Bulu Burung

Bulu, yang memiliki rancangan serta ciri aerodinamis teramat rumit, merupakan ciri khas pada burung. Pernyataan bahwa bulu burung berevolusi dari sisik reptil sama sekali tidak berlandaskan pada bukti apa pun.

Tubuh reptil tertutup oleh sisik, sedangkan permukaan tubuh burung dipenuhi bulu. Karena evolusionis menganggap reptil sebagai nenek moyang burung, mereka dipaksa untuk mengatakan bahwa bulu telah berevolusi dari sisik reptil. Padahal, tidak terdapat kemiripan antara sisik dan bulu.

Bulu Dan Sisik

Teori evolusi dipaksa untuk mengemukakan bahwa bulu yang dirancang sempurna untuk terbang berevolusi dari sisik reptil. Namun, bulu dan sisik sama sekali berbeda satu sama lain dalam hal asal-usul genetis maupun perkembangan embriologisnya. Di atas adalah struktur bulu burung, dan di samping adalah sisik reptil.

Seorang profesor fisiologi dan neurobiologi di University of Connecticut, A.H. Brush, menerima kenyataan ini walaupun ia seorang evolusionis: “Setiap ciri dari struktur dan pengaturan gen, hingga perkembangan, morfogenesis dan pengaturan jaringan adalah berbeda (pada bulu dan sisik).”36 Selain itu, Prof. Brush telah meneliti struktur protein bulu burung dan menyatakan struktur ini “secara khusus hanya dimiliki kelompok tertentu di antara berbagai hewan vertebrata.” 37

Pemandangan dari dekat sisik reptil. Seperti yang terlihat jelas, sisik adalah bagian kulit keras yang saling tumpang tindih. Ia tidak memiliki kesamaan apa pun dengan bulu.

Tidak ada bukti fosil yang membuktikan bulu burung berasal dari sisik reptil. Sebaliknya, “bulu-bulu muncul secara tiba-tiba dalam catatan fosil, sebagai ciri ‘unik yang tak dapat disangkal lagi’ yang membedakannya sebagai burung” sebagaimana pernyataan Prof. Brush.38 Selain itu, pada reptil tidak pernah dijumpai adanya bentuk lapisan kulit luar yang dapat menjadi asal-usul bagi bulu burung.39

Burung Merak Dan Darwin

Bulu merak adalah contoh nyata penciptaan. Bulu burung ini membuat manusia berpikir betapa Allah telah menciptakan makhluk hidup dalam bentuk yang paling indah dan sempurna. Akan tetapi, Darwin malah merasa “muak” setiap kali melihat keindahan ini.

Struktur Bulu

Bulu-bulu burung tumbuh di kedua sisi ruas berongganya yang langsung terikat pada tulang-tulang rangka hewan ini. Struktur ini sama sekali berbeda dengan sisik reptil yang dikatakan sebagai nenek moyang burung. Sisik sama sekali tidak berhubungan dengan tulang rangka.

Kisah tentang “fosil dinosaurus berbulu yang ditemukan di Cina”, yang muncul pada tahun 1996 di tengah-tengah propaganda media secara gencar ternyata sama sekali tidak berdasar. Pada tahun 1997 diketahui bahwa fosil Sinosauropteryx tersebut tidak memiliki struktur yang menyerupai bulu burung.40

Sebaliknya, ketika kita mengamati bulu burung dari dekat, kita akan menemukan suatu rancangan yang sangat rumit yang tidak dapat diterangkan dengan proses evolusi apa pun. Ahli burung terkenal, Alan Feduccia, menyatakan bahwa “setiap ciri dari bulu burung memiliki fungsi aerodinamis. Bulu ini sangatlah ringan, memiliki daya angkat yang semakin besar pada kecepatan lebih rendah, dan dapat kembali ke posisi awal dengan sangat mudah”. Ia pun meneruskan, “Saya benar-benar tidak dapat memahami bagaimana sebuah organ yang dirancang sempurna untuk terbang dapat muncul untuk kegunaan yang lain pada awalnya”.41

Rancangan bulu burung juga telah memaksa Charles Darwin untuk memikirkannya. Selain itu, keindahan sempurna bulu merak telah membuatnya “muak” (dalam perkataannya sendiri). Dalam sebuah surat yang ditulisnya untuk Asa Gray tertanggal 3 April 1860, Darwin mengatakan “Saya sangat ingat bagaimana pemikiran tentang mata membuat saya terdiam dan tak mampu berkata-kata, tetapi saya telah melampaui tahap keluhan ini…” Kemudian ia melanjutkan: “…dan sekarang bagian-bagian kecil sepele dari suatu struktur seringkali membuat saya merasa sangat tidak nyaman. Pemandangan sehelai bulu pada ekor merak, setiap kali saya memandangnya, membuat saya muak!”42

 

Catatan kaki

36) A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", Journal of Evolutionary Biology, Vol. 9, 1996. hal. 132.

37)  A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", hal. 131.

38)  A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", hal. 133.

39)  A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", hal. 131.

40) "Plucking the Feathered Dinosaur", Science, Band 278, 14 November 1997, hal. 1229.

41) Douglas Palmer, "Learning to Fly", (Review of The Origin of and Evolution of Birds by Alan Feduccia, Yale University Press, 1996), New Scientist, Band 153, 1 Mrz 1997, hal. 44.

42) Norman Macbeth, Darwin Retried: An Appeal to Reason, Boston: Gambit, 1971, hal. 101.

BAGIKAN
logo
logo
logo
logo
logo
Unduhan
  • Teori Evolusi: Sebuah Gagasan Kuno
  • Asal-Usul Kehidupan
  • Rancangan Pada Protein
  • Rancangan Pada Sel
  • Informasi Genetis
  • Rancangan Di Alam
  • Percobaan Miller
  • Kesalahpahaman Tentang Seleksi Alam
  • Mutasi
  • Kerumitan Yang Tak Tersederhanakan
  • Kebuntuan Bentuk Peralihan
  • Zaman Kambrium
  • Ikan dan Amfibi
  • Kekeliruan Tentang Coelacanth
  • Reptil
  • Burung dan Reptil
  • Kekeliruan Tentang Archaeopteryx
  • Bulu Burung
  • Asal-Usul Mamalia
  • Fosil Makhluk Hidup
  • Dongeng Evolusi Manusia
  • Australopithecus
  • Homo Erectus
  • Neanderthal, Ras Manusia Yang Hilang
  • Keruntuhan Pohon Kekerabatan
  • Kebuntuan Bipedalisme
  • Wajah Palsu
  • Skandal Manusia Piltdown
  • Mengapa Evolusi Masih Saja Dipertahankan?
  • Kebenaran yang Nyata: Penciptaan