Bukti Lainnya Bahwa Yesus Tidak Mati

Pada bab ini, kita akan mengkaji bukti lainnya bahwa Yesus tidak mati dan bahwa ia akan kembali ke Bumi.

Al-Quran menceritakan kelahiran Yesus yang tidak biasa. Pesannya untuk berjuang pada lingkungan yang masih kafir, mukjizat-mukjizat yang dimilikinya, dan murid- muridnya yang setia. Al-Quran juga menceritakan bahwa ia akan kembali ke Bumi menjelang Hari Kiamat. Kita telah mengkajinya dengan saksama pada surat 3:55 dan 4:157-58, yang memperlihatkan, berdasarkan makna-makna leksikal di dalamnya serta penafsiran-penafsiran berbagai kalangan cendekiawan Muslim, bahwa Yesus tidak mati. Bukti ini dapat diringkas secara garis besar sebagai berikut.

1. Yesus tidak mati dan tidak pula dibunuh

2. Yesus diangkat ke hadirat Allah.

3. Orang-orang kafir diperlihatkan wajah seseorang yang menyerupainya.

4. Pendapat orang-orang kafir mengenai hal ini bersifat spekulasi dan dugaan semata.

5. Ia merupakan pertanda akan datangnya Hari Kiamat.

6. Allah mengajarkannya Alkitab—dengan kata lain, Al-Quran—selain Taurat dan Injil (Wallahu a’lam).

7. Umatnya yang percaya pada Alkitab akan menaatinya ketika ia kembali nanti.

8. Mereka yang menaatinya akan dilebihkan kedudukannya di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat.

9. Ia akan kembali ke Bumi sebagai orang dewasa dan akan berbicara kepada umat.

10. Ia akan meninggal setelah kedatangannya kembali ke Bumi.

Kembalinya Yesus ke Bumi, salah satu peristiwa terpenting dan terbesar dalam sejarah, dinyatakan dalam Al-Quran. Kabar gembira semacam ini akan mempertebal rasa antusiasme orang-orang mukmin yang tengah menunggu-nunggu kedatangannya dengan sukacita, dan juga akan membuat mereka bersegera untuk bersiap-siap menyambut kedatangannya. Sementara itu, bukti ini juga akan menjadi peringatan bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh memikirkan peristiwa ini, dan semoga akan membuat mereka semakin meningkatkan kesadaran mereka terhadap isu tersebut.

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu, Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
(QS. 42:13)

Yesus Adalah “Pertanda Hari Kiamat”

Selain mengungkapkan bahwa Yesus masih hidup, Al-Quran juga menyatakan bahwa ia akan kembali.

Tatkala putra Maryam dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu bersorak karenanya. Mereka berkata: “Siapakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia?” Mereka mengatakan perumpamaan itu hanya untuk maksud membantah. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Ia tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat Kami dan yang Kami jadikan sebagai tanda bukti untuk Bani Israil. Kalau Kami menghendaki, Kami jadikan sebagai gantimu di muka Bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. (QS. 43:57-60)

Ayat berikutnya menyatakan bahwa Yesus merupakan pertanda datangnya hari kiamat.

Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat?.
(QS. 42:17)

Ia [Isa] memberikan pengetahuan tentang Hari Kiamat. Janganlah kamu ragu- ragu tentang kiamat itu, dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (QS. 43:61)

Makna pertama ayat ini adalah bahwa Yesus merupakan suatu tanda atau prasyarat akan datangnya Hari Kiamat. Dapat kita katakan dengan pasti bahwa ayat ini menunjukkan kedatangannya kembali ke Bumi karena ia hidup enam abad sebelum Al-Quran diturunkan. Oleh karena itu, kita tidak dapat menganggap bahwa kehidupannya dulu merupakan pertanda Hari Kiamat. Ayat tersebut menunjukkan bahwa ia akan kembali menjelang akhir zaman, atau dengan kata lain, tepat sebelum hari kiamat. Dalam konteks tersebut, kedatangannya kembali merupakan suatu tanda- tanda kedatangan hari kiamat yang sudah dekat. (Wallahu a’lam).

Sebagian mengatakan bahwa pronomina hu (dia kata ganti orang ketiga laki-laki/ kata ganti ketiga benda) merujuk pada Al-Quran. Walaupun demikian, apabila menilik ayat-ayat lainnya, terlihat bahwa setiap kali hu mengacu pada Al-Quran, Alkitab selalu dihubungkan dengan ayat sebelum ataupun sesudahnya. Kemungkinan lainnya, pernyataan lainnya memperlihatkan Al-Quran sebagai subjek. Beberapa dari ayat-ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Sekali-kali jangan demikian! Sesungguhnya ajaran-ajaran itu [Al-Quran] adalah suatu peringatan, dan barangsiapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya di dalam Kitab-Kitab Yang Dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan. (QS. 80:11-14)

Apabila dikatakan pada mereka, “Berimanlah kepada apa yang telah Allah turunkan,” mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami,” dan mereka kafir kepada yang diturunkan sesudahnya, sedangkan ia [Al-Quran] adalah yang hak, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Lantas mengapa, jika kamu orang-orang yang beriman, kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah?” (QS. 2:91)

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikannya.” Ia [Al-Quran] tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (QS. 6:90)

Kami telah menurunkan [Al-Quran] itu dengan sebenar-benarnya, dan ia telah turun dengan membawa kebenaran. Kami tidak mengutus kamu melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Kami menurunkan Al-Quran secara berangsur-angsur agar kamu dapat membacakannya dengan perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman.” Sesungguhnya, apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. (QS. 17:105--107)

Ia [Al-Quran] itu sesungguhnya adalah suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (QS. 43:44)

Sesungguhnya ayat-ayatku selalu dibacakan kepadamu, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadapnya, mengucapkan perkataan- perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Apakah mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataan tersebut [Al-Quran]? Apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? (QS. 23:66--68)

Apabila kita mengkaji ayat-ayat di dalam Al-Quran surat 43, dapat kita lihat bahwa Al-Quran tidak serta-merta tersirat pada ayat-ayat yang ada sebelum maupun sesudah kata yang mengacu “tanda Hari Kiamat”. Ayat-ayat tersebut mengacu pada Yesus. Oleh karena itu, kata ganti yang dimaksud juga mengacu pada Yesus. (Wallahu a’lam). Buktinya, berdasarkan ayat-ayat tersebut dan juga hadis yang dapat dipertanggungjawabkan, para cendekiawan Muslim menyatakan bahwa dalam hal ini hu memang mengacu pada Yesus. Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Qatada, Malik ibnu Dinar, Thabit ibnu al-Dahhak, Abu Razin, Abu ‘Ali ‘Abd al-Rahman, Humayd, dan Ibnu al-Muhaysin mengatakan bahwa kedatangan kembali Yesus merupakan suatu pertanda datangnya Hari Kiamat.55

Banyak pakar, seperti al-‘Alusi, al-Shawkani, al-Sabuni, al-Ghumari, Omar Nasuhi, Bilmen, Sayyid Qutb, dan Hasan Basri Cantay menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut.

Munculnya Yesus adalah suatu pertanda semakin dekatnya Hari Kiamat karena kemunculannya merupakan tanda-tanda terjadinya hari akhir. Turunnya ia ke Bumi merupakan bukti bahwa akhir zaman telah datang, dan hari akhir telah dimulai.56

Dalam penafsirannya terhadap ayat tersebut, Imam al-Tabari juga menggunakan penjelasan Ibnu Katsir sebagai bukti. Ibnu Katsir berkata: “Ada hadis yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai Nabi kita saw. bahwa Yesus akan turun ke Bumi sebelum hari akhir sebagai seorang pemimpin negara dan penguasa yang adil,” menggambarkan ayat tersebut sebagai bukti kedatangan kembali Yesus. Dalam komentarnya, Hamdi Yazir dari Elmali menulis sebagai berikut.

Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”.
(QS. 43:63)

Sudah barang tentu bahwa ia mewakili pengetahuan mengenai masa itu, bukti, dan suatu pertanda Hari Kiamat ketika kematian akan dibangkitkan kembali. Hal itu disebabkan kemunculan Yesus, mukjizatnya yang dapat menghidupkan orang yang telah meninggal, dan kabar berita yang disampaikannya tentang hidupnya kembali orang-orang yang telah mati merupakan bukti semakin dekatnya hari akhir dan kemungkinan tanda-tanda Hari Kiamat berdasarkan hadis yang ada.57

Di antara para ilmuwan Islam kontemporer, Sayyid Qutb menekankan pentingnya bukti mengenai kedatangan kembali Yesus. Seperti yang tertera dalam pernyataannya berikut ini.

Banyak hadis yang mengatakan turunnya Yesus ke Bumi menjelang hari akhir. Sesungguhnya, ayat tersebut, “Dia merupakan pertanda hari kiamat” juga membuktikan hal itu. Dengan kata lain, Yesus akan turun ke Bumi pada waktu mendekati hari akhir. Dalam kajiannya yang lain, ayat tersebut tertulis “wa innahu la ‘ilmun li al-saa’ati.” Dengan kata lain, turunnya Yesus merupakan suatu pertanda, tanda akan tibanya hari akhir. Kedua cara pengkajian tersebut mengungkapkan makna yang sama. Turunnya Yesus dari langit merupakan sebuah kabar dari Dunia Yang Kasat Mata, yang disebutkan oleh Nabi saw. yang selalu mengucapkan hal yang benar dan tepercaya dan disebutkan dalam Al-Quran yang agung. Selain informasi dari kedua sumber tersebut, yang tidak akan berubah sampai hari akhir nanti, tak ada orang lain yang dapat mengatakan lebih jauh tentang hal ini.58

Al-Kawthari mengatakan, bahkan di dalam naskah-naskah ajaran tertua pun, ayat ini digunakan sebagai bukti kembalinya Yesus.59

Omer Nasuhi Bilmen menjelaskan ayat itu sebagai berikut:

Ia memberikan kabar, dengan cara yang meyakinkan, bahwa Yesus adalah suatu tanda hari pengadilan dan hari kiamat yang pasti akan datang... Kemunculannya di muka Bumi dianggap sebagai suatu takdir di hari akhir...60

Kenyataannya, sebutan tersebut hanya diberikan kepada Yesus, meskipun Al- Quran mengisahkan riwayat kehidupan Nabi Muhammad saw., Ibrahim a.s., Nuh a.s., Musa a.s., Sulaiman a.s., Yusuf a.s., Daud a.s., Yakub a.s., dan nabi-nabi lainnya, sebutan atau julukan itu tidak diberikan pada seorang pun dari mereka. Fakta ini lagi- lagi merupakan suatu petunjuk bahwa Yesus memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki nabi-nabi lainnya. Ia akan kembali ke Bumi setelah diangkat ke hadirat Allah. (Wallahu a’lam).

Yesus Diajarkan Al-Kitab, Taurat, dan Injil

Al-Quran menyebutkan bahwa Yesus diajarkan Taurat, Injil, dan Alkitab.

Ketika para malaikat berkata: “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah menggembirakan kamu dengan sebuah Kalimat yang datang daripada-Nya. Namanya Al-Masih, Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Ia akan berbicara kepada manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh,’ Maryam berseru: “Ya Tuhanku! Bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun?” Allah berfirman: “Demikianlah. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Ia cukup berkata ‘Jadilah!’, lalu jadilah ia. Ia akan mengajarkan padanya Al-Kitab dan Hikmah, dan Taurat, dan Injil.” (QS. 3:45-48)

Identitas “Alkitab” itulah yang paling penting. Ungkapan yang sama juga terdapat dalam ayat lainnya.

Ingatlah ketika Allah berkata, “Hai Isa, putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul Kudus supaya kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan di waktu Aku mengajarkanmu Al-Kitab dan Hikmah, serta Taurat dan Injil...” (QS. 5:110)

Sebuah analisis terhadap Al-Quran memperlihatkan bahwa pengungkapan Al Kitab dalam kedua ayat tersebut merujuk pada Al-Quran, demikian pula Taurat dan Injil. Pikirkanlah ayat-ayat berikut.

Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi Selalu Mengurus Makhluk-Nya. Dia menurunkan Alkitab kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan yang telah diturunkan sebelumnya. Dan Ia menurunkan Taurat dan Injil. (QS. 3:2-3)

Dan Kami telah menurunkan Alkitab kepadamu dengan membawa kebenaran, membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya... (QS. 5:48)

Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
(QS. 61:6)

Dalam ayat-ayat lainnya, Alkitab mengacu pada Al-Quran.

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. 2:151)

“Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan terperinci?” Orang-orang yang telah Kami datangkan Kitab kepada mereka mengetahui bahwa ia diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya, maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. (QS. 6:114)

Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. 16:64)

Kamu tidak pernah berharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu. Tetapi ia merupakan suatu rahmat yang benar dari Tuhanmu. Sebab itu, janganlah sekali- kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (QS 28:86)

Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab yang dibacakan pada mereka? Sungguh di dalamnya terdapat rahmat dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS. 29:51)

Kami telah menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu. Janganlah kamu menjadi penantang karena membela orang-orang yang berkhianat (QS. 4:105)

Jelaslah, “Kitab” ketiga yang diajarkan kepada Yesus adalah Al-Quran. Tapi, hal ini dapat terjadi apabila ia kembali ke Bumi pada masa akhir zaman karena ia hidup pada zaman 600 tahun sebelum Al-Quran diturunkan. Lagi pula, banyak hadis yang mengatakan bahwa ketika Yesus kembali ke Bumi, Al-Quran, dan bukan Injil, yang akan memegang peran:

“Ia akan menuntunmu sesuai dengan Kitab dari Tuhanmu dan Sunah Rasul.”61

Penggalan informasi penting lainnya adalah berupa wahyu yang disampaikan kepada Yesus tidak disampaikan kepada nabi-nabi lainnya. Misalnya, Al-Quran menyatakan bahwa Taurat diwahyukan kepada Musa a.s., Lembaran-Lembaran Wahyu kepada Ibrahim a.s., dan Kitab Zabur diwahyukan kepada Nabi Daud a.s. Jika ada kitab-kitab yang diwahyukan sebelum masa setiap nabi-nabi tersebut, Al-Quran menyatakan bahwa mereka semua mengetahuinya. Walaupun begitu, dalam kasus Yesus sajalah Al-Quran menyatakan bahwa seorang nabi akan diajarkan sebuah kitab yang akan diturunkan sesudah masanya. Ini merupakan salah satu petunjuk bahwa ia akan kembali ke Bumi dan ketika masanya itu tiba, ia akan memimpin dengan kitab yang diturunkan sesudah masanya tersebut: Al-Quran. (Wallahu a’lam).

Para Pengikut Yesus akan Dilebihkan dari Orang-Orang Kafir

Selain menyatakan bahwa Yesus tidak mati, Al-Quran surat 3:55 juga mengatakan bahwa ia akan kembali lagi ke Bumi:

Ketika Allah berfirman: “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. Dan Aku akan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, dan Aku akan memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya” (QS. 3:55)

Dalam ayat ini, Allah menyatakan keberadaan sekelompok orang yang akan tetap menjadi pengikut setia Yesus dan yang akan menempati kedudukan lebih tinggi daripada orang-orang kafir hingga Hari Kiamat. Jumlah pengikutnya selama masanya itu sangat sedikit, dan pesan yang ia emban mengalami kemunduran yang tajam setelah peristiwa kenaikannya ke hadirat Allah. Selama dua abad berikutnya, para pengikutnya itu, yang kemudian dikenal sebagai umat Kristen, ditindas secara semena-mena dan tidak mempunyai kekuasaan politik. Oleh karena itu, tidaklah mungkin mengatakan bahwa umat Kristen yang hidup pada masa itu kedudukannya lebih tinggi daripada orang-orang kafir dan mereka adalah kaum yang dimaksud pada ayat tersebut.

Jesus' (bpuh) Appearance Behind Locked Doors. (1308-11) Museo dell'Opera del Duomo, Siena, Italy

Selama berabad-abad kemudian, agama Kristen mengalami perubahan esensi dan berubah menjadi suatu agama yang berbeda. Umat Kristen menganut dua konsep keyakinan yang keliru: Yesus adalah putra Tuhan (Allah tentunya melebihi segalanya) dan Trinitas (Bapa, Putra, dan Ruhul Kudus [atau Jiwa Yang Kudus]). Berdasarkan fakta itulah, kita tidak bisa menganggap umat Kristen yang ada sekarang ini sebagai orang- orang yang akan mengikuti Yesus nantinya di hari akhir karena Allah menyatakan dalam beberapa ayat-Nya bahwa mereka yang meyakini konsep Trinitas sebenarnya adalah orang-orang kafir.

Kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga. Tidak ada yang berhak disembah selain Tuhan Yang Esa (QS. 5:73)

Atas dasar itulah, pernyataan “Aku akan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat” mengandung makna yang sangat jelas, pasti ada kaum yang akan mengikuti Yesus dan tetap ada sampai hari kiamat. Kaum yang dimaksud akan muncul ketika Yesus kembali. Pada saat itulah, para pengikutnya akan berkedudukan di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat tiba. (Wallahu a’lam). Ayat lainnya yang mendukung pernyataan itu adalah:

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada murid-muridnya: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah.” Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan yang lain kafir. Maka, Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, dan mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. 61:14)

Tersirat dari ayat di atas bahwa selama Yesus hidup, ada sebagian kelompok orang yang tidak beriman. Bagian terakhir ayat tersebut; “... Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, dan mereka menjadi orang-orang yang menang,” memberikan kabar akan suatu zaman yang pada saat itulah orang-orang yang menjadi pengikut setia Yesus akan dilebihkan daripada orang-orang kafir. Dalam berbagai kemungkinan, periode yang dimaksud itu adalah saat kedatangan kembali Yesus Selama waktu itu, Yesus akan menyingkap agama yang sebenarnya dan orang-orang yang beriman kedudukannya lebih tinggi daripada orang- orang kafir. (Wallahu a’lam).

Kematangan Usia Yesus

Penggalan bukti lainnya tentang kembalinya Yesus adalah kata kahlaan, yang terdapat pada ayat berikut:

Ingatlah ketika Allah berkata: “Hai Isa, putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul Kudus supaya kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian [mahd] dan sesudah dewasa [kahlaan]...” (QS. 5:110)

Ia akan berbicara kepada manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa [kahlaan], dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. (QS. 3:46)

Kahlaan, yang tersebut hanya pada kedua ayat itu, hanya mengacu pada Yesus, dan hanya untuk menyatakan kedewasaan Yesus, digunakan untuk seseorang yang berusia antara 30 hingga 50 tahun, seseorang yang tidak lagi muda, seseorang yang telah mencapai usia yang matang. Para ilmuwan Islam sepakat bahwa kata tersebut mengacu pada usia 35 tahun atau lebih, berdasarkan sebuah hadis yang dinyatakan oleh Ibnu ‘Abbas bahwa Isa a.s. diangkat ke hadirat Allah pada awal usia 30 tahun dan bahwa ia akan hidup selama 40 tahun lebih ketika ia kembali. Berdasarkan hal itu, ia hanya bisa mencapai usia matang dengan cara kembali lagi ke dunia, ia harus kembali.62

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
(QS. 5:46)

[Allah berkata:] “Wahai Isa, Aku akan mengambilmu kembali [mutawaffiika] dan mengangkatmu [wa raafi’uka] kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang- orang kafir. Dan Aku akan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat...”
(QS. 3:55)

Meskipun semua nabi berbicara kepada umatnya, mengajak ke jalan agama yang benar, dan menyampaikan wahyu pada usia yang telah matang, Al-Quran tidak menggunakan ungkapan kata seperti itu ketika menceritakan mereka. Ungkapan kata itu lebih cenderung digunakan untuk menerangkan suatu keadaan yang ajaib. Ungkapan dalam buaian dan setelah dewasa, ketika digunakan secara bersusulan, merujuk pada dua peristiwa yang luar biasa menakjubkan.

Cendekiawan Islam asal Mesir Khalil Herras menaruh perhatiannya pada kasus yang satu ini.

Kata kahl dalam ayat tersebut ditujukan secara langsung pada kata mahd, yang mendahuluinya dan merupakan adverbia atau kata keterangan tempat. Karena tidak adanya petunjuk khusus dari kata tersebut, ia mengusung makna yang sama dengan kata yang ada sebelumnya. Karena itu, dengan cara yang sama, Yesus berbicara segera setelah kelahirannya merupakan suatu keajaiban atau mukjizat sehingga keajaiban yang sama akan terjadi pada masa dewasanya nanti. Jika tidak begitu, tidak ada hal atau sesuatu yang ajaib pada diri seseorang yang telah dewasa ketika ia berbicara dan nilai kebijaksanaan atau hikmah yang terkandung dalam ayat tersebut tidak akan dapat dipahami. Bagaimanapun, jika Yesus berbicara setelah kemunculannya di Bumi, itu akan menjadi sesuatu yang ajaib...63

Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
(QS. 22:7)

Ilmuwan Islam terkenal al-Ghumari menyatakan bahwa satu penggalan hikmah di sini adalah bahwa Yesus berbicara dalam buaian dan kemudian pada masa dewasanya menunjukkan bahwa ia mempunyai kehidupan yang luar biasa. Ia menulis bahwa karena Yesus berbicara ketika masih bayi sebagai suatu mukjizat dari Allah, pasti ada aspek yang ajaib pula ketika ia berbicara sebagai orang dewasa kepada umat manusia.

Demi tujuan mulialah perhatian kita tertuju pada Yesus yang berbicara dalam buaian dan ketika dewasa. Pada saat yang sama, hal ini menunjukkan suatu fenomena yang luar biasa. Yesus diangkat ke langit (pada usia muda). Ia menghilang selama ratusan tahun. Ia dipindahkan ke sebuah dunia yang di dalamnya hukum-hukum alam tidak berlaku. Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi seseorang yang turun dan berbicara kepada umat manusia. 64

Imam al-Suyuti menekankan kata kahlaan pada Al-Quran surat 5:110 ketika ia menyatakan, “Kata ini mengungkapkan fakta bahwa ia (Yesus) akan turun dari langit sebelum datangnya Hari Pembalasan karena ia diangkat ke langit sebelum mencapai usia manula.” 65 Dalam Uraian-nya, Imam al-Tabari memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat itu sebagai berikut.

Pernyataan-pernyataan tersebut [QS. 5:110] menunjukkan, agar ia dapat menuntaskan masa hidupnya dan berbicara kepada umat manusia ketika ia sudah mencapai usia matang, Yesus akan turun dari langit karena ia diangkat ke langit ketika masih muda.... Dalam ayat ini [QS. 3:46], terdapat bukti bahwa Yesus masih hidup. Ahli Sunah menyetujui pendapat itu karena ayat tersebut menyatakan bahwa ia akan berbicara kepada umat manusia ketika sudah menginjak usia dewasa seutuhnya. Ia akan bisa tumbuh dewasa hanya ketika ia turun ke Bumi dari langit nanti.66

Dalam kajiannya terhadap Al-Quran surat 3:46, Omer Nasuhi mengatakan bahwa ayat ini merupakan secuil bukti bahwa Yesus akan kembali.

Ayat ini menunjukkan bahwa setelah kenaikan Yesus, ia akan kembali lagi dan berbicara kepada umat manusia karena ia akan memasuki kematangan usia setelah diangkat ke langit.67

Seperti yang telah kita lihat, para cendekiawan Muslim menafsirkan kahlaan sebagai suatu petunjuk bahwa Yesus akan kembali lagi. (Wallahu a’lam). Semua bukti ini mengungkapkan bahwa Yesus akan kembali pada akhir zaman.

Semua Ahli Kitab Akan Menaati Yesus

Di antara ayat-ayat yang memberikan kabar gembira mengenai kembalinya Yesus adalah salah satu ayat yang menyatakan:

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak akan beriman kepadanya sebelum kematiannya; dan di hari kiamat nanti ia akan menjadi saksi terhadap mereka (QS. 4:159)

Mayoritas pengamat dan ilmuwan Islam menyetujui bahwa pronomina atau kata ganti hi dalam kalimat qabla mawtihi (sebelum kematiannya), mengacu pada Yesus. Pakar linguistik bahasa Arab juga setuju terhadap pendapat ini. Akhiran atau sufiks jamak hum digunakan di semua ayat Al-Quran yang berkenaan dengan Ahli Kitab (misalnya Al-Quran surat 98:1 dan 59:2). Dalam ayat ini, kendati demikian, sufiks tunggal hu yang digunakan. Ini berarti bahwa para Ahli Kitab akan menaati Yesus sebelum kematiannya secara biologis sesudah ia kembali ke Bumi. (Wallahu a’lam).68

Kalimat “dan di Hari Kiamat nanti ia akan menjadi saksi terhadap mereka” adalah salah satu bukti bahwa ayat tersebut memang merujuk pada Yesus. Oleh karena itu, ayat tersebut sebaiknya ditafsirkan dengan pengertian sebagai berikut. “Ketika Yesus kembali, semua Ahli Kitab akan tunduk kepadanya.” Ini menunjukkan bahwa Yesus akan kembali dan nilai-nilai moral agama yang sebenarnya akan bersemayam di muka Bumi di bawah kepemimpinannya. (Wallahu a’lam).

Allah juga menyatakan bahwa semua nabi dan rasul akan menjadi saksi bagi umatnya pada hari akhir:

... apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktunya (QS. 77:11)

Allah menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. akan menjadi saksi bagi umatnya sendiri:

Bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan mendatangkan kamu sebagai saksi atas mereka itu? (QS. 4:41)

Bagaimanapun, Al-Quran menyatakan bahwa “Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak akan beriman kepadanya sebelum kematiannya” hanya terjadi pada kasus Yesus. Apalagi, Al-Quran tidak mengatakan hal demikian untuk nabi-nabi lainnya sebelum Yesus dan yang diyakini oleh para Ahli Kitab. Pernyataan itu tidak berlaku dalam kaitannya dengan Nabi Ibrahim a.s., Sulaiman a.s., Daud a.s., Musa a.s., Yusuf a.s., dan Yakub a.s.

Jika setiap orang dari Ahli Kitab akan menaati Yesus sebelum kematian mereka masing-masing, kasus serupa juga akan berlaku dengan nabi-nabi lainnya yang diutus kepada mereka. Bagaimanapun, ungkapan semacam ini hanya berlaku dalam hubungannya dengan Yesus. Oleh karena itu, ini merupakan bukti penting lainnya bahwa Yesus berbeda dengan nabi-nabi lainnya. (Wallahu a’lam).

Seperti yang telah kita lihat, kata –nya pada kalimat sebelum kematiannya adalah memang Yesus. Tidak mungkin menafsirkan ayat tersebut, seperti yang pernah dilakukan sebagian orang, dengan cara menunjukkan bahwa “Setiap orang dari Ahli Kitab akan percaya pada Yesus sebelum mereka meninggal.” Umat Yahudi, para Ahli Kitab, berusaha membunuh Yesus karena mereka tidak percaya kepadanya. Mereka kemudian terus bertahan dalam kekafiran mereka dan yakin bahwa mereka telah membunuhnya.

Untuk menjelaskan semua itu, kita dapat memahaminya dari ayat berikut. Yesus akan kembali ke Bumi, dan sebagaimana setiap manusia lainnya, akan hidup dan mati. Tatkala ia kembali, semua Ahli Kitab akan melihat dan mengenalinya dan akan menaatinya selama ia hidup. Yesus akan menjadi saksi terhadap mereka di hari akhir nanti (Wallahu a’lam). Sebagian besar ilmuwan Islam menyetujui pandangan ini. Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, yang keduanya merupakan sahabat Rasulullah saw., juga menyatakan bahwa ayat ini menunjukkan kedatangannya kembali ke Bumi. Al- Qurtubi menafsirkan ayat itu dalam pengertian berikut.

Tatkala Hari Kiamat semakin dekat tanda-tandanya, ketika Isa (a.s.) kembali dalam keadaan hidup dari langit ke Bumi, para pengikut Ahli Kitab yang masih hidup akan tunduk kepadanya. Semua itu nantinya akan menjadi bangsa Islam.69

Al-Tabari menafsirkan ayat itu dengan pengertian berikut dalam Uraian-nya. Ketika ia kembali ke Bumi untuk membunuh Sang Dajjal, setiap orang dari Ahli

Kitab akan menaati Yesus sebelum kematiannya. Pada waktu itu, seluruh bangsa akan menjadi bangsa yang satu di bawah panji Islam.70

Dalam uraiannya, Khalil Herras menyatakan bahwa penafsiran al-Tabari tersebut akurat dan bahwa Al-Quran surat 4:159 merupakan bukti akan kedatangannya kembali ke Bumi.

Kata ganti –ia dalam ayat tersebut mengacu pada Yesus. Ketika ia kembali, setiap anggota Ahli Kitab akan menaatinya, mengiyakannya, dan hanya Islam yang akan diterima dari mereka sebagai agama mereka... Para pengikut Ahli Kitab akan meyakini Yesus ketika ia kembali ke Bumi....71

Kematian Yesus Akan Terjadi setelah Kedatangannya Kembali

Ayat lain yang menyatakan kedatangannya kembali adalah Al-Quran surat 19:33. Kalimat pada hari aku meninggal mengandung informasi yang sangat penting. Ini tersirat dalam: “Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. 19:33)

Asal kata bahasa Arab untuk kalimat pada hari aku meninggal adalah amaatu, yang memiliki akar kata mawt, yang digunakan juga dalam ayat-ayat lainnya dalam Al-Quran untuk memaknai kematian secara biologis. Makna tawaffaa bukanlah kematian secara biologis, melainkan mengambil atau memegang ruh sewaktu tidur. Sementara itu, mawt mengungkapkan makna kematian dalam pengertian umum. Karena itu, berkebalikan dengan ayat-ayat lainnya, ayat yang satu ini menunjukkan bahwa kematian Yesus akan terjadi setelah kedatangannya kembali. (Wallahu a’lam).

Catatan Kaki

55. Al-Sa‘ani, Tafsir ‘Abdul-Raziq, 2:163; Ibn Qutayba, Gharib Al-Quran, 400.

56. Al- ‘Alusi, Ruh al-Ma‘ani fi Tafsir Al-Quran, 25:95; Mohammad al-Shawkani, Fath al-Qadir, 4:562; Al-Sabuni, Safwat al-Tafasiri, 3:162; Sayyid Qutb, Fi Zilal Al-Quran (Dalam Bayangan Quran), 5:3198.

57. Yazir, Hak Din Kuran Dili, www.kuranikerim.com/telmalili/zuhruf.htm.

58. Qutb, Fi Zilal Al-Quran, www.sevde.de/Kuran-Tevsiri/Kuran_Tefsiri.htm.

59. Al-Kawthari, Nazra ‘Abira fi Maza‘im, 105.

60. Bilmen, Kuran-i Kerim’in, 7:3292.

61. Hadis Sahih Muslim.

62. Herras, Fasl al-Maqal, 20.

63. Ibid., 19-20. (penekanan ditambahkan oleh pengarang)

64. Al-Ghumari, Al-Burhan, 87-96.

65. Jalaluddin al-Suyuti, Tafsir al-Jalalayn, 1:447.

66. Tafsir al-Tabari, 2:528 and 1:247.

67. Bilmen, Kuran-i Kerim’in, 1:366.

68. Herras, Fasl al-Maqal, 76.

69. Al-Qurtubi, Al-Jami‘ li Ahkam Al-Quran, 6 :10-11.

70. Al-Tabari, Jami‘ al-Bayan, 4:18.

71. Herras, Fasl al-Maqal, 17-21.

BAGIKAN
logo
logo
logo
logo
logo
Unduhan
  • Pendahuluan
  • Yesus Tidak Dibunuh dan Tidak Mati
  • Bukti Lainnya Bahwa Yesus Tidak Mati
  • Kekeliruan Orang-Orang Yang Mempertahankan Pendapat Bahwa Yesus Sudah Mati
  • Yesus Dalam Hadis
  • Kesimpulan
  • Kembalinya Yesus Akan Menciptakan Perdamaian Dunia