan hidup dengan menjalani semua perbuatan yang diridai-Nya. Terlebih lagi, mereka menunjukkan pada umat mereka tentang bagaimana menjauhi penderitaan api neraka yang abadi. Dengan kata lain, mereka menyiarkan agama yang sama kepada umat mereka. Allah menyatakan bahwa agama yang Ia turunkan kepada nabi-nabi-Nya dan yang mereka sebarkan kepada umatnya adalah agama yang satu dan sama.
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu agama yang sama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh. Bahwa apa yang telah Kami wasiatkan kepadamu dan yang Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa: “Tegakkanlah agama, dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.” (QS. 42: 13)
Oleh karena itu, tatkala ia kembali, Yesus akan menyerukan kepada umat manusia agama yang sama ini: Islam. Apalagi, Al-Quran mengungkapkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah: “Agama yang di sisi Allah adalah Islam” (QS. 3:19)
Ketika Yesus kembali turun ke Bumi, ia akan menyucikan Kristen dari elemen- elemen yang menyimpang, mengajarkan umat manusia berdasarkan Al-Quran (wahyu yang terakhir), dan mengajak seluruh umat untuk bersama-sama hidup dalam nilai- nilai moral yang Islami.
Umat Islam akan menjadi pendukung dan pembela setia nabi besar ini karena mereka memiliki rasa cinta yang mendalam terhadapnya, sebagaimana rasa cinta mereka terhadap semua nabi Allah. Fakta bahwa Yesus adalah salah satu hamba-hamba Allah yang terpilih, dan karena mereka hanya menjadikan Allah, nabi-nabi-Nya, serta orang- orang yang sungguh-sungguh beriman sebagai sahabat mereka. Seluruh umat Islam merasakan takzim yang mendalam terhadap Yesus. Sumber rasa cinta dan pengabdian yang mendalam ini adalah buah dari rasa cinta, ketaatan, dan penghormatan mereka kepada Allah, sebagaimana halnya ketaatan mereka terhadap Nabi Muhammad saw.
Al-Quran, hadis, dan karya-karya ilmuwan besar Islam menyatakan bahwa Yesus diangkat ke hadirat Allah dan akan kembali ke Bumi. Kedatangannya kembali ke dunia secara luas digambarkan dalam tulisan Hafiz ibn al-Dayba’ berjudul al-Usul ila Jami’ al- Usul serta kumpulan hadis tepercaya seperti karya Imam Malik berjudul Al-Muwatta’, kumpulan hadis Sahih karya Ibnu Khuzayma dan Ibnu Hibban, dan Musnads karya Ahmad ibnu Hanbal dan Abu Dawud al-Tayalisi. Beberapa di antara hadis-hadis tersebut berbunyi sebagai berikut.
Bersama jiwa yang terdapat dalam genggaman-Ku, putra Maryam (Isa a.s.) akan segera turun menghadap di antaramu sebagai seorang penguasa yang adil.3
Isa a.s., putra Maryam, pasti akan datang sebagai seorang hakim dan penguasa yang adil.4
Beberapa anggota kaumku akan bergabung kembali dengan Yesus, putra Maryam, dan akan menyaksikan pertempurannya melawan penentang Kristus.5
Para ilmuwan Islam menganggap peristiwa yang menakjubkan ini sebagai tawatur (disetujui dengan suara bulat), dan hadis yang relevan dianggap sebagai suatu pernyataan kebenaran yang tak terbantahkan. Semua ilmuwan hadis menyetujui bahwa mereka yang meneruskan hadis-hadis ini dapat dipertanggungjawabkan, tidak diragukan keabsahannya, dan bahwa tidak ada hadis tepercaya yang perlu dipertanyakan.6
Sebentar lagi, kita akan mengkaji, dengan menggunakan contoh-contoh yang terperinci, pendapat-pendapat para ilmuwan besar dan pakar hadis Islam bahwa “tidak ada keraguan tentang kembalinya Yesus” Walaupun demikian, kini kita perlu menyebutkan dengan ringkas apa yang dikatakan aliran Hanafi tentang peristiwa ini, sebagaimana sang pendirinya, Imam Abu Hanifa, mencantumkan daftar orang-orang yang membahasnya. Dalam bab terakhir bukunya, Al-Fiqh al-Akbar, Abu Hanifa menyatakan:
Kebangkitan antikristus serta Ya’juj dan Ma’juj adalah suatu kenyataan; terbitnya sang surya dari Barat adalah suatu kenyataan; turunnya Isa, yang membawa kedamaian, dari surga adalah suatu kenyataan; dan semua pertanda lainnya mengenai Hari Kebangkitan, sebagaimana yang terkandung dalam tradisi-tradisi otentik, merupakan kenyataan yang tidak bisa dimungkiri.7
Dalam hadisnya, Nabi saw. memberitahukan kepada kita hal-hal semacam turunnya Yesus, perjuangannya, serta seperti apa jadinya dunia pada saat itu. Masing-masing berita ini adalah kabar baik bagi seluruh umat Islam. Misalnya, Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa ketika Yesus kembali ke Bumi, umat Islam akan merasa terhormat untuk menjadi para penolongnya yang mulia.
Aku bersumpah kepada Allah, Yang mengutusku sebagai nabi yang sebenarnya, bahwa pasti Yesus, putra Maryam, akan menemukan orang-orang dari kaumku yang akan menggantikan kedudukan murid-muridnya [tatkala ia kembali menjelang periode akhir zaman].8
Isa, anak Maryam, akan segera menjadi pengadil di antara kalian. |
Tentunya, menjadi para penolongnya merupakan suatu kabar yang sangat menggembirakan dan suatu tanggung jawab utama bagi orang-orang yang sungguh- sungguh beriman. Semua orang yang beriman akan berharap dengan tulus untuk mencapai posisi yang begitu terhormat ini.
Pada suatu saat, tatkala pertanda kedatangannya terlihat semakin jelas, kita perlu memikirkan pentingnya kata-kata Rasulullah saw. Fakta bahwa sebagian orang bertingkah laku seolah-olah Yesus tidak akan kembali adalah suatu kesalahan yang fatal, tidak semestinya mereka diperbolehkan untuk menipu yang lainnya atau mengarahkan mereka untuk mengakui pernyataan itu. Sebaliknya, umat Islam yang menyadari bahwa peristiwa ini merupakan suatu kebenaran yang nyata yang diungkapkan Al- Quran dan hadis harus merasakan sensasi kegembiraan atas keadaan yang luar biasa ini dan melakukan usaha-usaha yang maksimal untuk menyambut tamu yang diberkahi ini dengan sebuncah rasa cinta dan antusiasme yang pantas. Tidak perlu membuang-
buang waktu untuk keragu-raguan dan ketakutan yang tak berdasar. Orang-orang yang beriman harus mempersiapkan diri dan juga orang-orang di sekitar mereka untuk peristiwa keajaiban ini dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diberikan dengan cara hidup dalam suatu zaman untuk memperoleh rida Allah.
Ketika Yesus kembali pada akhir zaman, ia mungkin akan bertanya: “Siapakah para penolongku?” Mereka yang bercita-cita menjadi penolongnya harus memanfaatkan periode yang berharga yang kita lalui ini dan, sejak saat itu, meninggalkan semua tingkah laku dan moral yang mungkin akan menjadi suatu sumber aib sewaktu Yesus kembali nanti. Tingkah laku terpenting yang harus dihindari adalah --dan yang mungkin menjadi sumber terbesar aib-- kurangnya rasa antusiasme terhadap isu ini. Berdasarkan kenyataan itulah, orang-orang yang beriman harus mengangkat isu tentang seperti apakah peristiwa kedatangannya yang luar biasa ini akan terjadi dengan terus-menerus. Seraya memaparkan bukti-bukti bahwa Yesus diangkat dalam keadaan hidup ke hadirat Allah dan akan kembali, disertai penjelasan semua aspek dari pertanda peristiwa ini, akan hilang keragu-raguan pada mereka yang mungkin masih gamang. Apalagi, dengan terus-menerus mengemukakan isu ini, kemungkinan pernyataan orang-orang di kemudian hari akan meredam, seperti “Tapi kami tidak tahu. Andaikan kami tahu, tentunya kami akan melakukan persiapan-persiapan yang paling sepantasnya.” Demikianlah, orang-orang yang beriman harus memanfaatkan berbagai cara yang ada untuk bergabung bersama-sama dalam mempersiapkan diri menghadapi peristiwa ini.
Esensi agama yang dibawa oleh Yesus ada 2000 tahun yang lalu telah dirusak. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Quran, keyakinan-keyakinan yang menyimpang seperti Trinitas dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan (Allah tentunya lebih dari itu) menjadi bagian dari pemahaman agama Kristiani sesudah masa Yesus itu sendiri. Tatkala ia kembali, tindakannya yang pertama adalah menyucikan Kristen dari keyakinan- keyakinan yang menyimpang ini karena hanya ia yang dapat melakukannya. Ia akan mengatakan pada umat Kristen, yang sedang menunggu-nunggu kedatangannya, tentang nilai-nilai moral Islam dan mengarahkan umat Kristen ke jalan agama yang benar. Mereka yang mengikutinya akan menjadi pemeluk Kristen sejati.
Ilmuwan besar Islam Bediuzzaman Said Nursi, sang pembaru (mujaddid) pada abad ketiga belas kejayaan Islam, menggambarkan para pemeluk Kristen sejati ini dengan sangat bijak. Jika kita memerhatikan kata-katanya dengan saksama, kita melihat bahwa umat Kristiani sejati adalah mereka yang tunduk pada nilai-nilai moral Al-Quran dan Sunah dan yang menaati Yesus Umat Kristiani sejati akan berarti orang-orang Muslim yang tulus dan pemeluk Kristen yang menentang keyakinan-keyakinan yang menyimpang dan takhayul yang telah merasuki agama mereka dan lantas berbalik pada nilai-nilai moral Islam. Umat Islam dan Kristen, yang akan terbebas dari keyakinan- keyakinan takhayul mereka, kemudian akan mendirikan sebuah persekutuan besar (bersama-sama dengan Yesus) yang akan menyebabkan runtuhnya semua sistem dan perilaku yang menentang nilai-nilai moral religius.
Pernyataan Bediuzzaman tentang hal tersebut adalah sebagai berikut:
“Pada akhir zaman, Yesus akan turun dan bertindak sesuai dengan sunah Muhammad saw.,” yang berarti bahwa pada saat itu, agama Kristen akan disucikan dan melepaskan diri dari takhayul di hadapan aliran kekafiran dan ateisme pada saat itu yang lahir dari aliran filsafat naturalis, dan bahwa agama Kristen kemudian akan bertransformasi menjadi Islam. Pada titik itulah kepribadian kolektif agama Kristen akan menghabisi kepribadian kolektif non-agama yang menakutkan dengan pedang penyingkapan dari langit sehingga mewakili kepribadian kolektif agama Kristen, Yesus akan menyudahi aliran antikristus, yang mewakili kepribadian kolektif non-agama. Dengan kata lain, ia akan menyudahi pemikiran ateistik.9
“... di hadapan aliran kekafiran dan ateisme yang lahir dari filsafat naturalis”: Bediuzzaman mengungkapkan bahwa Yesus akan memimpin sebuah pertempuran besar melawan gerakan-gerakan non-agama yang diciptakan oleh aliran Darwinisme dan orang-orang yang membantah eksistensi Allah.
“... Agama Kristen akan disucikan dan membebaskan diri dari takhayul... dan bahwa ia akan bertransformasi menjadi Islam”:
Di sini, Bediuzzaman menafsirkan hadis yang mengatakan, ketika Yesus kembali pada masa akhir zaman, ia akan mematuhi hukum dan aturan-aturan Islam. Perjuangannya akan dimulai dengan menyucikan agama Kristen dari semua mitos dan kepercayaan palsu yang telah merasukinya selama berabad-abad, dan kemudian mengembalikannya kepada Islam.
Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran, kepribadian kolektif agama Kristen akan menduduki posisi di mata pengikutnya, dan Islam, sebagai pemimpin. Agama yang benar akan menjadi sebuah kekuatan dahsyat sebagai dampak dari penggabungan itu. Walaupun dikalahkan oleh aliran ateistik ketika mereka terpisah, Kristen dan Islam akan mematahkan dan memukul mundur ateisme sebagai hasil dari penyatuan mereka. Lantas sosok Yesus, yang hadir dengan jasmani fisiknya di dunia khayangan, akan datang untuk memimpin aliran agama yang sebenarnya, seperti janji Sang Mahakuasa di Atas Segalanya, sebagai Pembawa Kabar yang Pasti yang telah dikatakan [Nabi Muhammad saw.]. Oleh karena ia mengatakannya, hal itu memang benar terjadi, dan karena Sang Mahakuasa di Atas Segalanya telah menjanjikannya, Ia akan melaksanakannya.10
“Sebagaimana dikatakan Al-Quran, kepribadian kolektif agama Kristen akan menduduki posisi di mata pengikutnya, dan Islam, sebagai pemimpin”
Transformasi agama Kristen, yang dimulai dengan Yesus, akan mengakhirinya bersama- sama dengan umat Kristen dengan menaati Al-Quran, sebagaimana yang dikehendaki kitab terakhir. Baik Isa (a.s.) dan umat Kristen sebagai satu kesatuan akan menganut Islam.
“Meskipun dikalahkan oleh aliran ateistik ketika mereka terpisah, Kristen dan Islam akan mematahkan dan menumbangkan ateisme sebagai hasil dari penyatuan mereka”
Sebuah kekuatan besar akan terbentuk, di bawah kepemimpinan Yesus dan menaati nilai-nilai Al-Quran, karena dua agama monoteistik terbesar di dunia merupakan dua kekuatan raksasa dalam bidang politik, ekonomi, dan spiritual. Setelah penyatuan itu, kedua agama tersebut akan mempunyai kekuatan yang cukup untuk memusnahkan segala bentuk non-agama. Filsafat materialistik, yang memisahkan manusia dari tujuan sejati mereka dalam kehidupan dan memaksa mereka bersikap egois, tanpa cinta, dan agresif akan ditumpas. Begitu pula dengan semua bentuk aliran non-agama.
“Lalu, sosok Yesus, yang hadir dalam jasmani fisiknya di dunia khayangan, akan turun untuk memimpin aliran agama yang sebenarnya...”
Persekutuan ini, ketika digabungkan dengan penerimaan umat Kristen terhadap Al-Quran, akan mencapai suatu status mayoritas yang mendunia dan bergerak laksana satu tubuh yang dipimpin oleh Yesus. Bediuzzaman mengingatkan kita bahwa Isa a.s. memimpin agama sesungguhnya tersebut berdasarkan hadis dan menekankan bahwa, sebagai hasilnya, kabar ini merupakan pengetahuan yang sebenarnya.
Konsep antikristus, yang bermakna “pembohong dan penipu, yang mencampuradukkan hal yang baik dengan yang batil, juga kebenaran dan takhayul dalam hati dan pikiran manusia; yang menyepuh permukaan benda-benda dan menyamarkan sifat alamiahnya; sang penjahat dan pembawa sial yang berkelana ke semua tempat,” digambarkan sebagai seseorang yang akan muncul di akhir zaman dan akan menjadi sumber dan perwakilan segala bentuk kejahatan dan keributan. Betapa pun, sang antikristus ini bisa jadi bukan seorang manusia, melainkan, mungkin, adalah suatu sistem atau suatu ideologi yang mewakili cara berpikir atau perilaku yang menentang nilai-nilai moral religius. Banyak hadis yang mengandung banyak sekali informasi tentang antikristus ini, dan beberapa ayat merujuk pada moral dan sistem antikristus. Bangkitnya individu ini dilaporkan sebagai salah satu dari tanda-tanda utama akhir zaman:
Abu Huraira berkata: “Ada tiga hal yang, ketika mereka muncul sebagai sosok yang nyata, tidak akan menguntungkan bagi keyakinan seseorang yang tidak punya keyakinan sebelumnya: Sang antikristus, Sang Dajjal, dan Matahari yang terbit di Barat.”11
Abu Hanifa menyebutkan hal ini mengenai hadis yang merujuk pada antikristus dan tanda-tanda lainnya:
Kebangkitan antikristus serta Ya’juj dan Ma’juj adalah suatu kenyataan; terbitnya Matahari dari Barat adalah suatu kenyataan; dan semua tanda-tanda lainnya mengenai Hari Kebangkitan, sebagaimana yang terkandung dalam tradisi-tradisi otentik, terwujud menjadi kenyataan.12
Selain tanda-tanda kedatangan antikristus, hadis tersebut juga menyingkap ciri- cirinya dengan sangat terperinci: antikristus akan menyebabkan orang-orang berpaling dari jalan kebenaran, menggambarkan perbuatan terpuji sebagai hal tercela dan perbuatan tercela sebagai hal yang terpuji, menipu orang-orang yang mengikutinya dengan apa yang dinamakannya sebagai anugerah, menindas orang-orang yang tidak mau menaatinya, menimbulkan kekacauan di dunia, mendorong terjadinya konflik, menindas nilai-nilai moral berdasarkan agama, dan berusaha membuat orang-orang berpaling dari nilai-nilai tersebut. Zaman antikristus di Bumi akan tiba tatkala orang- orang yang beriman (mukmin) mengalami banyak persoalan dan kesulitan, dan tatkala sebagian besar orang berpaling dari nilai-nilai moral religius.
Kukatakan pada kalian semua hal ini supaya kamu memahami keadaannya dan tidak terjatuh ke dalam perangkapnya, dan supaya kalian memberitahukan orang- orang yang sesudahnya, karena kelalimannya adalah kejahatan terburuk yang pernah ada.13
Nasihat ini, demikian pula permohonan doanya untuk berlindung kepada Allah dari kekacauan yang ditimbulkan oleh antikristus, merupakan suatu tuntunan bagi umat Islam. Umat Islam dari mazhab dan ras yang berbeda-beda memohon kepada Allah dalam salat lima waktunya agar mereka terlindung dari perbuatan lalim sang antikristus. Seperti yang dinyatakan dalam hadis, doa yang diajarkan Rasulullah saw. kepada orang-orang mukmin adalah sebagai berikut:
Nabi saw. bersabda bahwa: “Tatkala salah seorang darimu menyelesaikan salatnya, mintalah perlindungan kepada Allah dari keempat hal seraya berkata: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, serta fitnah sang Dajjal.”14
Fakta bahwa Rasulullah saw. mengajarkan doa ini kepada masing-masing pengikutnya dan menganjurkan pada mereka untuk mengucapkannya dalam setiap salat menunjukkan betapa pentingnya persoalan antikristus atau Dajjal ini bagi orang- orang yang beriman. Kita tahu bahwa setelah salat lima waktu, para ilmuwan Islam juga menambahkan kalimat “Allahumma ajirni min fitna al-Masih al-Dajjal wa al-Sufyan” (Ya Allah, lindungilah aku dari siksa sang antikristus dan sang Sufyan). Merasa waswas dengan dahsyatnya kelaliman sang antikristus, umat Islam meminta perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan doa ini dalam setiap salat lima waktu mereka.
Ini menunjukkan bahwa umat Islam secara spiritual bersiap menghadapi antikristus. Kendati demikian, persiapan yang paling penting untuk melawan antikristus adalah sesuatu yang persisnya harus dilakukan untuk mempersiapkan kedatangan Yesus.
Berkenaan dengan itu, kedatangannya akan membuktikan fakta bahwa doa ini telah didengar. Hal ini karena hadis tersebut mengungkapkan bahwa kelaliman sang antikristus hanya dapat ditumpas dengan kembalinya Yesus ke Bumi. Ketika antikristus melihat Yesus, “ia akan meluruh seperti garam di dalam air.” Beberapa hadis menyebutkan bagaimana Yesus akan membasmi sang antikristus, seperti berikut ini.
Seraya sang Dajjal menyebarluaskan kejahatan di muka Bumi, Allah akan mengutus Al-Masih, Isa a.s., putra Maryam... Isa a.s. akan menemui sang Dajjal di pintu gerbang Ludd [dekat Yerusalem] dan membunuhnya.15
Tatkala musuh Allah [sang Dajjal] melihatnya, ia akan melarut bagai garam di air. Walaupun ia akan melarut sampai ia benar-benar hancur, bahkan jika tidak ada lagi yang tersisa darinya, Allah akan terus menumpas sang Dajjal melalui tangan Yesus ...16
Isa (a.s.) akan segera datang, dan lalu akan menghancurkan Dajjal, sang penjahat, sang pembawa sial.17
Oleh karena itu, suatu kewajiban utama bagi semua orang yang beriman dan mereka yang ingin berlindung dari kelaliman sang antikristus untuk mendukung sepenuhnya usaha Yesus dan berjuang mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum kedatangannya.
Dengan kata lain, umat Islam perlu membongkar kejahatan dan tipuan yang dilancarkan antikristus serta melakukan suatu pertempuran intelektual melawan elemen- elemen yang mencakup fondasi-fondasi ideologis sistem antikristus. Dengan kata lain, mereka harus mempersiapkan rancangan dasar demi pertempuran intelektual besar- besaran yang akan dilancarkan oleh Yesus sekembalinya ke dunia dan mempersiapkan diri untuk mendukungnya. Informasi yang diberikan Al-Quran dan pengembangan- pengembangannya yang digambarkan dalam hadis menunjukkan bahwa salah satu di antara periode terpenting dalam sejarah telah berada di ambang pintu.
Mereka yang akan mendapatkan kehormatan hidup di dalam masa yang bersejarah seperti ini seharusnya merasa begitu bersemangat menghadapi kemungkinan ini dan harus menyadari besarnya tanggung jawab yang akan mereka hadapi. Salah satu hal utama yang harus mereka lakukan adalah mempersiapkan diri dan orang-orang di sekitarnya atas kedatangan kembali Yesus.
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). |
Keadaan dunia pada saat ini menunjukkan mengenai hal-hal apa saja yang perlu kita prioritaskan untuk bersiap menghadapi peristiwa dahsyat ini. Ini adalah suatu periode ketika kerusakan moral yang terjadi pada masyarakat karena ideologi-ideologi ateis kemungkinan lebih buruk dari masa-masa sebelumnya. Meluasnya aksi kejahatan, teror, kekejaman, penipuan, dusta, perilaku amoral, konflik, dan kemiskinan di seluruh dunia menunjukkan bahwa dunia dipenuhi dengan ‘kelaliman’.
Semua kekejaman dan kemunduran ini semakin menguat akibat sistem ‘takhayul’ atau mengada-ada yang dibangun oleh mereka yang menyangkal eksistensi Allah dan ke-Esaan-Nya dan mereka yang tidak memercayai adanya hari akhir. Apalagi, kelaliman ini semakin berkembang dan meluas. Dalam menghadapi hal ini, umat Islam perlu membersihkan sumber-sumber ideologi yang menyusun fondasi keadaan seperti ini dan mendorong proses kemerosotan moral melalui argumen-argumen yang cerdas. Salah satu cara terpenting untuk melakukannya bagi umat Islam adalah memperjuangkan semangat kesatuan dan persatuan.
Perjuangan intelektual ini merupakan suatu tanggung jawab utama bagi seluruh umat Islam. Tambahan lagi, umat Islam yang tengah menunggu kedatangannya harus meninggalkan pertentangan-pertentangan internal dan perbedaan-perbedaan pendapat untuk membangun semangat persatuan dan solidaritas. Tak ayal lagi, akan menjadi suatu kekeliruan besar dan kesalahan yang fatal bagi dunia Islam apabila terperosok ke dalam masalah-masalah internal mereka sendiri.
Umat Islam yang menjalankan dengan sepenuhnya nilai-nilai moral Al-Quran serta mengikuti Sunah Rasul saw. harus bertindak dengan tingkah laku yang bersatu-padu mengusung semangat solidaritas kebersamaan ke depan dan memperingatkan dunia Islam bahwa seluruh umat Islam adalah “bersaudara dalam agama”. Kenyataannya, Allah menyerukan kepada umat Islam untuk bertindak dengan semangat persatuan dan kesatuan.
Berpeganglah kamu semua kepada tali Allah dan janganlah bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu bermusuh-musuhan dan Ia mempersatukan hatimu sekalian sehingga kamu menjadi orang-orang yang bersaudara dengan rahmat-Nya. Kamu berada di tepi jurang api neraka, lalu Ia menyelamatkanmu darinya. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya, mudah-mudahan, kamu mendapat petunjuk. (QS. 3: 103)
Lebih dalam lagi, atas kehendak Allah-lah, penyatuan ini akan menjadi salah satu tahap utama dalam penghancuran ideologi ateis secara intelektual. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan penggabungan ini dan mengungkapkan bahwa orang-orang yang beriman harus menikmati hubungan persahabatan di antara mereka dan menolong satu sama lainnya jika kelaliman di dunia ini hendak ditumpas.
Mereka yang kafir menjadi teman dan pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak bertindak dengan cara seperti itu, niscaya akan terjadi kekacauan di daratan dan kerusakan yang amat besar. (QS. 8: 73)
Jika umat Islam dapat menyingkirkan perbedaan-perbedaan dan pemisahan- pemisahan yang ada, ingatlah bahwa mereka adalah “saudara seiman” dan hiduplah dengan nilai-nilai moral yang pantas yang dibawa dari penyatuan spiritual ini. Mereka pun akan menjadi contoh bagi seluruh dunia dan memberikan suatu kondisi yang sepenuhnya layak bagi Yesus.
Ketika Yesus kembali, dunia Islam harus sudah mengubah perbedaan-perbedaan internal budaya dan tradisi yang ada menjadi elemen-elemen yang kaya, menghapus pengaruh negatif ideologi-ideologi ateis terhadapnya, dan bergabung bersama-sama dalam satu kesatuan dengan hidup berdasarkan nilai-nilai moral Al-Quran.
1. Izzet Ikbal, Risale-i Nur’dan Ahir Zaman ile Ilgili Bahisler (Pertanyaan Akhir Jaman dari Risale-i Nur), 8.
2. Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal, vol. 17, hadis no. 1033.
3. Hadis Sahih al-Bukhari.
4. Imam Nawawi, Commentary on Sahih Muslim, 2:192; Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal, vol. 14, hadis no. 332.
5. Al-Hakim, Al-Mustadrak, hadis no. 8634, 4:587.
6. Dr. Subhi Salih, Ulum’il Hadis (Ilmu Hadis), 151-52; Dr. G. Huseyin Tacirineseb, Mehdilik ve Imam Mehdi (Mahdisme dan Imam Mahdi), 325.
7. Imam Abu Hanifa, Al-Fiqh al-Akbar, http://muslim-canada.org/fiqh.htm.
8. Al-Tirmidhi, Nawadir al-Usul fi Ma‘rifat Ahadith al-Rasul, 2:92.
9. Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection: The Letters, “First Letter.”
10. Ibid., “Fifteenth Letter”.
11. Al-Tirmidhi hadiths; Muhammad ibn ‘Abd al-Rasul Barzanji , Al-Isha‘ah li Aashrat al-Sa‘ah, 209.
12. Imam Abu Hanifa, Al-Fiqh al-Akbar, http://muslim-canada.org/fiqh.htm.
13. Nu‘aym ibn Mas‘ud; Ismail Mutlu, Kiyamet Alametleri, (Tanda-Tanda Akhir Aaman), Mutlu Publications, (Istanbul: 1999), 92-93.
14. Sahih Muslim, hadis no. 590, 1:413.
15. Sahih Muslim; Saim Gungor, Buyuk Fitne Mesih-i Deccal (Kejahatan Besar, Messiah yang antikristus), 104.
16. Sahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Ashrat as-Sa‘ah, 9 (Buku Tentang Huru-Hara dan Tanda-Tanda Akhir Zaman), no. 2897, 4:2221.
17. Nuzul-i Mesih Risalesi (Risalah tentang Kedatangan Kedua dari Mesiah) (Istanbul: Ekmel Publishing, 1998), 121.