Al-Quran dan hadis menyatakan bahwa Yesus tidak mati melainkan diangkat ke hadirat Allah. Umat Kristiani juga meyakini hal ini meski hal itu bertentangan dengan Al-Quran. Selain itu, sebagian umat Islam juga mempunyai pemikiran keliru bahwa Yesus mati dan tidak akan kembali. Pernyataan seperti ini sangat tidak berdasar. Sebagaimana Allah telah berfirman, mereka yang membuat pernyataan semacam itu sekadar menebak-nebak saja. Allah mengatakan kepada orang-orang mukmin untuk tidak berspekulasi tentang hal-hal yang mereka tidak ketahui dengan pasti.
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. 17:36)
Sebagian orang mungkin termakan anggapan atau keyakinan yang keliru ini karena mereka tidak mampu memikirkan dengan sungguh-sungguh apa artinya untuk membuat atau meyakini pernyataan semacam itu. Atau, mereka mungkin tidak menyadari akan tanggung jawab yang mereka emban tersebut. Kita tidak perlu mengucilkan orang-orang seperti mereka. Lebih baik, kita berupaya menunjukkan kekeliruan tersebut supaya mereka menghapus anggapan itu. Namun, sebelum membuat mereka menyadari kekeliruannya, perlu dipikirkan apa yang dimaksud dengan pernyataan yang mereka yakini itu. Dalam Al-Quran, Allah menyatakan bahwa Ia menggagalkan rencana orang-orang kafir terhadap Yesus dan bahwa mereka tidak membunuhnya. Suatu tanggung jawab yang berat untuk mengesampingkan sebuah kebenaran yang terungkap sangat jelas melalui kata-kata berikut. “... mereka tidak membunuhnya dan mereka tidak menyalibnya” (QS. 4:157). Dengan kata lain, meyakini bahwa Yesus dibunuh, yang berarti rencana orang-orang kafir tersebut berhasil dilakukan, adalah bertentangan dengan Al-Quran.
Sebagian orang mengatakan bahwa Yesus tidak dibunuh melainkan mati ketika ajalnya tiba. Ini juga tidak benar. Menurut pendapat yang keliru itu, Allah mengambil nyawa Yesus sebelum orang-orang kafir berhasil menyentuhnya sehingga ia tidak dibunuh oleh orang-orang kafir. Bahkan, ayat-ayat yang relevan lainnya jelas-jelas menunjukkan bahwa bukan seperti itulah kejadiannya. Apalagi, logika seperti ini cacat. Pikirkanlah analogi berikut. Tiga orang telah bersekongkol untuk membunuh seorang musuh dalam sebuah tempat jebakan. Lalu, coba kita anggap bahwa orang yang sedang dikejar-kejar itu meninggal terkena serangan jantung sebelum mencapai tempat yang dimaksud. Dalam kasus demikian, orang-orang yang memasang jebakan itu kemungkinan akan bersuka-cita karena merasa yakin bahwa mereka telah berhasil mencapai tujuan mereka.
Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang lalim tak akan beruntung. Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. |
Analogi lain, pikirkan bahwa seseorang pergi ke rumah seorang musuh untuk membunuhnya. Tetapi, musuh itu tiba-tiba jatuh dari balkon hingga tewas seketika dan bukannya mati karena terkena pukulan dari orang tersebut. Fakta bahwa musuhnya telah mati berarti bahwa tokoh antagonisnya telah berhasil meraih tujuannya. Analogi yang sama dapat diasumsikan dalam kasus Yesus. Orang-orang kafir memasang sebuah jebakan yang dirancang untuk membunuhnya. Namun, Allah menyatakan bahwa Ia menggagalkan jebakan itu. Jika Yesus memang ditakdirkan mati, ini akan berarti bahwa orang-orang kafir itu sukses menjalankan misinya, yang sebenarnya tidak mungkin. Karena itu, ia masih hidup, akan kembali lagi sesuai perintah Allah, dan akan menjadikan nilai-nilai moral agamis berjaya di seluruh dunia. Ia pun akan meninggal hanya setelah kembali ke Bumi dan hidup sampai usia senja. (Wallahu a’lam).
Masih ada orang-orang yang beranggapan bahwa Yesus diselamatkan dari jebakan orang-orang kafir namun kemudian meninggal pada saat yang tidak diketahui. Pernyataan semacam ini tidak mempunyai dasar yang logis dan juga menimbulkan sejumlah pertanyaan yang tak terjawab yang tak seorang pun dari mereka dapat memberikan penjelasan yang masuk di akal. Allah membuat Yesus lenyap secara tiba-tiba ketika ia masih hidup. Setelah itu, tidak seorang pun yang melihat atau berbicara lagi dengannya. Ini merupakan suatu keadaan yang di luar batas kewajaran. Jika, seperti anggapan orang- orang ini, Yesus pernah hidup untuk beberapa saat lamanya, tentunya beberapa orang akan pernah melihatnya atau berbicara dengannya. Namun, kita tidak mempunyai informasi bahwa hal demikian memang pernah terjadi. Tentu saja, akan menjadi tidak mungkin bagi dirinya untuk hidup tanpa pernah bertemu orang-orang, berbicara kepada salah satu dari mereka, atau menyampaikan wahyu karena melakukan hal tersebut merupakan satu- satunya alasan penciptaan dan pengutusannya kepada Bani Israil.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, keadaan semacam ini hanya terjadi pada Yesus. Kata tawaffaa digunakan hanya untuk menggambarkan kematiannya. Selain itu, tak ada nabi lainnya yang diajarkan tiga kitab suci: “Aku mengajarkanmu Alkitab dan Hikmah, dan Taurat dan Injil” (QS 5:110) atau digambarkan sebagai: “Ia adalah pertanda Hari Kiamat” (QS 43:61). Hanya Yesus yang diangkat ke hadirat Allah sewaktu ia masih hidup, hanya para pengikutnya yang akan dilebihkan hingga Hari Pembalasan, dan hanya dalam kasusnya saja semua pengikut Ahli Kitab akan menaatinya sebelum ia diwafatkan. Semua ini merupakan suatu bukti penting bahwa Allah telah memilih sebuah takdir yang sangat istimewa bagi Yesus. Untuk memenuhi takdirnya itu, Yesus harus tetap hidup selama berada di sisi-Nya dan akan kembali ke Bumi. (Wallahu a’lam).
Tindakan Allah menggagalkan rencana orang-orang kafir terhadap Yesus dan mengangkatnya sewaktu masih hidup, baik secara jiwa dan raga, ke sisi-Nya merupakan sebuah mukjizat yang sangat besar. Sepanjang sejarah, Allah telah memberikan para nabi berbagai mukjizat. Ia menurunkan kitab yang sebenarnya, Al-Quran, kepada Nabi Muhamamd saw. Di samping itu, Nabi Muhammad saw. berpindah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam semalam (QS. 17:1) dan perkiraannya bahwa orang- orang yang beriman akan memasuki Masjidil Haram dengan aman (QS. 48:27) adalah beberapa dari berbagai mukjizat yang dimilikinya. Tongkat Musa a.s. yang berubah menjadi seekor ular dan menggagalkan sulap yang dilakukan para tukang sihir Firaun, tangannya yang menampakkan cahaya seputih salju kepada para tamunya, dan kemampuannya membelah Laut Merah di hadapan umatnya ketika mereka tengah dikejar oleh Firaun dan pasukannya; Yesus yang lahir ke dunia tanpa campur tangan seorang ayah, berbicara kepada manusia ketika masih dalam buaian, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta; api yang mendingin ketika Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalamnya adalah mukjizat-mukjizat lain yang diperlihatkan atas izin Allah.
Keyakinan orang-orang yang beriman terhadap mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan oleh Allah mempertebal keteguhan mereka dalam beriman. Sebagaimana seorang yang beriman meyakini semua mukjizat yang dimiliki semua nabi, termasuk mukjizat yang dimiliki Yesus, atas kehendak Allah, orang tersebut juga harus meyakini bahwa Yesus secara mukjizat diangkat ke hadirat Allah.
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. |
Sementara itu, orang-orang yang menganggap bahwa Yesus telah mati harus waspada terhadap kerugian yang akan mereka derita ketika Yesus kembali nanti. Banyak pertanda yang berhubungan dengan peristiwa ini, seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran dan hadis, memang telah terjadi. Ini juga merupakan suatu kabar yang menggembirakan bahwa kedatangannya kembali ke dunia semakin dekat. (Wallahu a’lam). Oleh karena itu, orang-orang mukmin perlu merasakan kegembiraan ini, antusias, bersuka-cita, dan bersaing dengan yang lainnya untuk melakukan persiapan sebaik mungkin untuk menyambutnya. Maka dari itu, orang-orang yang telah teperdaya dengan keyakinan yang keliru bahwa Yesus telah mati harus membuang prasangka itu, mendengarkan kata hati mereka, dan mengkaji lagi lebih dalam apa yang dinyatakan dalam Al-Quran. Hanya dengan melakukan hal-hal inilah mereka akan melihat kebenaran dan terbebas dari kekeliruan mereka.
Bagaimanapun, adalah suatu hal yang berguna untuk mengkaji pernyataan- pernyataan yang keliru itu sekali lagi untuk menyingkap anggapan mereka yang tidak berdasar agar mereka yang telah teperdaya dapat memperoleh informasi yang akurat.
Satu hal yang disebut sebagai bukti yang dikemukakan oleh orang-orang yang beranggapan bahwa Yesus telah mati adalah pernyataan: “... setelah Engkau mengambilku kembali ke hadapan-Mu [tawaffaytanii], Engkaulah yang mengawasi mereka...” dalam Al-Quran surat 5:117. Orang-orang ini menafsirkan tawaffaytanii sebagai kematian secara biologis. Akan tetapi, sebagaimana yang telah kita diskusikan sebelumnya, mengambil ruh tidak selalu berarti merujuk kepada mati secara biologis. Kita akan mengajukan suatu ringkasan singkat mengenai argumen-argumen yang mendahuluinya, sebagai berikut.
1. Kata mengambilku kembali adalah sama seperti yang digunakan pada Al-Quran surat 3:55. Seperti yang telah kita perjelas dalam analisis kita terhadap ayat itu, kata tersebut mengusung makna yang berbeda dengan kata kematian dalam bahasa Inggris. Sebuah analisis tentang bagaimana tawaffaa digunakan dalam Al-Quran semakin memperjelas bahasan tersebut. Kita telah mengkaji Al-Quran surat 39:42 dalam hubungannya dengan ayat yang ini. Sekarang, kita akan menyimak sebuah ayat lainnya yang menggunakan kata tawaffaa dalam pengertian yang sama.
Dialah yang mengambilmu kembali ke sisi-Nya pada malam hari [yatawaffakum], sementara mengetahui apa saja yang kamu kerjakan pada siang hari, dan membangunkanmu lagi, supaya disempurnakan umur yang telah ditentukan. (QS. 6:60)
Sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat tersebut, Allah mengambil ruh orang- orang yang sedang tidur. Selama tidur, mereka tidaklah mati dalam pengertian yang wajar (ruh tersebut meninggalkan tubuh ke sebuah dimensi yang berbeda untuk periode waktu yang singkat). Jika hal ini dianggap kematian secara biologis, Yesus tentunya mati setiap malam harinya di sepanjang masa hidupnya. Hal ini juga berlaku bagi semua orang. Padahal, ayat tersebut jelas-jelas tidak mengatakan hal demikian.
Menurut pendapat sebagian besar pakar, tawaffaa digunakan dalam pengertian tidur. Oleh karena itu, ayat tersebut berarti: “Aku akan membuatmu tertidur.” Kesimpulannya, dapat kita katakan bahwa Yesus dibuat dalam keadaan yang seperti sedang tertidur, diangkat ke haribaan Allah sementara ia masih hidup, dan bahwa ia meninggalkan dimensi yang sekarang. (Wallahu a’lam).
Cendekiawan Muslim kontemporer Muhammad Khalil Herras menuliskan ulasan berikut.
Kata tawaffaa dalam ayat ini bukan berarti “kematian”, melainkan “menyebabkan seseorang dalam keadaan yang seperti sedang tertidur”. Jika kita menerima makna kata kematian, tak ada lagi penjelasan atas peristiwa naiknya Yesus dalam keadaan mati ke hadapan Allah. Apalagi, jika kata tersebut digunakan dalam arti kematian, tidak ada artinya kabar gembira mengenai diselamatkannya Yesus dan disucikannya ia dari orang-orang Yahudi. Apalagi, itu berarti Allah menolong orang-orang Yahudi jika Ia memang telah membunuhnya. (Allah tentunya melebihi apa yang disifatkan oleh manusia). Lantas, bagaimana kita dapat memahami makna tipu daya Allah dalam Al-Quran surat 3:54? Karena Allah membunuh Yesus sebelum orang-orang Yahudi tidak akan sesuai dengan tipu daya yang dimaksud. Tipu daya yang sebenarnya adalah bahwa Allah akan mengangkat Yesus ke hadirat-Nya sementara ia masih hidup, dan Yesus akan turun kembali pada akhir zaman...72
Hal yang senada, dalam uraiannya terhadap Al-Quran surat 5:117, Hamdi Yazir dari Elmali memusatkan perhatian pada penggunaan kata mutawaffiika dalam Al-Quran surat 3:55 seraya mengatakan bahwa kata tersebut digunakan dalam pengertian yang sama dalam kedua ayat. Hamdi Yazir dari Elmali memberikan ulasan berikut dalam uraiannya.
Akan tetapi ketika Kau mengambil ruhku, Kau mengambilku dari kepungan mereka dan mengangkatku.73
Dengan kata lain, ungkapan “Kau mengambilku” mengacu bukan pada kematiannya secara biologis, melainkan menunjukkan bahwa ia diangkat ke sisi Allah dalam keadaan seolah-olah tertidur sehingga dipindahkan dari dimensi ini. (Wallahu a’lam).
2. Sebagian orang menyalahartikan kabar gembira yang tersurat dalam Al-Quran surat 5:116-117, dan akibatnya terjerumus ke dalam sejumlah anggapan keliru. Bagaimanapun, ketika ayat-ayat ini dikaji dengan bantuan ayat-ayat berikut ini beserta penafsiran oleh para pakar Islam, kekeliruan orang-orang semacam ini dapat kita lihat. Misalnya;
Dan ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam. Apakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” ia akan menjawab: “Mahasuci Engkau! Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku! Jika aku pernah mengatakannya, tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, tetapi aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sungguh Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” (QS. 5:116)
Orang-orang yang mempunyai anggapan keliru tersebut menyatakan bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Allah menyiratkan bahwa Yesus sudah mati. Walaupun begitu, ungkapan yang dinyatakan di sini berkaitan dengan apa yang Allah katakan kepada Yesus pada hari pembalasan nanti. Ketika ayat-ayat berikut dikaji, semakin jelaslah:
[Isa akan berkata:] “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku: ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.’ Aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Tetapi, setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, mereka adalah hamba-hamba Engkau. Jika Engkau mengampuni mereka, Engkaulah Yang Mahaperkasa, lagi Mahabijaksana.” Allah berfirman: “Ini adalah suatu Hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar terhadap kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. 5:117-119)
Selain itu, Al-Quran mengandung informasi lainnya tentang Hari Pembalasan. Abu Lahab adalah salah satu contoh orang-orang yang diceritakan oleh Allah, sewaktu ia masih hidup, bahwa ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh ia akan binasa! Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya, tidak pula apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan begitu pula istrinya, si pembawa kayu bakar, dengan seutas tali dari sabut yang terikat di lehernya. (QS. 111:1-5)
Hal senada, Al-Quran menyatakan bahwa Allah menyerukan pada umat manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya pada hari pembalasan dan bahwa para penjaga pintu neraka akan berbicara pada orang-orang yang menderita karena ulah mereka sendiri.
Wahai golongan jin dan manusia! Apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memberi peringatan akan pertemuanmu dengan hari ini? Mereka akan berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. (QS. 6:130)
Orang-orang yang kafir akan dibawa ke neraka jahanam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai di sana dan pintu-pintunya dibuka, berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu, yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkanmu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar telah datang.” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (QS. 39:71)
Seperti yang telah kita kaji, Allah mengemukakan contoh-contoh percakapan yang akan terjadi pada hari kiamat nanti. Percakapan dengan Yesus akan terjadi dengan Allah di hari kiamat setelah ia turun ke Bumi untuk kedua kalinya dan kemudian wafat.
Umat Kristen telah terjerumus ke dalam kekeliruan yang parah dengan mendewakan Yesus (Allah tentunya melebihi yang disifatkan makhluk-Nya). Mereka yang mengikuti keyakinan yang keliru ini harus memperta-nggungjawabkannya di hadapan Allah pada hari pengadilan. Menurut Al-Quran, Yesus akan menjadi saksi bahwa mereka berpaling dari agama yang benar karena, seperti halnya nabi-nabi yang lain, ia menyerukan pada umatnya untuk beriman kepada Allah sebagai satu- satunya yang patut disembah dan beribadah kepada-Nya. Al-Quran surat 5:119 menyebutkan bahwa peristiwa ini akan terjadi pada hari kiamat, yang berarti bahwa ia merujuk pada hari pembalasan, seperti yang dinyatakan dalam ayat-ayat di atas. Kalimat “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar terhadap kebenaran mereka” menunjukkan hal tersebut.
Kesimpulannya, percakapan ini mengacu kepada peristiwa di masa depan, bukan masa lalu. Terlebih lagi, tidak ada petunjuk yang tersirat dalam ayat “ketika Kau mengambilku kembali kepada-Mu” yang dapat ditafsirkan untuk mendukung pernyataan yang keliru bahwa Yesus wafat di masa lalu. Jadi, ayat ini tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa Yesus sudah mati.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, sebagian besar ilmuwan Islam sepakat bahwa ayat-ayat tersebut merujuk pada peristiwa kenaikan Yesus ke sisi Allah. Misalnya, Fakhr al-Din al-Razi mengatakan bahwa ayat itu berarti “naiknya Isa (a.s.) ke langit.”74 Hal senada dikatakan Ibnu Katsir yang mengungkapkan bahwa hal itu tidak menunjukkan kematiannya, melainkan menggambarkan sebuah percakapan yang akan terjadi pada hari kiamat. Ia juga mengatakan bahwa kata mati (secara biologis) dalam pengertian umum tidaklah digunakan dalam ayat ini.75 Dalam bukunya, Mawqif al-‘Aql, Syeikh al-Islam Mustafa Sabri menganalisis ayat tersebut dalam kalimat berikut: “Engkau mengambil dan mengangkatku dari mereka, dan mengakhiri hubunganku dengan dunia.” Ia kemudian melanjutkan, “Hal ini berarti mengambil dengan cara mengangkat ke pangkuan-Nya, bukan membunuh.” Ilmuwan modern seperti Hasan Basri Cantay, Omer Nasuhi Bilmen, dan al-Sabuni telah menyatakan bahwa “Engkau mengambilmu kembali kepada- Mu” berarti “Engkau mengangkatku dari kepungan mereka ke langit.”76
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, naiknya Yesus ke sisi Allah merupakan suatu kepingan bukti penting bahwa ia tidak pernah mati. Orang-orang yang menyalahartikan kebenaran ini telah berusaha menafsirkan peristiwa kenaikan ini berdasarkan konsep ruang dan waktu, yang berlaku bagi kita. Akibatnya, mereka menegaskan bahwa Yesus berada di langit dalam wujud fisik, yang kemudian menyebabkan mereka menyangkal peristiwa kenaikannya ke sisi Allah. Namun, ini adalah pandangan yang sangat keliru. Pertama dan yang paling penting, maksud di balik naiknya Yesus ke sisi-Nya tidaklah demikian sehingga ia dapat hidup dalam wujud fisiknya di langit, melainkan membawanya ke suatu dimensi yang terpisah, terbebas dari konsep ruang dan waktu. (Wallahu a’lam).
Manusia mendiami sebuah dimensi yang dibatasi ruang dan waktu dan hanya bisa merasakan dan memahami peristiwa-peristiwa yang berada di dalam dimensi tersebut atas kehendak Allah dan dengan cara yang Dia inginkan. Bagaimanapun, banyak ayat yang menyatakan bahwa ada dimensi-dimensi lainnya yang tidak kita ketahui, seperti dimensi yang didiami oleh para malaikat dan jin. Dengan seizin Allah, malaikat dan jin dapat “menyeberang” dari dimensi mereka ke dalam dimensi kita. Sebuah kajian terhadap ayat-ayat yang berkaitan tersebut akan memperjelas pembahasan ini untuk kita.
Salah satu nama Allah adalah “Tuhan semesta alam”. Ini menunjukkan eksistensinya di segala bentuk dunia yang tidak kita ketahui dan selain yang dihuni oleh manusia. (Wallahu a’lam). Allah adalah Pencipta dan Tuhan dari seluruh alam dunia, bahkan dunia-dunia yang kita ketahui maupun yang tidak ketahui dan yang kita bisa dan tidak bisa merasakannya. Nama Allah ini terdapat dalam berbagai ayat, yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
[Nuh berkata:] “Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu untuk itu. Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (QS. 26:109)
Sesungguhnya, ia diturunkan oleh Tuhan semesta alam. (QS. 26:192)
Namun, tatkala ia [Musa] tiba di tempat itu, diserulah ia: “Telah diberkati orang- orang yang berada di dekat Api itu dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam!” (QS. 27:8)
Maka tatkala ia sampai ke tempat itu, diserulah ia dari pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu: “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 28:30)
Turunnya Al-Quran, yang tidak ada keraguan padanya, adalah dari Tuhan semesta alam. (QS. 32:2)
Kamu akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Singgasana, bertasbih sambil memuji Tuhannya. Diberi putusan di antara hamba-hamba-Nya dengan adil. Dan akan diucapkan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 39:75)
Ayat-ayat lainnya yang menunjukkan adanya dimensi-dimensi adalah ayat-ayat yang menyatakan tingkatan dan kedudukan para syuhada. Misalnya:
Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah bahwa mereka itu mati. Sebaliknya, mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154)
Dengan kata lain, meskipun para syuhada itu kelihatannya mati dalam pengertian secara biologis, Allah mengatakan bahwa mereka itu hidup, akan tetapi kita tidak dapat sepenuhnya memahami keadaan mereka yang sebenarnya. Ungkapan “mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang hal ini dan tidak bisa memahaminya karena mereka hanya tahu kondisi atau keadaan yang terjadi di dunia ini. (Wallahu a’lam). Ayat-ayat lain menyatakan bahwa para syuhada itu hidup dengan cara yang sudah Allah pilihkan untuk mereka dalam sebuah dimensi yang sama sekali berbeda, dimensi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu:
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sungguh tidak! Mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan pada mereka, bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati, bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (QS. 3:169-71)
Dalam dimensi ini, para syuhada terus hidup, merasakan kebahagiaan, dan berkeinginan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang akan menyusul mereka nanti. Orang-orang yang masih merasa ragu-ragu terhadap peristiwa naiknya Yesus ke hadirat Allah karena mereka gagal memahami esensi peristiwa ini, seharusnya, juga meragukan keberadaan akan dimensi yang satu ini. Walaupun begitu, tidak ada bukti untuk memunculkan keragu-raguan semacam ini. Sementara itu, ada sebuah bukti yang nyata bahwa, sebagaimana halnya para syuhada, malaikat, dan jin, Yesus mendiami sebuah dimensi yang tidak kita ketahui dan ia akan kembali ke Bumi pada saat yang Allah kehendaki. Allah mengangkat Yesus ke haribaan-Nya, dan, tatkala waktu yang ditentukan Allah itu tiba, ia akan kembali ke dimensi sekarang ini, yang dibatasi ruang dan waktu. (Wallahu a’lam).
Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: “Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. |
Percaya kepada para malaikat adalah salah satu dasar rukun iman dalam Islam. Al-Quran mengandung beberapa informasi mengenai kesatuan ini. Mereka tanpa henti mengucapkan puji-pujian dan syukur kepada Allah, melakukan apa yang Ia perintahkan dengan sepenuhnya dan sempurna, tunduk patuh secara ikhlas kepada- Nya, dan mendiami sebuah dimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sebagai kaitannya dengan yang kalimat yang terakhir tadi, simaklah ayat berikut.
[Azab ini adalah] Dari Allah – Yang mempunyai tempat-tempat Naik. Malaikat- malaikat dan Jibril naik kepada Tuhan dalam waktu sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. 70:3-4)
Ungkapan “sehari yang kadarnya 50.000 tahun” menunjukkan bahwa para malaikat ini tidak dibatasi konsep waktu yang dipahami oleh manusia. Terlebih lagi, ada sebuah bukti bahwa ada sebuah kehidupan yang di luar konsep semacam ini, kehidupan yang tidak menyerupai kehidupan yang ada di dunia ini dan tidak dibatasi konsep ruang maupun waktu. Adalah sangat mungkin bahwa Yesus hidup dalam dimensi seperti itu. (Wallahu a’lam).
Fakta bahwa Allah mengutus para malaikat ke Bumi untuk melakukan beberapa tugas khusus menunjukkan bahwa ada suatu transisi atau peralihan antara dimensi manusia dengan dimensi-dimensi lainnya. Beberapa dari tugas mereka itu adalah meneruskan wahyu-wahyu Allah kepada manusia untuk membantu dan menolong orang-orang yang beriman.
Ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat, yang diturunkan dari langit?” (QS. 3:124)
Dia menurunkan para malaikat, sesuai kehendak-Nya, dengan membawa Wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba- Nya: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu tunduk [dan bertakwa] kepada-Ku!” (QS. 16:2)
Ayat lainnya yang menyatakan bahwa para malaikat dapat turun ke Bumi untuk mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh Allah:
Pada malam itu, malaikat-malaikat dan Jbiril dengan izin Tuhannya turun untuk mengatur segala urusan. (QS. 97:4)
Tambahan lagi, para malaikat juga diutus sebagai pembawa pesan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Luth a.s. untuk memberitahukan kepada mereka bahwa umatnya akan diazab; mereka menemui Zakaria dengan membawa kabar gembira akan kelahiran seorang anak dan mereka menemui Maryam untuk memberitahukan padanya bahwa Allah telah memilihnya dan ia akan melahirkan seorang putra bernama Yesus. Turunnya Al-Quran kepada Nabi kita saw. melalui perantara Malaikat Jibril, juga ketika Nabi kita melihat kedatangannya, dinyatakan dalam ayat berikut.
[Al-Quran itu] diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. Ia menampakkan diri dengan rupa yang asli--berada di ufuk yang tinggi. Kemudian ia mendekat dan bertambah dekat. Jadilah ia berada dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu, Dia menyampaikan kepada hamba-Nya apa yang telah Ia wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Apakah kamu (muysrikin Makkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Sungguh Muhammad telah melihatnya lagi pada waktu yang lain di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal, ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya tidak berpaling dari apa yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Ia melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar. (QS. 53:5-18)
Ketika para malaikat kembali ke sisi-Nya, hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak muncul lagi, dalam pengertian yang berlaku di dalam dunia ini. Mereka hanya pindah ke sebuah dimensi lainnya dan terus hidup melampaui batas pemahaman kita. Ini serupa dengan fakta bahwa Yesus diangkat ke hadirat Allah dan bukan berarti bahwa ia telah mati. Banyak ayat dan hadis yang menegaskan kebenaran akan penafsiran ini. Yesus hidup dalam sebuah dimensi yang melebihi batas pemahaman akal pikiran kita. Selain itu, fakta bahwa para malaikat menyeberang di antara dua dimensi, atas kehendak Allah, menunjukkan bahwa transisi atau perpindahan ini adalah suatu hal yang sangat mudah jika Allah menghendakinya. Tatkala waktu yang ditetapkan Allah telah tiba, Yesus akan kembali ke Bumi dan menyerukan kepada umat manusia akan nilai-nilai moral religius sebagai rasul Allah. (Wallahu a’lam).
Semua bukti ini menunjukkan, orang-orang yang menyangkal bahwa Yesus masih hidup dan akan kembali lagi tidak mampu menghargai kekuasaan dan kebesaran Allah. Oleh karena Allah, Yang Mahabesar dan Mahakuasa, berkuasa di atas segalanya, Ia menciptakan apa pun yang ada pada diri manusia adalah sebatas apa yang Allah izinkan untuk dimilikinya. Seorang manusia hanya dapat memahami sebuah peristiwa, bagaimana hal itu terjadi dan hikmah yang tersembunyi di balik peristiwa itu, sejauh apa yang dikehendaki oleh Allah. Fakta bahwa Yesus disucikan dari orang-orang kafir dan diangkat ke hadirat Allah bisa jadi merupakan salah satu peristiwa yang tidak dapat sepenuhnya dimengerti manusia. Sebuah keajaiban atau mukjizat yang dahsyat terjadi ketika orang-orang kafir berusaha membunuh Yesus. Keajaiban atau mukjizat adalah peristiwa-peristiwa yang menakjubkan yang memperkuat keimanan orang-orang mukmin dan menyebabkan sebagian orang-orang kafir berbalik menjadi beriman. Setelah mereka melihat sebuah mukjizat yang terjadi, orang-orang yang beriman tunduk kepada Allah dan menghormati kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Rasa kekaguman yang penuh hormat, ketulusan cinta kepada Allah semakin tebal, dan antusiasme serta kebahagiaan mereka bertambah. Cara Yesus dilindungi dari jebakan orang-orang kafir dan berpindah dari dimensi ini, baik secara jiwa maupun raga, merupakan salah satu dari mukjizat-mukjizat tersebut. Ketika saatnya tiba nanti sesuai yang dikehendaki Allah, sebuah keajaiban atau mukjizat yang dahsyat lainnya akan terjadi: Yesus akan kembali ke Bumi. Fakta ini telah dikemukakan dalam berbagai ayat dan hadis, serta merupakan suatu keajaiban yang semua orang beriman harus merenungkannya.
Seperti yang telah dikemukakan di awal, salah satu kesalahan terbesar yang dibuat oleh orang-orang yang menyangkal peristiwa kenaikan Yesus adalah ketidakmampuan mereka untuk menyadari bahwa Allah tidak dibatasi ruang dan waktu. Pada kenyataannya, ada berbagai dimensi, yang semuanya diciptakan oleh Allah, yang tidak diketahui dan tidak dapat dirasakan oleh manusia. Fakta ini dapat membantu kita untuk memahami bukti-bukti yang terdapat pada peristiwa keajaiban ini. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran:
Apa yang mereka nanti-nantikan, selain datangnya Allah dan malaikat dalam naungan awan, bersama dengan malaikat-malaikat, dan diputuskanlah perkaranya? Hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. 2:210)
Ayat lainnya menyatakan bahwa segala urusan “diserahkan kepada” Allah dalam “satu hari yang kadarnya seribu tahun” berdasarkan pemahaman konsep waktu manusia.
Dia mengatur urusan dari langit ke Bumi. Kemudian urusan itu naik kepada- Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. 32:5)
Fakta bahwa “Allah mengatur segala urusan” merupakan sebuah bukti bahwa Ia tidak dibatasi konsep ruang dan waktu. Allah mengetahui segalanya yang terjadi di jagat raya, bahkan hingga yang terkecil sekali pun. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari Allah, tidak pula sebuah tindakan yang dilakukan secara terang-terangan, tidak pula tindakan yang dilakukan secara diam-diam. Hal ini ditunjukkan dari pernyataan bahwa segala urusan “diserahkan kepada Allah”.
Ayat lainnya menggambarkan kedudukan orang-orang beriman yang melakukan hijrah (migrasi) bersama Nabi Muhammad saw. dan menyebutkan:
... Barangsiapa meninggalkan rumahnya, dengan maksud berhijrah di jalan Allah dan rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah... (QS. 4:100)
Kalimat “berhijrah di jalan Allah” menunjukkan bahwa Tuhan kita tidak dibatasi konsep ruang. Orang-orang yang beriman ini meninggalkan rumah mereka dan berhijrah, bersama-sama dengan Nabi Muhammad saw., akibat tekanan dari orang- orang kafir. Mereka, tentunya, tidak berhijrah demi Allah dalam pengertian atau konsep yang dibatasi ruang dan waktu seperti yang kita pikirkan. Namun, ayat ini mengungkapkan bahwa mereka meninggalkan rumah mereka dengan harapan memperoleh ampunan dan perlindungan dari Allah, dan bermigrasi menuju kampung halaman baru sebagai ketaatan mereka terhadap Rasulullah saw. Ibrahim a.s. berkata, “Sesungguhnya aku akan pergi menghadap kepada Tuhanku; Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (QS. 37:99), memperlihatkan hijrah yang dilakukannya sendiri.
Dengan cara yang sama, Al-Quran merujuk orang-orang yang kembali dihidupkan, setelah dibuat dalam keadaan seperti tertidur atau mati, dengan cara yang di luar konsep umum mengenai waktu, tidur, dan mati. Salah satunya adalah rujukan mengenai seseorang yang dibangkitkan kembali setelah dimatikan selama ratusan tahun. Ayat lainnya mengacu pada orang-orang penghuni al-Kahfi (sekelompok pemuda penghuni gua), yang dibangunkan setelah ratusan tahun lamanya tertidur.
Al-Quran menyebutkan:
Atau apakah orang yang melalui suatu negeri yang temboknya telah roboh menutupi atapnya? Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Allah mematikan orang itu seratus tahun lalu menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Orang itu menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Tidak demikian! Kamu telah berada di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu—belum lagi berubah—dan lihatlah keledai kamu, sehingga Kami menjadikan kamu tanda kekuasaan bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang keledai itu—bagaimana Kami menyusunnya kembali dan membalutnya dengan daging.” Tatkala telah nyata kepadanya bagaimana Allah menghidupkan yang mati, orang itu pun berkata: “sekarang saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. 2:259)
Allah menciptakan apa pun yang Dia kehendaki, dengan cara yang Dia kehendaki pula, dan mempunyai kuasa atas segala sesuatu yang ada dan eksis. Tidak dibatasi konsep ruang dan waktu, Allah dapat memindahkan manusia dari konsep-konsep ini pada saat kapan pun yang Dia kehendaki dan membuat mereka mengalami berbagai peristiwa keajaiban yang luar biasa. Ini adalah urusan yang sangat mudah bagi Allah karena hanya manusia—bukan Allah—yang dibatasi ruang dan waktu. Akan tetapi, Allah, Yang tidak dibatasi oleh apa pun dan Mahasempurna dalam segala pujian yang dilimpahkan pada-Nya, menciptakan dan membuat sesuatu terjadi hanya dengan mengatakan “Jadilah!” Hal ini dinyatakan dalam ayat-ayat berikut.
Perkataan Kami terhadap sesuatu bilamana Kami menghendakinya cukup dengan berkata: “Jadilah!” maka jadilah ia. (QS. 16:40)
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya “Jadilah!” maka jadilah ia (QS. 40:68)
...Sang Pencipta langit dan Bumi. Bilamana Ia berkehendak atas sesuatu, Ia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (QS. 2:117)
Perumpamaan lainnya adalah kisah Al-Quran tentang Penghuni Gua, sekelompok pemuda yang mencari perlindungan dari penguasa negeri mereka yang kejam dan menindas nilai-nilai moral agama. Al-Quran menyebutkan kisah mereka dalam ayat berikut.
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan- Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. |
Tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua dan berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.” Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama beberapa tahun. (QS. 18:10-11)
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur. Dan kami bolak- balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka. Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sudah berapa lamakah kamu berada di sini?” Mereka menjawab, “Kita berada di sini sehari atau setengah hari.” Yang lain lagi berkata, “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini supaya ia dapat melihat manakah makanan yang lebih baik dan membawakan makanan itu untukmu. Namun, hendaklah dia berlaku lemah lembut sehingga tidak seorang pun yang bersikap waspada terhadapmu.” (QS. 18:18-19)
Al-Quran tidak menyebutkan berapa lama para pemuda ini berdiam di dalam gua, meskipun kata “bertahun-tahun lamanya” mengungkapkan bahwa periode atau masa waktu yang mereka habiskan di sana tidaklah singkat. (Wallahu a’lam). Selain itu, Al- Quran menyatakan bahwa orang-orang memperkirakan bahwa mereka tinggal selama 309 tahun di dalam gua. Ini merupakan suatu tanda-tanda lainnya bahwa tidur mereka berlangsung cukup lama.
Mereka tinggal di dalam gua tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi. Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal. Kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan di Bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya, alangkah tajam pendengaran-Nya! Tak ada seorang pun pelindung bagi mereka selain daripada-Nya. Tidak pula Ia mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (QS. 18:25-26)
Dalam kondisi normal, manusia tentunya tidak bisa tidur dalam waktu yang selama itu. Tidur semacam ini bukanlah jenis tidur yang dapat dimengerti secara awam. Mungkin mereka dibawa ke dimensi lain, yang di dalamnya tidak berlaku lagi konsep ruang dan waktu, dan kemudian dikirim kembali ke Bumi. (Wallahu a’lam).
Persis seperti orang-orang yang dibangunkan dari tidur, orang-orang ini juga kembali ke kehidupan nyata. Dengan cara yang sama, Yesus akan hidup lagi ketika ia kembali ke Bumi, setelah memenuhi tanggung jawabnya yang mulia yang diberikan Allah padanya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat ini; Ia berfirman: “Di atasnya [Bumi] kamu hidup dan di atasnya pula kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan dibangkitkan,” (QS. 7:25) ia akan mati di Bumi, sebagaimana halnya setiap manusia. (Wallahu a’lam).
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. |
Pernyataan lainnya yang dibuat oleh orang-orang yang tidak meyakini kedatangan Yesus adalah berdasarkan Al-Quran surat 21:34-35. Ayat itu berbunyi sebagai berikut:
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu. Dan jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (QS. 21:34-35)
Sebagian orang mengutip ayat-ayat ini sebagai bukti bahwa sudah mati. Walaupun demikian, dengan mengutip ayat-ayat itu berarti mereka tidak mengindahkan ayat- ayat lainnya serta hadis yang menyatakan bahwa Allah melindungi dan menyelamatkan Yesus dari jebakan orang-orang kafir. Mayoritas ilmuwan Islam sepakat dengan penafsiran ini. Apalagi, fakta bahwa Yesus tidak mati dan diangkat ke hadirat Allah tidak berarti bahwa ia kekal. Lebih jauh lagi, pemikiran keliru semacam ini tidak pernah dikemukakan ketika dikaitkan dengan kedatangannya kembali ke Bumi. Semua bukti mengarah pada fakta-fakta bahwa Yesus belum mati, ia akan kembal ke Bumi, dan kematiannya akan terjadi sesudah itu. (Wallahu a’lam).
Orang-orang yang terkecoh ini mungkin membuat pernyataan semacam itu karena mereka tidak benar-benar mengkaji bukti nyata bahwa Yesus tidak mati. Seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut: “Ia tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat Kami dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti untuk Bani Israil” (QS. 43:59). Yesus adalah hamba Allah yang fana, seperti halnya manusia lainnya. Bagaimanapun, sebagian orang Kristen dengan keliru mendewakannya karena banyaknya rahmat dan mukjizat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Umat Islam memiliki rasa cinta dan hormat yang mendalam terhadap Yesus, sebagaimana yang mereka miliki terhadap semua rasul-rasul Allah. Namun, mereka juga sadar sepenuhnya bahwa, seperti halnya rasul-rasul lainnya, ia hanyalah seorang hamba yang diciptakan oleh Allah.
Al Masih, putra Maryam, hanyalah seorang Rasul, yang telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Ibunya seorang wanita yang sangat benar. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan. Kemudian perhatikan bagaimana mereka berpaling dari tanda-tanda kekuasaan itu. (QS. 5:75)
Beberapa orang berpendapat demikian karena umat Kristiani percaya bahwa Yesus tidak mati dan bahwa ia akan kembali ke bumi. Umat Islam sebaiknya tidak memercayai pernyataan yang keliru seperti itu. Bagaimanapun, logika mereka memiliki kelemahan yang cukup serius.
Pertama, harus dijelaskan bahwa Yudaisme dan Kristen telah menyimpang seiring waktu dan berbagai takhayul serta kesalahan ada padanya. Selain itu, sebuah catatan yang mirip dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengungkapkan bahwa sejumlah kepercayaan dan nilai-nilai moral yang berasal dari agama yang sebenarnya telah dilindungi. Selain itu, kedua buku itu memiliki beberapa aspek yang mirip dengan Al-Quran. Jadi, kita bisa menentukan kepercayaan yang mana yang sudah menyimpang dan yang mana yang masih sesuai dengan agama yang sebenarnya dengan merujuk kepada Al-Quran dan Sunah Rasulullah saw. sebagai panduan kita.
Al-Quran, kitab suci terakhir yang berasal dari Allah, memandu manusia menuju jalan kebenaran dan menjauhkan manusia dari kepercayaan yang menyimpang. Faktanya, Al-Quran memungkinkan umat Kristen dan Yahudi, yang telah menjadi terpecah satu sama lain sebelum turunnya wahyu, mendapat informasi yang benar dan berasal dari Allah mengenai hal ini. Beberapa ayat mengungkap kebenaran ini, seperti ayat berikut.
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Alkitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. 16:64)
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi alkitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (QS. 5:15)
Al-Quran menjelaskan beberapa fakta secara terperinci kehidupan Nabi Musa a.s. dan Yesus, kehidupan umat-umatnya, nilai-nilai moralnya, bagaimana umat Islam memandang umat Yahudi dan umat Kristen, bagaimana seharusnya sikap umat Islam kepada mereka, dan hal-hal lainnya. Al-Quran juga memberikan informasi bahwa keyakinan dan hukum Kristen serta Yahudi telah diselewengkan. Keyakinan tersebut adalah umat Kristen percaya bahwa Yesus atau Isa a.s. adalah anak Tuhan. (Tuhan tidak memiliki anak). Berdasarkan keyakinan yang keliru inilah mereka menyembah Yesus. Keyakinan terhadap trinitas adalah asas yang lainnya, namun menyimpang, yang diyakini oleh umat Kristen. Tuhan mengungkap bahwa umat Kristen memikul tanggung jawab yang besar karena mereka membiarkan penyimpangan semacam itu memasuki agama mereka.
Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. 9:30)
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan yang (diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ”(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan- Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. 4:171)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam.” Katakanlah, “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di Bumi semuanya?” Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 5:17)
Ayat yang lain mengungkap skala tanggung jawab yang ditanggung oleh umat Kristen karena menyebarkan ajaran yang menyimpang.
Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan Bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (QS. 19:88-92)
Di sisi lain, Yudaisme dan Kristen telah mempertahankan beberapa hal dasar dari keyakinan seperti kepercayaan terhadap Hari Kiamat, Rasul, Malaikat, dan nilai- nilai lainnya (misalnya, kejujuran, menolong sesama, kesabaran, dan mendahulukan kepentingan orang banyak, melindungi dan menyantuni fakir miskin, menegakkan keadilan, menyuarakan kebenaran, serta sifat rendah hati dan cinta damai). Hal-hal ini dapat ditemukan di semua agama wahyu. Beberapa kebaikan dari Ahli Kitab yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan terungkap sebagai berikut.
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang- orang yang saleh. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (QS. 3:113-15)
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan. |
Umat Kristen percaya bahwa Yesus tidak mati dan akan kembali benar-benar dijelaskan dalam Al-Quran, yang juga menjelaskan tentang aspek mana dalam agama Kristen yang hanya merupakan legenda dan mana yang berasal dari Tuhan. Umat Kristen membuat beberapa kesalahan mengenai kenaikan Yesus disebabkan penyimpangan mengenai konsep trinitas dan status Yesus yang dianggap sebagai anak Tuhan. Selain itu, keyakinan mereka bahwa Yesus meninggal untuk menebus dosa umat manusia dan bahwa ia naik ke kerajaan Tuhan setelah mati disalib tidak sesuai dengan kebenaran agama. Allah swr.menjelaskan di dalam Al-Quran bahwa tak seorang pun bisa menebus dosa yang dilakukan orang lain. Setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atas perbuatannya yang dilakukan. Setiap orang akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri pada hari kiamat, dan tak seorang pun mampu menolongnya, kecuali Tuhan yang menentukan. Hal ini dijelaskan pada ayat berikut.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan orang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul. (QS. 17:15)
Yesus, salah satu nabi dan rasul Allah, memanggil umatnya menuju kebenaran yang agung: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus” (QS. 3:51). Dengan kata lain, ia menyeru umatnya untuk hanya menyembah Tuhan dan hidup menurut ajaran-Nya dan memperingatkan mereka terhadap penderitaan di hari kiamat. Seperti orang-orang lainnya, dia hanya bisa melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Sebagaimana yang dijelaskan pada ayat yang merupakan doa Nabi Ibrahim a.s., ”dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (QS. 26:79--82). Umat Nasrani, di sisi lain, membuat kesalahan serius dengan mengatakan bahwa Yesus disalib untuk menebus dosa umat manusia.
Bagaimanapun, Al-Quran memperbaiki kesalahan kepercayaan mereka dengan kedatangan kedua. Jika mereka menyimpang dari kepercayaan ini, tak ragu lagi bahwa Al-Quran yang akan memperbaiki kesalahan ini, seperti Al-Quran memperbaiki semua penyimpangan kepercayaan dan konsep yang ada dalam agama Kristen yang berkenaan dengan nabi yang agung ini. Kesimpulannya, orang-orang kafir ini tidak maupun Muslim menunggu kemunculannya. Hingga saat itu, ia melanjutkan hidupnya di dalam dimensi yang tidak terbatas ruang dan waktu dan alam yang hanya Tuhan yang tahu.
Salah satu pernyataan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mau menerima kedatangan kedua adalah bahwa “Percaya kepada kembalinya Yesus berarti menerima agama Kristen.”
Kesalahan ini merupakan hasil dari kesalahan dan penyimpangan logika. Yesus adalah nabi yang terpuji, yang terpilih dan satu-satunya ke hadirat Allah. Nilai-nilai moral superiornya dan keyakinannya yang mendalam dikenang dengan hormat oleh para umatnya dan menjadikannya sebagai teladan. Memuja nilai-nilai moralnya, merasakan kegembiraan yang kuat terhadap kembalinya ia di masa yang akan datang, dan menceritakan berita gembira ini kepada semua umatnya adalah contoh dari perilaku yang baik. Membuat alasan yang tidak rasional dan tidak logis, seperti yang telah disebutkan, merupakan hal yang tak dapat diterima.
Menurut logika yang menyimpang ini, tak satu pun mengenai agama Kristen yang dapat disebutkan atau didiskusikan. Dalam hal yang sama, Musa a.s. memperbaiki nilai-nilai moral dan hidup yang patut dicontoh sebaiknya tidak pernah dijelaskan, pada dasarnya hal ini berarti mendukung kaum Yahudi. Beberapa ayat Al Quran memuji Yesus, Musa a.s., Yusuf a.s., Ibrahim a.s, dan Yakub a.s., dan juga kedalaman keyakinan mereka. Namun, menurut logika yang salah ini, ayat-ayat ini sebaiknya tidak dibaca. Alasan-alasan ini benar-benar tidak dapat diterima. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, para Ahli Kitab telah menyelewengkan kepercayaan dan ajaran yang tidak sesuai dengan agama yang sebenarnya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Quran bahwa sebenarnya umat kedua agama ini memiliki aspek dan kepercayaan yang benar yang sesuai dengan agama yang benar. Tanggung jawab kita adalah memandang Ahli Kitab seperti yang tercantum di dalam cahaya Al-Quran dan hadis, dan untuk membedakan yang benar dan yang salah dengan informasi yang kita peroleh dari kedua sumber ini.
Selain itu, kita harus ingat bahwa umat Muslim tidak membeda-bedakan nabi dan bahwa mereka sangat menghormati para nabi ini: ”Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ”Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (QS. 2:136).
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. |
Fakta bahwa Yesus akan kembali ke Bumi sebelum hari kiamat adalah hal yang sebaiknya diingat oleh orang-orang yang beriman dengan membicarakannya dalam diskusi yang berdasarkan dalih yang irasional dan tidak logis. Sebaliknya, hal ini adalah berita gembira yang harus diingat dengan antusias, bersemangat, dan kegembiraan yang besar.
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. 3:19)
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu, Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. 42:13)
Ketika Yesus kembali ke Bumi, dia akan meluruskan penyimpangan agama yang dilakukan oleh Ahli Kitab, memanggil orang kepada Islam, dan memerintah dengan Al-Quran dan hadis. Berita gembira ini diceritakan di dalam hadis.
Ia akan membimbingmu menurut Kitab Tuhanmu dan Sunah dari Rasulmu.77
Dengan satu tangan itu adalah tanganku sendiri, tentu saja anak Maryam akan segera turun di antara kamu hanya sebagai hakim. Ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizya (pajak kepala terhadap pembebasan non-Muslim yang hidup di bawah aturan Muslim). 78
Pernyataan lainnya adalah “Kembalinya Yesus akan menghapus elemen pengujian”. Menurut pernyataan yang benar-benar tidak berdasar ini, mereka yang menyatakan menyaksikan kebangkitan seseorang yang mati ratusan tahun lalu dan yang tidak memiliki keraguan tentang kebangkitan ini akan mendapatkan hidayahnya. Lebih lagi, tidak akan ada lagi orang-orang yang diuji.
Interpretasi ini juga kurang memiliki dasar yang logis. Pertama, seperti yang telah disebutkan, Yesus tidak mati, tetapi masih hidup di dalam kerajaan Tuhan. Selain itu, tidak semua orang akan segera dapat menerima kejadian ini, seperti yang dipertahankan oleh orang-orang meragukan ini. Pada awalnya, Yesus akan dipertemukan dengan skeptisme, terutama dari mereka yang tidak hidup dalam nilai-nilai moral agama yang sebenarnya atau mereka yang memiliki iman yang lemah. Setelah kedatangan kedua, Yesus akan melakukan perjuangan intelektual besar melawan semua sistem dan ideologi ateistik, dan mengembalikan agama kepada bentuknya yang murni dengan menghapuskan elemen dan keyakinan yang telah menyimpang. Pada akhir perjuangan ini, nilai-nilai moral agama yang benar akan berjaya. Sebenarnya, salah satu cendekiawan Islam terbesar, Said Nursi, menunjukkan bahwa sebagian besar orang akan menyambut Yesus dengan skeptisisme, tetapi orang-orang yang beriman akan mengenalinya dengan cahaya keimanannya dan segera mematuhinya.
Seperti yang telah diceritakan oleh cendekiawan ini, ketika Yesus kembali, tidak semua orang mengenali dan mempercayainya. Selain itu, jangan lupa bahwa sebagian besar nabi yang diutus memiliki mukjizat supaya dapat memanggil orang untuk beriman. Bagaimanapun, masih banyak orang yang menolak untuk beriman, walaupun telah ditunjukkan mukjizat tersebut. Sebaliknya, mereka menjadi sombong dan teguh terhadap kekafirannya, seperti yang dilakukan oleh Firaun dan sekutunya, dan menolak untuk beriman, walaupun Musa a.s. sudah menunjukkan mukjizatnya. Tanggapan orang-orang ini terhadap mukjizat-mukjizat itu dijelaskan pada ayat berikut.
Mereka berkata, “Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu”. Maka kami kirimkan kepada mereka belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. 7:132-133)
Allah juga menjelaskan, kecuali Dia menghendaki yang lain, mereka yang menolak untuk beriman tidak akan berubah pikiran bahkan jika mereka menyaksikan mukjizat besar.
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. 6:111)
Oleh karena itu, dengan menghiraukan munculnya mukjizat, ujian untuk manusia tidak akan berakhir. Kemunculan kedua Yesus akan menjadi alat yang akan membedakan kaum yang benar-benar beriman dan kaum yang kafir. Dengan alasan, penampakan yang jelas dan ramalan yang ditanamkan oleh keimanan, kaum beriman akan mengenali Yesus, mengikuti ajarannya dengan sepenuh hati, serta mendukung dan melindunginya. Para kafir atau mereka yang lemah imannya akan tetap skeptis dan ragu. (Wallahu’alam) Bagaimanapun, keraguan mereka yang tak berdasar dan skeptis tidak akan mengubah kebenaran akan kembalinya Yesus ke Bumi, tanpa terpengaruh rencana orang lain untuk mencegah mukjizat besar ini.
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, |
Pernyataan lain yang dibuat oleh mereka yang percaya bahwa Yesus meninggal adalah Al-Quran menjelaskan bahwa Nabi Idris a.s. juga “dibangkitkan”. Menurut klaim ini, Yesus, seperti Idris a.s., hanya dibangkitkan dalam pengertian derajat dan martabat. Ketika ayat yang relevan menjelaskan secara terperinci, bagaimanapun juga, deduksi ini terlihat tidak akurat. Ayat-ayat yang relevan itu seperti berikut.
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. 19:56-57)
… [Aku akan] mengangkat kamu [Isa] kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.… (QS. 3:55)
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka. (QS. 29:46)
Dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka… Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 4:157-58)
Jelasnya, ada perbedaan besar antara dua pernyataan itu. Karena nilai-nilai moral superior dan keimanan dari rasul lainnya dipuja di dalam ayat-ayat sebelumnya, seperti yang terjadi pada Idris a.s., yang menjelaskan bahwa dia telah diangkat derajatnya. Bagaimanapun, ayat-ayat yang mendahului kenaikan Yesus menyebutkan rencana orang-orang kafir melawannya dan bagaimana Allah melindunginya dengan mengangkatnya, jiwa dan raga, ke dimensi lain yang tidak terbatas ruang dan waktu. Jadi, Idris a.s. diangkat derajatnya, sedangkan Yesus secara fisik dibawa dari dimensi ini dan diangkat ke hadirat Allah. (Wallahu’alam).
Pernyataan lain yang tidak berdasar yang dibuat oleh beberapa orang adalah “Karena Nabi Muhammad saw. adalah nabi terakhir, Yesus tidak akan kembali.” Pernyataan ini tidak berdasar. Harus dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah “rasul Allah dan penutup nabi-nabi” (QS. 33:40). Fakta bahwa Yesus akan kembali ke Bumi, sebagaimana yang dipertahankan oleh beberapa orang, tidak mengubah fakta tersebut. Yesus tidak akan kembali sebagai nabi, tetapi sebagai penyampai pesan yang akan mempertahankan hukum dari Nabi Muhammad saw. dan menciptakan nilai- nilai moral keagamaan yang berlaku di seluruh dunia.
Beberapa orang lainnya memberikan pernyataan lain yang irasional dan tidak logis:
”Jika Yesus tidak kembali sebagai nabi, kembalinya itu tidak memiliki arti apa pun.” Hal ini bertentangan dengan akal dan hati nurani. Tuhan kita sudah menjanjikan kejadian ini, selain itu juga Dia telah menempatkan kebijakan besar. Sejarah memperlihatkan, Tuhan menunjukkan jalan yang benar melalui para nabi yang Dia utus kepada umat manusia. Kadang-kadang, ketika orang-orang telah berpaling dari nilai-nilai moral keagamaan dan kemerosotan moral telah meluas, Ia menjauhkan manusia dari kegelapan atas kesalahan yang mereka perbuat dengan mengutus para rasul. Rasul- rasul ini adalah orang-orang yang dikirim Allah sebagai pemimpin, yang membimbing manusia menuju keselamatan. Tentu saja, Al-Quran menjelaskan bahwa orang-orang yang sengsara dan mengalami kesusahan telah berdoa kepada Tuhan untuk mengutus penolong dan pelindung kepada mereka:
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa: ”Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau” (QS. 4:75)
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. |
Tentu saja, Allah menjawab doa-doa ini dan mengutus seorang penolong dari kerajaannya, yang merupakan sebuah anugerah yang agung. Penunjukan Thalut a.s. dan Zulkarnain a.s. merupakan bukti yang penting bahwa Allah telah mengirim para rasul dan juga para nabi ke berbagai umat manusia. Allah mengutus Thalut a.s. bagi masyarakatnya sebagai pemimpin, dan orang-orang yang beriman wajib mematuhinya. Thalut a.s. dan orang-orang di sekitarnya berperang melawan Goliath, pemimpin orang-orang kafir. Orang-orang yang beriman menyatakan kesetiaannya kepada Thalut dan mengikuti ajarannya, sedangkan orang-orang yang skeptis tidak bisa mengerti bahwa Thalut telah diutus kepada mereka sebagai rasul maupun kebijaksanaan dalam mematuhi perintahnya. Reaksi yang acuh dari orang-orang ini dijelaskan di dalam Al- Quran.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?” Nabi (mereka) berkata: ”Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:247)
Hal yang mirip terjadi pada Zulkarnain a.s.. Zulkarnain diutus sebagai rasul untuk masyrakatnya supaya dapat menyelamatkan orang-orang tersebut dari kesulitan dan untuk menerapkan nilai-nilai moral keagamaan. Al-Quran menjelaskan bahwa Allah menjadikan Zulkarnain pemimpin.
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) Bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu. (QS. 18:83-84)
Di masa kita, manusia hidup di dalam dunia yang berisi kejatuhan moral, kemiskinan, kekejaman, serta berlaku ketidakadilan. Ketika waktu yang ditentukan oleh Allah datang, Yesus akan kembali diutus ke dunia untuk menerapkan nilai- nilai moral keagamaan dan membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dengan kedatangan kedua, ideologi ateistis, yang membentuk dasar kejahatan dan degenerasi, akan terhapus seluruhnya pada tingkat intelektual. Dan kemudian, dengan kehendak Allah, kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan bagi umat manusia akan terwujud.
Orang-orang dengan keraguan tak berdasar tentang status Yesus sebenarnya akan kembali bertanya, “Mengapa Yesus diutus untuk memberlakukan nilai-nilai moral keagamaan, dan bukan Nabi Muhammad saw. ?” Dengan menggunakan hal ini sebagai alasan, mereka kemudian mengajukan berbagai keberatan.
Nabi kita tercinta Muhammad saw. adalah rasul yang terhormat dan amanah menurut Allah. Allah memberikan kitab terakhirnya kepada manusia yang mulia ini, yang merupakan teladan abadi terhadap nilai-nilai moral yang bersih, kesalehan, dan kedekatan kepada Allah, teman Allah, dan orang yang sempurna di mata-Nya. Dia juga merupakan teman dan pelindung orang-orang beriman. Sepanjang hidupnya, Rasul saw. melakukan perjuangan teladan di jalan Allah dan menerangi tanah Arab yang terkubur dalam kegelapan dan ketidakpedulian spiritual dengan nilai-nilai moral Islami. Ketika waktu yang ditentukan oleh Allah berakhir, hidupnya, seperti yang terjadi pada nabi lainnya, juga berakhir.
Bagaimanapun, Allah menentukan nasib yang berbeda kepada Yesus dan berjanji bahwa ia akan kembali ke Bumi. Ini adalah kehendak Allah, dan tentunya ada kebijaksanaan yang besar di baliknya. Salah satu elemen dari kebijaksanaan itu (Wallahu’alam) adalah hanya mukjizat yang memungkinkan umat Kristen dan Yahudi untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari keadaan yang akan membuat mereka menemukan diri mereka sendiri. Umat Kristen mempunyai banyak kepercayaan dan dogma yang menyimpang, yang tidak dimiliki umat Muslim, seperti menuhankan Yesus. Jadi, kedatangan kedua Yesus merupakan hal yang sangat penting, yang memungkinkan umat Kristen dapat membersihkan dirinya sendiri dari kepercayaan yang menyimpang dan kembali kepada nilai-nilai moral keagamaan menurut Islam. Walaupun umat Kristen berada pada jalan yang benar ketika mereka melihatnya, yang lainnya memandang hal ini sebagai pengkhianatan Yesus dan mereka kemudian menghindari hidup dengan nilai-nilai moral keagamaan. Fakta ini, yaitu Yesus kembali dan menyebarkan pesan agama yang benar di antara manusia, akan membuat orang- orang ini lebih mudah menjadi Islam dengan cara yang lebih cepat. Ketika nabi mereka memberi tahu bahwa beberapa kepercayaan mereka merupakan hal yang salah, bahwa Allah satu-satunya yang patut disembah dan Al-Quran benar-benar merupakan kitab terakhir bagi umat manusia, umat Kristen akan duduk dan mendengarkannya. Kejadian ini akan membebaskan mereka dari anggapan bahwa Yesus adalah rekan Tuhan dan kepercayaan menyimpang lainnya, dan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS. 3:67)
Ingatlah bahwa Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman bahwa nilai- nilai moral keagamaan akan berlaku di dunia. Bagaimanapun, hal ini hanya akan terjadi bila orang-orang yang beriman menjauhi segala bentuk politeisme, baik langsung maupun tidak langsung, hanya menghadap Allah dan hanya menyembah-Nya. Dengan kehendak Allah, kedatangan kedua akan menunjukkan awal dari waktu yang berkah.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di Bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. ”Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.” Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. 24:55)
Pernyataan lainnya yang merupakan sebuah kebohongan besar adalah “Menunggu Yesus akan menggiring orang-orang yang beriman menjadi orang-orang yang malas.” Pernyataan ini merupakan hal yang tidak dapat diterima akal maupun hati. Sepanjang sejarah, manusia mencari penolongnya melalui Tuhan ketika perbuatan asusila menyebar luas serta kejahatan dan ketidakadilan semakin merajalela. Mereka berdoa kepada Tuhan untuk mengirimkan seorang utusan untuk membimbing mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya. Ketika Tuhan menjawab doa mereka dan mengirim para rasul, orang-orang yang benar-benar beriman mendukung dan membela para rasul tersebut
Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 7:157)
Sebenarnya, pengutusan seorang rasul oleh Allah mewakili sebuah sumber antusiasme yang besar untuk orang-orang beriman, supaya mereka tahu bahwa mereka harus melakukan persiapan yang terbaik untuk mempersiapkan lingkungan bagi rasul tersebut. Manusia berupaya menyiapkan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan kegembiraan dan cinta keimanan mereka untuk peristiwa besar ini. Kemalasan dan kelesuan, di sisi lain, merupakan sifat kemunafikan dan orang-orang yang beriman lemah. Mereka yang beriman lemah tidak sepenuhnya percaya terhadap kedatangan rasul. Ketika rasul itu datang, mereka tidak sungguh-sungguh mengikuti ajarannya. Sejarah menunjukkan banyak contoh seperti ini. Misalnya, mental orang-orang seperti ini di masyarakat dahulu terdapat di dalam ayat berikut.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka. |
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran). (QS. 35:42)
Al-Quran menyatakan bahwa Yesus sendiri telah memberikan kabar gembira bahwa seorang nabi akan datang sesudah ia--setelah ia dinaikkan ke hadirat-Nya. Hal ini mewakili berita besar, baik dalam masa Yesus itu sendiri maupun bagi mereka yang beriman yang ada pada masa sesudah ia. Ayat di bawah ini menjelaskan:
Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka, tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. 61:6)
Jika ada dari pernyataan ini yang benar, Allah tidak akan menyatakannya melalui Yesus bahwa Dia akan mengirimkan rasul lain pada masa setelahnya. Kemungkinan lain, wahyu ini mungkin mendorong manusia pada masa itu dalam kemalasan dan kelesuan. Bagaimanapun, ada kebijaksanaan yang besar pada Allah yang memberi kabar gembira ini kepada umat manusia melalui perantaraan rasul, dan dengan izin Allah, orang-orang yang benar-benar beriman tidak akan terlena ataupun apatis. Orang- orang yang beriman memiliki pemahaman yang mendalam dan akal, yang keduanya berasal dari iman. Karena itu, mereka memahami pentingnya kegembiraan seorang rasul, mengalami kebahagiaan, dan antusiasme dari kegembiraan ini, dan bertindak secara sadar dalam kebutuhan untuk mempersiapkan diri sendiri sebaik mungkin untuk peristiwa besar ini.
Katakanlah: “Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.” (QS. 6:149)
Mereka yang bersikeras bahwa Yesus telah mati membuat pernyataan palsu. Selain itu, interpretasi yang mereka tunjukkan untuk membuktikan pernyataan tersebut tidak merefleksikan kebenaran. Harapan kita adalah bahwa buku ini akan menolong semua manusia yang tersesat supaya menyadari kesalahan mereka dan membebaskan mereka. Suatu nilai moral merupakan sebuah ciri orang beriman dan dipuji di dalam Al-Quran.
Di dalam Al-Quran, Allah menjelaskan bahwa orang-orang beriman yang tidak tahu bahwa mereka berbuat salah (QS. 3:135) dan patuh pada jalan yang benar ketika mereka mengetahuinya. Informasi yang terbaik dan yang paling akurat untuk pembahasan ini, seperti juga pembahasan lainnya, adalah yang dijelaskan di dalam Al-Quran dan hadis. Dengan kata lain, Yesus tidak mati dan tidak dibunuh. Dia akan kembali ke Bumi ketika saatnya tiba. Karena itu, daripada mengacuhkan atau mengingkari kebenaran ini dengan menggunakan interpretasi yang tidak berdasar dan lemah, manusia sebaiknya memperhitungkan arti dari kembalinya Yesus dan menanggapinya dengan gembira dan bersemangat. Orang-orang beriman akan berdoa untuk dapat menyaksikan peristiwa besar ini serta mengalami suasana yang indah dan peristiwa penuh hikmah yang akan terjadi.
Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (nya). (QS. 10:55)
72. Ibid., 10.
73. Yazir, Hak Din Kuran Dili, www.kuranikerim.com/telmalili/imran.htm.
74. Sami Baybal, Ibrahimi Dinlerde Mesih’in Dönüsü (Kembalinya Messiah di Agama Ibrahim) (Yediveren Books: 2002), 177.
75. Ibn Kathir, Tafsir Al-Quran al-‘Azim, 2:120.
76. Al-Sabuni, Safwat al-Tafasir, 1:375.
77. Hadis Sahih Muslim.
79. Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection: The Letters, 59.