Kesimpulan

Dalam buku ini, beberapa alasan utama mengapa sebagian manusia tidak mampu untuk mengetahui dan memahami Al-Qur`an telah teranalisis. Beberapa contoh dari misinterpretasi dan penolakan-penolakan yang dibuat oleh mereka yang jauh dari keimanan, telah dipaparkan. Keinginan riil dari disusunnya buku ini adalah untuk mengekspos bagaimana mereka yang jauh dari ketulusan dan keimanan ternyata tidak mempunyai kemampuan untuk memahami ayat-ayat yang paling sederhana sekalipun dan juga untuk memberikan respons terhadap berbagai penolakan yang tidak adil yang telah mereka buat.

Kami seharusnya tidak melupakan bahwa tidak ada batasan terhadap kebingungan dan inkonsistensi yang dimiliki oleh seorang yang tidak bijaksana dengan kapasitas terbatas yang dapat menyebabkannya mengarang-ngarang tentang Al-Qur`an dan Islam. Hal ini karena Al-Qur`an memiliki suatu gaya yang hanya dapat dicapai dengan logika dan pemahaman yang tulus. Karenanya, faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman seseorang tentang Al-Qur`an adalah ketulusan dan logika. Dikarenakan alasan inilah, tidak perlu heran terhadap kekaburan interpretasi dan penolakan yang dibuat oleh seseorang yang tidak bijak.

Sebagai seorang yang benar-benar beriman yang mengharapkan orang lain untuk menunjukkan logika yang sama dengan yang dia miliki, secara alamiah adalah mengherankan baginya mendengar berbagai interpretasi yang tidak bermakna dan irasional ini. Akan tetapi, Al-Qur`an menyatakan bahwa mereka yang tidak beriman tidaklah mempunyai dalih atau pemahaman. Apabila kita melihat misinterpretasi orang-orang kafir dari perspektif Al-Qur`an, kita tidak akan merasa heran terhadap hal ini, namun sebaliknya menjadikan hal tersebut sebagai peringatan dan tanda.

Al-Qur`an adalah kitab yang benar yang berasal dari Allah dan tidaklah diragukan lagi. Adalah tidak mungkin untuk membuat keraguan terhadap Al-Qur`an dengan berbagai spekulasi. Orang-orang kafir hanya menipu diri mereka sendiri dan yang mereka senangi tersebut merupakan suatu cara berpikir yang sesat, sebagaimana mereka berusaha untuk menekan suara-suara nurani mereka sendiri.

Selain itu, seorang yang benar-benar beriman tidak memiliki waktu ataupun kepentingan untuk merespons setiap karangan yang mereka ada-adakan.

Seorang mukmin sejati bertanggung jawab untuk menyampaikan berbagai fakta dan keajaiban yang terdapat di dalam Al-Qur`an kepada semua orang. Kebatilan pasti lenyap begitu kebenaran datang. Al-Qur`an memberikan penegasan kepada kita dalam ayatnya,

“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya. Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (al-Anbiyaa`: 18)

Kebatilan selalu berakhir dengan ketiadaan,

“Dan katakanlah, ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.’ Sesungguhnya, yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (al-Israa`: 81-82)

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dariapa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2:32)