Kebenaran yang Nyata: Penciptaan

Ketika ilmu pengetahuan menghancurkan teori evolusi yang berusaha menjelaskan berbagai bentuk kehidupan sebagai perkembangan yang terjadi secara kebetulan, ini berarti ilmu pengetahuan menunjukkan adanya penciptaan sempurna di alam. Semua makhluk hidup muncul menjadi ada melalui penciptaan oleh Allah.

Teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan adalah hasil karya peristiwa “kebetulan”. Akan tetapi, seluruh bukti ilmiah yang telah diuraikan dalam buku ini menunjukkan ketidakbenarannya. Kehidupan diciptakan dengan rancangan yang terlalu sempurna untuk dapat diterangkan melalui peristiwa kebetulan.

Dari Sel Tunggal Hingga Manusia

Penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu adalah sebuah keajaiban tersendiri. Penyatuan antara sperma dan sel telur menghasilkan satu sel hidup. Kemudian sel ini membelah dan memperbanyak diri. Sel-sel yang sedang membelah ini mulai membentuk sel-sel yang berbeda-beda jenisnya, mengikuti sebuah perintah rahasia. Sel-sel ini mengalami penyusunan dan pengaturan untuk membentuk tulang, mata, hati, pembuluh darah atau kulit. Setelah melalui proses yang sangat rumit ini, sebuah sel tunggal pada akhirnya berubah menjadi seorang manusia sempurna. Allah menyeru manusia agar memikirkan penciptaan ini:

“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al Infithaar, 82:6-8)

Kepercayaan terhadap peristiwa “kebetulan” ini lahir pada abad ke-19 ketika terdapat keyakinan bahwa makhluk hidup memiliki struktur sederhana. Kepercayaan ini kemudian terbawa sampai abad ke-20 untuk tujuan ideologis. Namun, kini masyarakat ilmiah mengakui betapa pernyataan ini ternyata tidak masuk akal, dan sejumlah besar ilmuwan mengakui kehidupan sebagai hasil karya Pencipta yang Maha Kuasa. Chandra Wickramashinge menggambarkan kenyataan yang dihadapinya sebagai ilmuwan yang selama bertahun-tahun telah diindoktrinasi untuk percaya pada mitos “kebetulan”:

Ilham Pada Lebah

Lebah memperlihatkan kemampuan arsitektural yang luar biasa. Ruang-ruang heksagonal pada sarang yang mereka bangun, didasarkan pada perhitungan matematis yang rumit. Mereka menggunakan suatu sistem yang memungkinkan melakukan penyimpanan secara maksimum dengan penggunaan bahan baku yang minimum. Hal menarik dari ruang-ruang heksagonal ini adalah bahwa para lebah mulai membangunnya dari sejumlah titik yang berlainan dan bertemu di tengah-tengah. Anehnya, tidak dijumpai bentuk cacat apa pun pada titik sambungnya. Hal ini menunjukkan bahwa lebah diperintah oleh suatu pusat tunggal. Allah menyatakan dalam Al qur’an bahwa lebah berperi-laku berdasarkan ilham yang diberikan-Nya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:

“Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buahbuahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhklan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:68-69)

Sejak menjalani pelatihan pertama kali sebagai seorang ilmuwan, saya sungguh mengalami pencucian otak agar percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat diselaraskan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan penciptaan sengaja. Gagasan ini harus dihilangkan dengan susah payah. Saat ini saya tidak dapat menemukan alasan rasional untuk membantah pandangan yang mengajak kepada Tuhan. Kita terbiasa dengan pikiran yang terbuka; sekarang kita menyadari bahwa satu-satunya jawaban masuk akal tentang kehidupan ini adalah penciptaan –dan bukan pengaturan secara acak dan kebetulan.70

Penciptaan Nyamuk

Nyamuk memiliki sistem “penglihatan ultraviolet” yang membantunya menemukan mangsa di malam hari. Pipa pengisapnya yang kecil panjang, yang digunakan untuk mengisap darah, merupakan alat yang cukup rumit yang terdiri atas 6 pisau. Alat ini dilengkapi dengan sekresi cairan khusus guna mencegah pembekuan darah yang sedang diisap dan bahkan mampu mematikan sistem saraf manusia. Dengan rancangan luar biasa ini, seekor nyamuk menjadi bukti jelas adanya penciptaan. Allah menyatakan dalam Alquran:

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.” (QS. Al Baqarah, 2:26)

Seseorang tidak perlu mengunjungi laboratorium biokimia atau tempat-tempat penggalian fosil agar dapat melihat Menyibak Tabir Evolusi 69 kebenaran yang sangat nyata ini. Siapa pun dapat melihat bukti penciptaan di segenap penjuru dunia mana pun dengan menggunakan hati nurani dan akalnya. Ia dapat dengan mudah menangkap hikmah, ilmu pengetahuan dan kekuasaan tak terbatas dari Penciptanya hanya dengan memikirkan bagaimana ia dapat tumbuh menjadi seorang manusia yang mampu membaca dan memahami barisbaris tulisan ini, padahal awalnya dia hanyalah setetes air (mani).

Penciptaan Unta

Dalam Alqur’an, Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?” (QS. Al- Ghaasyiyah, 88:17). Ketika memperhatikan unta, kita saksikan bahwa binatang ini diciptakan secara khusus untuk kondisi gurun pasir. Unta memiliki sistem metabolisme yang memungkinkannya hidup tanpa air selama berminggu-minggu, ia memiliki jaringan khusus yang melindungi tubuhnya dari pasir yang panas membakar, dan ia bahkan memiliki sistem alis mata yang akan melindungi mata mereka dari badai pasir.

Tak seorang pun terlahir ke dunia ini secara kebetulan. Allah, Penguasa seluruhalam, menciptakan seluruh jagat raya dan semua manusia. Allah menggambarkankekuasaan-Nya untuk menciptakan segala sesuatu dalam Alquran, yangditurunkan-Nya sebagai petunjuk bagi manusia:

itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapatmenciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Danjika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembalidari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yangdisembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. SesungguhnyaAllah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al Hajj, 22:73-74)

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dariapa yang Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2:32)

 

Catatan kaki

70) Chandra Wickramasinghe, Interview in London Daily Express, August 14, 1981.