Meski tampak serupa, semut terbagi dalam banyak spesies berdasarkan gaya hidup dan ciri-ciri fisiknya. Makhluk hidup ini sebenarnya memiliki sekitar 8.800 spesies. Setiap spesies juga memiliki sifat yang patut dikagumi. Sekarang mari kita bahas beberapa spesies tersebut, gaya hidup dan ciri-cirinya.
Ciri-ciri khusus semut pemotong daun, yang juga disebut “Atta”, adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang mereka potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang sangat besar dibandingkan ukuran tubuh mereka. Daun ini mereka tahan dengan dagu yang terkatup rapat. Oleh karena itu, perjalanan pulang semut pekerja setelah bekerja seharian memberi pemandangan sangat menarik. Orang yang melihatnya akan merasa seolah lantai hutan menjadi hidup dan berjalan. Di hutan hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar 15 persen produksi daun.19
Alasan mereka membawa potongan daun tentu saja bukan untuk perlindungan dari matahari. Semut ini juga tidak memakan potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan begitu banyak daun?
Akibat simbiosis antara semut pemotong daun dan jamur, semut memperoleh protein yang mereka butuhkan untuk gizi dari tunas jamur yang mereka tanam di daun. Di atas terlihat kebun jamur yang dirawat semut. |
Ternyata Atta menggunakan daun untuk memproduksi jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam tubuh mereka tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut pekerja menumpuk potongan daun setelah ia kunyah, dan ia simpan di ruang-ruang dalam sarang di bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun. Dengan ini, mereka memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur.20
Akibat simbiosis antara semut pemotong daun dan jamur, semut memperoleh protein yang mereka butuhkan untuk gizi dari tunas jamur yang mereka tanam di daun. Di atas terlihat kebun jamur yang dirawat semut. |
Namun, jika Atta disingkirkan, kebun itu biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur liar. Lalu, bagaimana Atta, yang membersihkan kebunnya hanya sebelum “penanaman”, terlindung dari jamur liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu disiangi tampaknya bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos saat mereka mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat pendukung pertumbuhan untuk jamur yang tepat.22
Yang harus direnungkan adalah: Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah mungkin, pada suatu hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya dan mengunyah-nya? Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini mirip bubur ini di atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan merupakan lahan yang cocok? Dan semut lain membawa potongan jamur dan menanamnya di situ? Dan akhirnya semut itu tahu di situ akan tumbuh sejenis makanan yang dapat mereka makan, sehingga mereka mulai membersihkan kebun, membuang bahan yang tak perlu, dan me-manennya? Lalu mereka menyampaikan proses ini kepada seluruh kolo-ni satu per satu? Selain itu, mengapa mereka membawa semua daun itu ke sarang meskipun tak dapat mereka makan?
Leaf cutter ant on duty |
Selanjutnya, bagaimana semut ini mampu menciptakan air liur yang mereka gunakan saat mengunyah daun untuk memproduksi jamur? Kalaupun misalnya mereka entah bagaimana dapat membentuk air liur ini, dengan informasi apa mereka dapat memproduksi antibiotik dalam air liur mereka yang mencegah terbentuknya jamur liar? Bukankah diperlukan pengetahuan ilmu kimia yang signifikan untuk bisa mencapai proses seperti itu? Andaipun mereka memiliki pengetahuan itu — yang mustahil terjadi — bagaimana mereka bisa mene-rapkannya dan mem-buat air liur mereka memiliki ciri-ciri zat antibiotik ini?
Jika kita pikirkan bagai-mana semut dapat mewujudkan peristiwa mukjizat ini, akan muncul ratusan pertanyaan serupa, yang satu pun tak ada jawabannya.
Di lain pihak, jika di-berikan satu penjelasan, semua pertanyaan ini bisa dijawab. Semut telah di-rancang dan diprogram untuk mengerjakan tugas yang mereka laksanakan. Peristiwa yang diamati tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa semut dimunculkan, dengan mengetahui ilmu pertanian. Pola perilaku kompleks seperti ini bukanlah fenomena yang bisa berkembang bertahap seiring waktu. Pola-pola ini adalah hasil dari pengetahuan yang komprehensif dan kecerdasan yang tinggi. Maka dari itu, klaim evolusionis bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring waktu dan organ yang diperlukan berkembang melalui mutasi, kini tampak sama sekali tidak masuk akal. Tentu hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada semut dari hari pertama, dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang menakjubkan ini. Allahlah sang Pencipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan suatu gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita membicarakan suatu makhluk hidup tanpa kemampuan berpikir, tetapi tetap saja dapat menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi. Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.
Lalu, apa arti semua ini?
Jawabannya hanya satu dan sederhana: Jika hewan ini tidak memi-liki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya melakukan apa yang ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok lain. Sang Pencipta, yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu melakukan hal-hal di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia me-nunjukkan keberadaan-Nya dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham Allah dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.
In the picture on the above, we see the food exchange between a bug and an ant. Above, the bug touches the ant with its antennae. In the middle, the bud taps the ant's mouth with its forelegs. At the bottom, the ant presents a drop of liquid food to the imitating bug. |
Sebenarnya, hal serupa terlihat di seluruh dunia hewan. Kita ber-temu berbagai makhluk yang menampilkan kecerdasan yang sangat tinggi meskipun mereka tak memiliki pikiran yang mandiri atau kapa-sitas nalar. Semut adalah salah satu hewan yang paling mencolok dan seperti hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai dengan program yang diberikan oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan kearifan dan kekuasaan si Pemilik Kehendak, yakni Allah.
Sekarang mari kita lanjutkan meninjau keterampilan unggul semut, yang memiliki pengetahuan dasar.
Pekerja berukuran sedang dari koloni semut pemotong daun melewatkan hampir seluruh hari mereka membawa daun. Mereka jadi sulit membela diri selama kegiatan ini, karena mereka memegang daun dengan dagu yang biasa mereka gunakan untuk membela diri. Jadi, jika mereka tak mampu membela diri, siapa yang melindungi mereka?
Dalam gambar di bawah, seekor Atta, ditemani penjaganya yang berukuran kecil, membawa selembar daun. |
Telah diamati bahwa semut pekerja pemotong daun selalu berjalan ditemani pekerja yang berukuran lebih kecil. Pada mulanya ini diper-kirakan hanya kebetulan. Lalu, alasan di balik hal ini diteliti dan temuan-nya, yang merupakan hasil analisis yang panjang, adalah contoh kerja sama yang menakjubkan.
Semut berukuran sedang, yang bertu-gas membawa daun, menggunakan sis-tem pertahanan yang menarik untuk melawan jenis lalat musuh. Lalat musuh ini memilih tempat khusus untuk berte-lur pada kepala se-mut. Tempayak yang menetas dari telur ini akan mema-kan kepala semut, dan pada akhirnya memenggalnya. Tanpa asistennya yang kecil, semut pekerja tak berdaya melawan spesies lalat yang selalu siap menyerang ini. Dalam keadaan normal, semut mampu mengusir lalat yang mencoba mendarat di tubuh mereka dengan rahang setajam gunting. Namun, ia tak dapat melaku-kannya selagi membawa daun. Oleh karena itu, ia menaruh semut lain pada daun yang dibawanya untuk membelanya. Jika diserang, para penjaga kecil ini bertarung melawan musuh.23
Jalan yang digunakan Atta, saat membawa pulang daun yang me-reka potong, mirip jalan raya mini. Semut yang merayap perlahan di jalan ini mengumpulkan semua ranting, kerikil kecil, rumput, dan tumbuhan liar dan menyingkirkannya ke satu sisi. Dengan demikian, mereka membuat jalan bersih bagi mereka sendiri. Setelah lama bekerja secara intensif, jalan raya ini menjadi lurus dan mulus, seolah dibangun dengan alat khusus.
Semut dalam gambar ini membawa seekor semut kecil di atas daun yang dibawanya. Alasan di balik ini adalah agar ia dilindungi dari musuh yang mungkin menyerang |
Koloni Atta terdiri atas pekerja sebesar butir pasir, prajurit yang beberapa kali lipat lebih besar, dan “pelari maraton” berukuran sedang. Pelari maraton ini berlari membawa potongan daun ke sarang. Semut-semut ini begitu rajin sehingga, dengan ukuran manusia, setiap pekerja bagaikan orang yang berlari menempuh jarak satu mil per empat menit sepanjang 50 km, sambil memanggul 227 kg di bahunya.24
Dalam sarang Atta, ada ruang-ruang sebesar kepalan tangan sedalam hingga 6 meter. Pekerja mini bisa memindahkan sekitar 40 ton tanah saat menggali sejumlah besar ruangan dalam sarang mereka yang besar.25
Pembangunan sarang selama beberapa tahun oleh semut ini memiliki tingkat kesulitan dan standar profesionalisme tinggi yang setara dengan pembangunan Tembok Besar Cina oleh manusia.
Selagi membawa daun yang mereka potong, Atta membersihkan jalan yang mereka gunakan dari segala macam potongan ranting, kerikil, dan sisa rumput. Jadi, mereka menyiapkan semacam “jalan raya” bagi diri mereka sendiri. |
Inilah bukti bahwa Atta tidak bisa dipandang sebagai makhluk seder-hana yang biasa. Semut, pekerja sangat keras, mampu merampungkan tugas rumit yang sulit dilakukan manusia. Sesungguhnya satu-satunya Pemilik kekuasaan yang bisa memberi mereka keterampilan seperti ini adalah Allah. Sungguh tidak logis jika kita mengatakan bahwa mereka memperoleh semua keterampilan ini sendiri dan dengan kemauan sendiri.
Saat semut memotong daun dengan mandibula (rahang), seluruh tubuhnya bergetar. Para ilmuwan mengamati bahwa getaran ini mem-buat daun diam, sehingga memudahkan pemotong-an. Pada saat yang sama, bunyi ini dapat menarik perhatian para pekerja lain — semuanya betina — ke tempat tersebut untuk me-nyelesaikan memotong seluruh daun.26
Si semut menggosokkan dua organ kecil pada perutnya untuk menghasilkan getaran ini, yang bisa didengar manu-sia sebagai bunyi yang sangat lirih. Getaran ini di-kirim melalui tubuh hingga mencapai mandibula se-mut yang mirip arit. Dengan menggetarkan bokongnya secara cepat, semut ini memotong daun berbentuk sabit dengan menggetarkan mandibula, mirip dengan pisau listrik.
Teknik ini memudahkan pemotongan daun. Namun, diketahui bahwa getaran ini juga memiliki tujuan lain. Seekor semut yang memotong daun akan menarik semut lain ke tempat yang sama karena banyak tumbuhan lain di daerah tempat tinggal Atta beracun. Karena menguji setiap daun oleh masing-masing semut merupakan prosedur yang berisiko tinggi, mereka selalu pergi ke tempat di mana semut lain telah berhasil merampungkan tugas mereka.
Semut penganyam hidup di pohon, membangun sarang dari daun. Dengan mengombinasikan daun, mereka mampu membentuk satu sarang di beberapa pohon, sehingga bisa mendukung populasi yang jauh lebih besar.
Tahap-tahap pembangunannya menarik. Pertama, pekerja mencari sendiri-sendiri lokasi di wilayah koloni yang cocok untuk perluasan. Kalau menemukan batang yang cocok, mereka menyebar ke dedaunan batang tersebut dan menarik dedaunan itu dari samping. Setelah berhasil membengkokkan sebagian daun, para pekerja di dekatnya bergerak menghampiri dan menarik daun itu bersama-sama. Jika daunnya lebih lebar daripada ukuran semut, atau jika perlu menarik dua daun sekaligus, para pekerja membentuk jembatan hidup di antara dua titik yang akan disatukan. Setelah itu, sebagian semut dalam rantai ini menaiki pung-gung semut di sebelahnya, sehingga memendekkan rantai, dan ujung-ujung daun pun disatukan. Ketika daun sudah berbentuk tenda, sebagian semut terus memegang daun dengan kaki dan rahang, sementara yang lain kembali ke sarang lama dan membawa ke situ larva yang dibesarkan secara khusus. Para pekerja menggosokkan larva maju-mundur pada penyatuan daun, dengan menggunakan larva sebagai sumber sutra. Dengan sutra yang disekresikan dari lubang di bawah mulut larva, daun-daun pun menempel di tempat yang diperlukan. Artinya, larva diguna-kan sebagai mesin jahit.27
Fase-fase pembangunan sarang oleh semut penenun… Dalam fase pertama, si semut memilih daun yang tepat pada pohon yang mereka ingin jadikan tempat membangun sarang, dan menyatukannya dengan menarik dari dua sisi. Kemudian, mereka membawa larva produsen sutra, seperti yang ditunjukkan di bawah, dan menjahit daunnya menjadi satu dengan menggunakan larva tersebut sebagai mesin jahit. |
Larva ini, yang dibesarkan untuk tali sutranya, memiliki kelenjar sutra yang lebih besar dari rata-rata, tetapi mudah dibawa karena ukuran-nya lebih kecil. Larva ini memberikan semua sutranya untuk kebutuhan koloni, alih-alih menggunakannya sendiri. Alih-alih memproduksi sutra perlahan-lahan dari kelenjar sutra tersebut, mereka menyekresi sutra da-lam jumlah besar pada satu saat tertentu, dan bahkan tidak membangun kepompong sendiri. Selama sisa hidupnya, semut pekerja akan melaku-kan apa-apa yang biasa dilakukan larva untuk mereka. Kenyataannya, larva ini hidup hanya sebagai “produsen sutra”.28
Bagaimana semut dapat mengembangkan kerja sama seperti ini tak bisa dijelaskan oleh para ilmuwan. Hal lain yang tak dapat dijelaskan adalah bagaimana perilaku ini pertama kali muncul selama masa evolusi yang diduga orang. Prinsip-prinsip dasar evolusi tidak akan dapat men-jelaskan bagaimana hal-hal yang begitu canggih dan bermanfaat seperti halnya fenomena sayap serangga, mata vertebrata, dan mukjizat biologis lainnya bisa berkembang melalui evolusi dari makhluk hidup pertama. Ini merupakan jalan buntu bagi para pembela evolusi.
Sarang daun yang disiapkan untuk memenuhi semua persyaratan. |
Tentu saja tidak logis kalau kita mengatakan bahwa pada suatu hari para larva berkumpul dan berkata, “Sebagian di antara kita harus memproduksi sutra untuk memenuhi kebutuhan seluruh koloni, jadi mari kita sesuaikan berat dan kelenjar sutra kita untuk itu.” Teori seperti ini tentu bukan teori yang cerdas. Oleh karena itu, kita harus mengakui bahwa larva itu diciptakan dengan mengetahui apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain, Allah, yang menciptakan larva ini, membentuk mereka sedemikian sehingga mereka cocok untuk tugas mereka.
Sebagian semut, seperti yang telah disebutkan, adalah “petani” kawakan. Di antaranya bisa disebut semut pemanen, selain Atta yang kita bahas sebelumnya.
Mekanisme pemberian makan di antara semut pemanen ini cukup canggih dan rumit, jika dibandingkan dengan mekanisme pemberian makan jenis semut lain. Mereka mengumpulkan benih dan menyim-pannya dalam ruangan yang disiapkan secara khusus. Benih-benih ini, yang mengandung karbohidrat, digunakan untuk memproduksi gula yang akan memberi makan larva dan pekerja lain. Sementara banyak semut menggunakan benih dan biji sebagai makanan, hanya semut pemanen yang memiliki sistem yang berdasarkan pada pengumpulan dan pemrosesan benih.
Di ruang-ruang dalam gambar di atas, benih yang akan digunakan pada musim kemarau disimpan oleh semut panen. | Semut pemanen membawa benih berkarbohidrat ke ruangan khusus dan mengubahnya menjadi bentuk yang digunakan sebagai gizi bagi pekerja. |
Semut ini mengumpulkan benih pada musim tumbuh dan menyim-pannya untuk digunakan pada musim kemarau. Di ruangan khusus dalam sarang, mereka menyortir benih dari benda-benda lain yang keliru dibawa pulang. Beberapa kelompok semut tinggal dalam sarang jam demi jam, mengunyah isi benih sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut roti semut. Dulu diduga bahwa semut menggunakan proses, yang di-pelajari melalui pengalaman, untuk mengubah karbohidrat benih menjadi gula yang akan mereka makan. Kini diketahui bahwa air liur melimpah yang mereka sekresikan selagi mengunyah inilah yang melaksanakan pengubahan ini.29
Semut yang kita bahas di sini tentu saja belum pernah dididik tentang ilmu kimia. Mereka pun tak mungkin tahu bahwa air liur mereka akan mengubah benih yang mereka kumpulkan secara acak menjadi gula yang dapat mereka makan. Namun, kehidupan semut ini bergantung pada serangkaian perubahan kimiawi yang tak mereka ketahui dan tak mungkin bisa mereka ketahui. Kalau manusia pun tidak tahu proses perubahan yang terjadi dalam tubuh semut ini — dan baru memahami perinciannya dalam beberapa tahun terakhir — bagaimana semut bisa makan melalui metode ini selama beribu-ribu tahun?
Banyak jenis semut yang diberi makan de-ngan buangan pencerna-an aphid (serangga daun) yang disebut “madu”. Zat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan madu biasa. Akan tetapi, bu-angan pencernaan kutu ini — yang memakan getah tumbuhan — dina-mai demikian karena mengandung gula dalam kadar tinggi. Jadi, para pekerja spesies ini, disebut semut madu, mengumpulkan madu dari kutu, biji (coccidae), dan bunga. Metode semut mengumpulkan dari kutu sangat menarik. Si semut mendekati kutu dan mulai mendorong perutnya. Kutu memberikan setetes buangan kepada semut. Semut mulai mendorong perut kutu lagi untuk mendapat madu lebih banyak, lalu menyedot cairan yang keluar. Lalu bagaimana mereka memanfaatkan makanan bergula ini, dan apa manfaat makanan ini bagi mereka kemudian?
Ada pembagian kerja yang hebat di antara semut madu pada fase ini. Sebagian semut digunakan sebagai “guci” untuk menampung nektar yang dikumpulkan para pekerja lain!…
Dalam setiap sarang terdapat satu ratu, para pekerja, dan juga para penampung madu.
Koloni semut jenis ini biasanya terletak di dekat pohon ek kerdil, yang dapat diambil nektarnya oleh para pekerja. Pekerja menelan nektar itu dan membawanya ke sarang. Nektar itu lalu ia keluarkan dari mulutnya dan ia tuangkan ke mulut pekerja muda yang akan menampung madu ini. Pekerja muda ini, yang dinamai pot madu, menggunakan tubuh mereka sendiri untuk menyimpan makanan cair manis yang sering diperlukan koloni untuk melewati masa sulit di gurun pasir. Mereka diberi makanan hingga membengkak sampai sebesar bluberi. Lalu mereka bergantungan di langit-langit ruangan seperti bola kuning, sampai mereka dipanggil untuk memuntahkan nektar itu untuk saudaranya yang lapar.30
Selagi menempel pada langit-langit, mereka mirip dengan kelompok anggur kecil dan tembus cahaya. Jika mereka jatuh, para pekerja langsung mengem-balikannya ke posisi semula. Madu dalam pot madu beratnya hampir 8 kali lipat berat si semut.
Pada musim dingin atau musim kemarau, pekerja-biasa mengunjungi pot madu untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Semut pekerja menempelkan mulutnya pada mulut si “pot”, yang mengeluarkan setetes madu dari tempat penyimpanannya de-ngan mengerutkan otot. Pekerja memakan madu yang bernilai gizi tinggi ini sebagai makanan pada musim sulit.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas, pot madu yang telah membengkak karena menyimpan makanan ini bentuknya mirip seperti anggur. |
Sungguh menarik dan menakjub-kan bahwa ada makhluk hidup yang berat tubuhnya mencapai 8 kali lipat beratnya sendiri, setelah memutuskan untuk menjadi pot madu, dan mampu hidup bergantung pada kakinya tanpa cedera. Mengapa mereka merasa perlu menerima tugas yang begitu sulit dan berbahaya? Apakah mereka memikir-kan sendiri teknik penyimpanan yang unik ini, dan mengendalikan perkembangan tubuh mereka sesuai dengan itu? Pikirkan saja, semen-tara manusia tak bisa mengendalikan perkembangan sekecil apa pun pada tubuhnya, bagaimana bisa semut, yang tak memiliki otak dalam arti sebenarnya, melakukan ini sendiri?
Semut madu menampilkan perilaku yang tak dapat dijelaskan teori evolusi. Sangat tidak masuk akal mempertahankan bahwa mereka mengembangkan metode penyimpanan madu dan organ yang dibutuh-kannya secara kebetulan. Malah, dalam sumber-sumber ilmiah, kita ba-nyak menemukan pernyataan realistis mengenai hal ini dan topik-topik serupa. Misalnya saja, ambil penjelasan Prof. Etienne Rabaud, Direktur Institut Biologi dari Universitas Paris:
Contoh-contoh ini (misalnya semut madu) menunjukkan dengan jelas bahwa tidak mungkin berbagai organ berkembang untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu makhluk hidup, meskipun wujud mereka sebelumnya telah menimbulkan perilaku dan tugas tertentu yang dilaksanakan dan kadang tidak. Ini menunjukkan bahwa organ tidak berkembang dari penyesuaian diri makhluk hidup dengan kondisi hidupnya. Sebaliknya, kondisi hidup muncul dari wujud semula organ tersebut dan dari fungsi-fungsi yang telah kita lihat. Pertanyaan berikut bisa ditanyakan seperti pernah ditanyakan Darwin: Apakah peristiwa membersihkan, menyiangi individu yang sudah tak mampu hidup, atau adaptasi organ menuruti kondisi baru, terjadi dalam evolusi ini? Menurut kami, peristiwa itu mem-buktikan bahwa evolusi seperti ini, atau perubahan seperti ini, tidak terjadi. Malah, yang terjadi adalah fenomena yang sama sekali berbeda.31
Penjelasan Profesor Rabaud ini menunjukkan dengan jelas kesim-pulan yang dapat dicapai oleh siapa saja yang berpikir dengan hati nuraninya sejenak. Satu-satunya Pencipta yang merupakan sumber sejati pengetahuan dan kecerdasan telah menciptakan segala makhluk hidup dengan organ dan perilaku yang sempurna. Kebenaran ini telah di-ungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al Hasyr, 59: 24) !
Dalam gambar ditunjukkan sebuah sarang semut kayu. Tinggi sarang yang dibangun semut kayu dari daun cemara dan ranting dapat mencapai kira-kira dua meter. |
Semut kayu terkenal dengan bukit yang mereka bangun dari daun cemara dan cabang tipis di atas sarang bawah tanah mereka. Sarang ini biasanya ditemukan di sekitar batang pohon. Bagian sarang yang di atas tanah, terbuat dari ranting, tangkai daun, dan daun cemara, adalah atap sarang. Atap ini, yang mencapai dua tinggi meter, mencegah peresapan air hujan ke dalam dan mengatur suhu sarang dalam cuaca yang sangat panas atau sangat dingin.32
Semut kayu, seperti semut lain, juga rajin bekerja. Mereka selalu saja menghias ulang sarang. Mereka memindahkan lapisan permukaan semula ke lapisan bawah secara bertahap dan mereka menaikkan material dari lapisan bawah untuk mengganti lapisan atas. Ada pengamatan menarik tentang perubahan yang dibuat semut pada sarang. Cat biru disemprotkan ke puncak bukit sarang dan empat hari kemudian diamati bahwa puncak bukit sudah kembali coklat. Partikel biru ditemukan 8-10 cm di bawah permukaan. Dalam sebulan partikel ini turun hingga kedalaman 40 cm. Selanjutnya, partikel ini mencapai lagi permukaan.
Nah, apakah semut melakukan proses pemindahan sinambung ini hanya untuk iseng? Tidak. Para peneliti menjelaskan mengapa semut kayu melakukan tindakan terus-menerus ini: Gerakan terus-menerus ini mengeringkan zat lembap di dalam lapisan permukaan dan mencegah terbentuknya jamur. Kalau tidak, sarang semut ini akan dihuni jamur yang berbahaya.
Dalam situasi seperti ini ada dua kemungkinan. Salah satunya adalah zaman dulu sekali, dengan penelitian sendiri, semut menemukan fakta bahwa jamur berkembang dalam lingkungan lembap (sesuatu yang ditemukan manusia sebagai hasil penelitian ilmiah jangka panjang), dan mengembangkan metode paling rasional untuk melenyapkan masalah ini! Kemungkinan lain adalah pemikiran dan penerapan proses yang sempurna ini hanya mungkin melalui ilham oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Kasus pertama jelas mustahil. Dia yang telah mengilhami semut untuk melindungi diri mereka dari jamur dan menunjukkan caranya tentu saja adalah Allah yang Mahakuasa.
Para pejantan dan ratu semut kayu bersayap. Namun, mereka tidak melakukan penerbangan kawin seperti spesies semut kecil lain. Perkawinan dilakukan di permukaan sarang atau tempat lain yang dekat. Setelah kawin, ratu mencabut sayapnya dan melakukan salah satu dari tiga hal berikut:
1. Ia kembali ke sarang tempatnya semula hidup sebagai larva dan meninggalkan telurnya di sana.
2.Kadang ia meninggalkan sarang dengan diangkut para pekerja, mencari tempat baru untuk membangun sarang.
3. Jika pergi sendiri, ia memasuki sarang semut lebih kecil dari spesies yang berhubungan, misalnya semut hitam Formica Fusca, dan menggantikan ratu di sana. Ratu meninggalkan telurnya untuk dirawat para pekerja F. Fusca di sana. Untuk beberapa lama, di sarang terdapat pekerja tamu dan pekerja tuan rumah. Namun, karena tuan rumah tak punya ratu, lambat laun para pekerjanya mati dan ratu kayu memperoleh sarang jadi tanpa perlu melakukan apa-apa.33
Semut kayu dipersenjatai dengan baik untuk perang. Saat berhadapan dengan bahaya, semut kayu membengkokkan bagian bawah perutnya dari antara kakinya dan menyemprotkan asam format kepada musuhnya. Atau, saat bertarung, ia menggigit musuhnya dengan dagunya yang tajam dan menyuntikkan asam dalam luka tersebut. Dengan keunikan ini, hewan ini bertindak seperti senjata kimiawi. Bahwa semut dapat memproduksi asam format dalam tubuhnya tanpa membahayakan dirinya sendiri dan berhasil menggunakannya dalam cara terbaik adalah, tak diragukan lagi, petunjuk adanya rancangan sempurna. |
Dalam taktik semut kayu ratu yang dibahas pada bagian 3, diamati adanya kesadaran yang jernih. Namun, jelas kesadaran itu tak mungkin dimiliki semut itu sendiri. Semut ratu belum pernah melihat tempat lain selain beberapa meter persegi dalam sarangnya. Dia masuk ke dalam koloni yang belum pernah ia lihat atau ketahui sebelumnya, dan ia tahu siapa yang harus ia singkirkan dalam koloni tersebut. Ia melakukan hal ini dengan mengatasi segala rintangan. Semua faktor ini membuktikan tanpa ragu lagi bahwa semut ratu ini bertindak menuruti ilham. Fenomena yang disebut di atas adalah bukti jelas akan kekuasaan dan kekuatan Allah atas segala makhluk hidup.
Salah satu hewan yang paling ditakuti di hutan adalah semut legiun. Komunitas semut ini dinamai “pasukan” karena tindakan mereka me-miliki disiplin militer sejati.
Semut legiun yang telah membentuk sarang sementara dengan saling bergantung pada kaki. |
Semut legiun adalah hewan karnivora. Mereka melahap segala sesuatu yang terlihat. Setiap semut panjangnya 6-12 milimeter, tetapi jumlah mereka yang besar dan disiplin mereka mengimbangi keku-rangan mereka dari segi ukuran.
Sinar matahari langsung dapat membunuh semut legiun dalam wak-tu singkat. Oleh karena itu, mereka berjalan di malam hari atau dalam bayang-bayang. Karena peka cahaya, mereka menggali terowongan pan-jang saat bergerak maju. Sebagian besar semut berlari dalam terowongan ini tanpa keluar. Hal ini tidak mengurangi kecepatan mereka, karena mereka dapat menggali terowongan sangat cepat dengan rahang mereka yang kuat. Karenanya, mereka lari secara cepat dan rahasia. Semut legiun bergerak sebagai pasukan yang sangat besar, melintasi segala hambatan kecuali api dan air, meskipun mereka buta sama sekali.34
Semut legiun mengoyak mangsanya di tempat mereka bertemu, dan membawa potongan mangsa kecil-kecil ke sarang sementara. Makanan yang dibutuhkan koloni semut legiun cukup banyak. Kebutuhan sehari-hari koloni ukuran sedang, yang terdiri atas 80.000 semut dewasa dan 30.000 larva, kira-kira sekitar 2,27 liter makanan produk hewan.35
Karena tidak memiliki sarang tetap, semut legiun selalu berpindah-pindah. Gerakan dan migrasi koloni bergantung pada daur produksi telur. Ratu menghasilkan sekitar 25-35.000 telur selama dua hari setiap bulan. Beberapa hari sebelum bertelur, koloni berhenti dan berkumpul di daerah luas. Semut saling bergantungan dengan kaki yang berbentuk kait dan membentuk sarang sementara. Ruang kosong di tengah meru-pakan ruangan, yang siap untuk didiami ratu dan generasi baru. Wajarnya, kaki dan sendi semut di puncak harus menerima beban berlebihan. Namun, karena tubuh mereka dibentuk mampu dibebani berat beberapa ratus kali dari berat mereka sendiri, mereka dapat menahan seluruh koloni tanpa masalah.36
Guna berburu seefisien mungkin, semut menye-suaikan gerakan mereka dengan kebutuhan anak-anak semut yang sedang berkembang, berganti-ganti antara fase menetap dan berpindah-pindah. Pada masa istira-hat sekitar 20 hari, ratu yang gemuk dan tidak dapat bergerak menghasilkan 50.000 hingga 100.000 telur sementara anak-anak lain berada dalam tahap kepom-pong yang diam. Sebagian besar hari dilewatkan para pekerja mencari makanan untuk mereka sendiri dan ratu, melakukan serangan singkat dari sarang dengan pola seperti mawar. Pada setiap serangan mereka mengubah arah sebesar rata-rata 123 derajat, sehingga menghindari menyisir lahan yang sama.37
Semut bisa tidak keliru menghitung 123 derajat, sesuatu yang tak dapat dihitung manusia tanpa alat. Ini seolah menunjukkan pengetahuan matematika yang teliti. Namun, semut tidak mengenal matema-tika, berhitung pun tak dapat. Ini menunjukkan bahwa tindakan mereka dilakukan menurut ilham istimewa, dan tidak secara sadar.
Saat larva pertama menetas, para pekerja me-ngumpulkan makanan sementara komunitas tetap di tempat. Potongan makanan langsung diberikan ke-pada larva. Siapnya ratu bertelur lagi biasanya ber-samaan dengan transisi larva sebelumnya ke tahap kepompong. Pada tahap ini komunitas berhenti lagi. Serempaknya waktu bertelur ratu dan pindahnya larva ke tahap pupa menunjukkan perencanaan secara sadar karena ini mengurangi waktu berhentinya pasukan.
Perkembangan larva mendorong semut yang lebih tua untuk memulai daur migrasi baru. Inilah cara kerjanya: larva menghasilkan sekresi ketika dijilat dan dibersihkan para pekerja. Penelitian menunjukkan bahwa cairan ini efektif dalam keputusan untuk bermigrasi.38
Tidak logis kalau kita mengklaim bahwa larva, yang menjadi semut pun belum, sudah terpikir untuk menyekresi cairan itu dan mengarahkan seluruh koloni untuk memenuhi kebutuhan mereka. Satu-satunya hal yang dapat ditangkap pengamat yang pandai adalah keberadaan Sang Pencipta tertinggi, serta informasi dan kekuasaan-Nya di sekeliling kita.
Semut beludru yang hidup di gurun pasir memiliki tubuh berbulu banyak. Bulu alami mereka merupakan lapisan yang mengisolasi panas. Ia menyimpan panas selama malam-malam dingin di gurun pasir, dan melindungi diri dari panas di siang hari. Karena bersayap, semut beludru jantan bisa menghindari panasnya pasir dengan terbang. Akan tetapi, semut beludru betina harus berjalan di pasir yang panas karena tak punya sayap. Mereka memerlukan bulu ini agar terlindung dari panas yang berasal dari tanah maupun dari matahari.
Lalu, bagaimana menjelaskan adanya serangga yang memiliki “bulu” untuk melindungi diri dari kondisi cuaca yang berbahaya? Mustahil kita mengklaim bahwa hewan memperolehnya dengan beradaptasi dengan alam sebagai proses evolusi, karena ini menimbulkan banyak pertanyaan yang tetap tidak terjawab: Apakah semut beludru betina mati karena suhu tinggi sebelum memiliki bulu ini? Jika memang demikian, bagaimana mereka bisa menunggu selama beberapa generasi agar memperoleh bulu “secara kebetulan”? Melalui kebetulan macam apa mereka mendapatkan tubuh ini?
Gambar ini memperlihatkan dua semut beludru dari dua macam spesies. Hal yang sama dari semut beludru adalah mereka memiliki “bulu” untuk melindungi mereka dari panasnya lingkungan yang mereka tinggali. |
Pertanyaan ini tentu saja tak berjawab, karena serangga ini mustahil memperoleh “bulu” yang melindungi mereka dari panas melalui meka-nisme yang terus diajukan evolusionis. Semut tak dapat hidup tanpa bulu ini dan mereka tidak punya waktu untuk menunggu mutasi yang jarang sekali terjadi — yang semuanya berbahaya. Jelas bahwa hewan ini telah dirancang sejak awal untuk bertahan dalam iklim yang mereka tinggali.
Semut beludru betina mencari sarang serangga atau sarang lebah jenis apa pun, yang dapat mereka gunakan setelah meninggalkan tempat mereka kawin. Jika sudah menemukannya, mereka memasuki sarang. Mereka diperlengkapi dengan cara menangkis upaya pengusiran. Pada akhirnya mereka terus tinggal dalam sarang, karena semut beludru memiliki kaki kuat dan perisai yang memungkinkan mereka masuk ke sarang lebah sekalipun. Cangkang luar mereka sangat tebal dan keras. Para ahli zoologi mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk menusuk dada semut beludru dengan jarum baja.39
Setelah masuk, semut ratu beludru yang memiliki segala macam ke-lengkapan untuk tinggal dalam sarang lebah, mulai memakan simpanan madu. Selain itu, ia meninggalkan telurnya dalam sel pupa atau kepompong lebah. Larva semut yang menetas memakan pupa inangnya, dan kelak menjadi pupa juga. Lebah meninggalkan sarang pada akhir musim panas. Semut beludru melewatkan musim dingin dalam sarang ini sebagai pupa. Menurut satu catatan, ada sarang lebah yang berisi 76 semut beludru dan hanya dua ekor lebah.40
Contoh ini menunjukkan betapa semut beludru betina efektif dan berhasil dalam menangani lebah betina. Dengan menggunakan taktik halus, semut ratu beludru menduduki sarang dari dalam dan merebut kendali sarang itu.
Yang patut dicatat adalah bahwa semut beludru sangat mengenal lebah, dan lebih lagi, tahu betul cara mengelabuhinya. Jadi, mungkinkah ada sosok selain sang Pencipta lebah Yang mengilhami si ratu dengan ciri-ciri fisik, gaya hidup, dan struktur sarang seperti lebah? Satu-satunya penjelasan logis adalah menerima keberadaan Pencipta tunggal yang telah menciptakan semut, lebah, dan, sesung-guhnya, segala makhluk hidup.
Semut api adalah se-rangga merah berukuran kecil. Namun, mereka mampu me-lakukan hal-hal besar. Ratu semut jenis ini, yang memiliki 20 varietas di Amerika saja, dapat memproduksi hingga 5.000 telur sehari. Sementara banyak koloni spesies semut memiliki beberapa ratus pekerja, koloni spesies ini memiliki sekitar setengah juta pekerja. Satu ratu semut api yang sudah kawin dapat memproduksi sebuah koloni dengan 240.000 pekerja.41
Pekerja semut api menyerang mangsa dengan sangat agresif meng-gunakan jarum beracun. Telah diamati bahwa semut api muda dapat mencederai atau bahkan membunuh reptil atau bayi menjangan. Selain itu, semut agresif ini dapat memadamkan listrik dengan merusak kabel. Pernah mereka menyerang Amerika Selatan dan mengakibatkan keru-sakan yang mengerikan. Jurnal dan majalah tahun itu menginformasikan bahwa semut-semut ini mengunyah putus kabel listrik sehingga listrik padam, menggagalkan panen senilai miliaran dolar, meruntuhkan jalan tol dan menyengat manusia, mengakibatkan shock alergi yang melum-puhkan. Mereka melakukan semua ini dengan rahang mereka yang kuat. Mereka bahkan menggali terowongan di bawah jalan menyebabkan jalan dan jalan tol runtuh, juga kerusakan lain di lingkungan.
Para ahli Amerika telah mencoba berbagai cara untuk mencegah kerusakan karena semut api. Mereka mencoba menyebarkan penyakit menular dalam koloni dengan menyuntikkan kuman ke dalam lalat yang dimakan semut. Namun, secara menakjubkan, diamati bahwa lalat ber-kuman itu sama sekali tidak mencederai semut. Dalam analisis di-temukan bahwa semut memiliki salah satu sistem pertahanan yang paling menarik di dunia makhluk hidup: struktur di dalam leher yang melindungi mereka dari kuman…. Berkat struktur ini, bakteri di dalam makanan apa pun yang dimakan semut tertahan di leher dan tidak dapat memasuki tubuh.
Namun, bukan itu saja sistem perlindungan semut api sebagai produk kecerdasan tertinggi. Mereka juga menyemprotkan cairan antimikroba yang diproduksi dalam kantung racun mereka di sekitar sarang dan pada larva. Dengan demikian, sarang dan larva menjadi sama sekali bebas kuman.42
Walau dilengkapi sistem pertahanan luar biasa, semut-semut ini jelas tidak menyadarinya. Dapatkah manusia yang berhati nurani mengklaim bahwa sistem semacam ini berevolusi secara kebetulan? Juga tak dapat diklaim bahwa semut menemukan sendiri sistem ini. Lalu siapa yang menempatkan saringan dalam leher semut? Siapa yang mengilhami mereka memproduksi cairan antimikroba? Tak diragukan lagi, Yang Menciptakan ciri-ciri, yang tak dapat diciptakan manusia, semut, dan keberuntungan acak, adalah Allah yang Mahatahu.
Semut api spesialis pertahanan juga rajin dan punya keterampilan tinggi. Mereka dapat membangun bukit setinggi 30 cm dan selebar 60 cm, atau menggali terowongan labirin hingga sedalam 1,5 m di bawah tanah. Di wilayah-wilayah tertentu, semut api membangun bukit-bukit kecil hingga lebih dari 350 buah. Kemampuan makhluk sekecil itu mem-bangun sarang sebesar itu tentu bergantung pada kerajinannya. Jadi, apakah kekuatan yang menjadikan semut sebagai salah satu makhluk hidup terajin di dunia? Sangat menakjubkan bahwa mereka bekerja sepanjang hari tanpa berhenti atau beristirahat, dan membangun sarang yang tersebar di wilayah yang luas. Tak satu pun berkata, “Aku bekerja terlalu keras hari ini, biarkan aku beristirahat sebentar,” atau “Aku tak mau bekerja hari ini. Biarkan aku duduk di pojok saja.” Inilah topik yang harus direnungkan dengan seksama. Jangan dilupakan bahwa manusia adakalanya menyerah karena lelah, bahkan saat mereka tahu mereka harus menyelesaikan tugas, dan adakalanya mereka tidak memaksakan diri karena mereka lelah atau merasa malas. Namun, semut menun-jukkan kemauan dan upaya besar untuk merampungkan tugas yang mereka mulai hingga berhasil. Dia yang memberi semut kemauan dan tekad ini, yang lebih kuat daripada manusia, tentu saja adalah satu-satunya penguasa segala sesuatu: Allah.
Musuh semut api yang paling menyeramkan adalah Solenopsis davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi, makhluk hidup yang dapat menembus sistem pertahanan bertingkat mereka, yang bahkan sulit dipahami manusia, adalah spesies semut lain. Tak diketahui bagaimana semut parasit ini dapat menyusup ke dalam sarang semut api. Namun, begitu mereka masuk, semut parasit langsung menyerang ratu dan bergantung pada antena, kaki, atau lehernya. Karena semut pekerja biasanya harus menghancurkan setiap penyerang, fakta bahwa mereka tidak melakukan apa-apa pada makhluk yang satu ini sulit dijelaskan. Namun ada jawaban sederhana. Saat menempel pada leher ratu, si parasit meniru feromon ratu. Selanjutnya, para pekerja bersusah payah memberi makan parasit yang telah menundukkan ratu mereka.. Ratu mereka mati, sedang mereka mengira telah memberinya makan.43
Sebagian besar makhluk hidup mustahil hidup di dalam pasir membara bersuhu 65O C, termasuk manusia. Namun, ada semut yang dapat terus hidup pada suhu ini. Nah, bagaimana Namib ocymyrmex, yang merupakan semut gurun hitam berukuran sedang dan berkaki panjang, hidup dalam panas tinggi ini?
Bagi semut Namib, hari biasa di gurun tidak dimulai pada satu waktu tertentu. Yang memulai hari-hari adalah suhu permukaan pasir standar setelah mencapai 30O C. Tepat pada suhu ini semut mulai keluar dari sarang bawah tanah untuk mencari makanan. Karena tubuh mereka sangat dingin, mereka tak dapat bergerak lurus dan berjalan terseok-seok. Namun, ketika suhu meningkat, semakin banyak semut keluar dan mereka mulai bergerak lebih lurus dan cepat. Lalu lintas tertinggi keluar-masuk sarang adalah pada suhu 52,2O C. Ketika suhu melebihi ini, gerakan terus berlanjut, tetapi ketika suhu mencapai 67,8O C, lalu lintas berhenti. Suhu ini dicapai sekitar sejam sebelum tengah hari. Ketika suhu mulai turun pada sore hari, pencarian makanan dimulai lagi dan berlanjut sehingga suhu permukaan jatuh hingga 30O C.
Semut mungkin mencari makanan sekitar enam hari jauhnya dari sarang tanpa dimangsa hewan apa pun. Pada masa ini mereka membawa pulang makanan yang beratnya 15-20 kali lipat berat mereka sendiri.
Semut, yang tak bisa pulang ke sarang ketika suhu di padang pasir sangat tinggi, menggunakan metode yang cukup menarik untuk ber-lindung dari panas. Suhu udara menurun jika jarak semakin jauh ke atas pasir. Misalnya jika suhu pasir 67,8O C, suhu udara sedikit di atasnya adalah 55O C. Jadi, jika suhu permukaan pasir di atas 52,2O C, semut mendaki benda seperti tumbuhan dan berdiam di situ sementara untuk mendingin. Suhu tubuh semut yang kecil bisa cepat turun hingga mencapai suhu sekitar. Dalam batang pohon, suhu bervariasi antara 30 hingga 38,3O C. Jeda pendinginan ini memungkinkan semut mencari makanan dalam panas membara, meskipun terputus-putus.
Pada suhu tinggi, jika tidak dapat menemukan tempat dingin dalam beberapa detik, semut akan mati kepanasan. Malah, jika suhu pasir di atas 52,2O C, mereka mengambil resiko setiap kali meninggalkan sarang. Lalu, bagaimana semut gurun melepaskan dari kematian tak terhin-darkan ini? Karena mereka tidak mengukur suhu dengan termometer, kita dapat berkata bahwa mereka tercipta dengan mengetahui apa harus dilakukan pada suhu apa dan mengetahui hal-hal ini sejak pertama kali mereka meninggalkan sarang.
Ya, semut gurun telah diciptakan dan dilengkapi dengan kemam-puan khusus untuk hidup di gurun. Allah, yang telah menciptakan rahang tajam untuk semut pemotong daun, telah mengilhami semut gurun dengan pengetahuan cara melindungi diri.
19 National Geographic, July 1995, p. 100.
20 Bert Hölldobler-Edward O.Wilson, The Ants, Harvard University Press, 1990, p. 597-598.
21 The Insects, Peter Farb and the Editors of Time-Life Books, p. 164.
22 National Geographic, July 1995, p. 104.
23 National Geographic, July 1995, p. 100.
24 National Geographic, July 1995, p. 104.
25 National Geographic, July 1995, p. 100.
26 National Geographic, July 1995, p. 104.
27 Harun Yahya, For Men of Understanding, Ta-Ha Publishers, 1999, p. 148-149
28 Bert Hölldobler-Edward O.Wilson, The Ants, Harvard University Press, 1990, p. 626.
29 The Insects, Peter Farb and the Editors of Time-Life Books, p. 163.
30 National Geographic, June 1984, p. 803.
31 Bilim ve Teknik Dergisi (Journal of Science and Technics), June 1978, no: 127, p.44.
32 National Geographic, June 1984, p. 813.
33 Bert Hölldobler-Edward O.Wilson, The Ants, Harvard University Press, 1990, p. 176-177, 450.
34 The Insects, Peter Farb and the Editors of Time-Life Books, p. 164.
35 Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing Ltd., p. 14.
36 National Geographic, June 1984, p. 797.
37 National Geographic, June 1984, p. 801.
38 Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing Ltd., p. 15.
39 Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing Ltd., p. 199.
,40 Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing Ltd.
41 New Scientist, November 4, 1995, p. 29.
42 Bert Hölldobler-Edward O.Wilson, Journey to The Ants, Harvard University Press, Cambridge, 1994, p. 6.