Burung pelatuk membuat sarang-sarang dan tempat-tempat penyimpan makanan mereka dengan mematuk-matuk liang di pepohonan. Kecepatan burung pelatuk mengebor/melubangi sebuah pohon kurang lebih mencapai 40 km/jam (25 mil/jam). Ini sudah barang tentu merupakan kecepatan luar biasa yang dapat mencederai burung pelatuk. Sekalipun begitu, terdapat sebuah sistem penguncian istimewa pada paruh pelatuk sehingga paruh tersebut tidak terluka. Jika sistem yang istimewa ini tidak ada, paruh burung pelatuk akan terbelah dua karena kecepatan tinggi saat mematuk. Selain itu, dampak dari patukan yang cepat itu akan langsung mengenai otak, sehingga burung akan kehilangan kesadaran. Namun, hal semacam itu tidak pernah terjadi karena Allah menciptakan burung sekaligus dengan kebutuhannya. Otak burung pelatuk ditempatkan pada ketinggian yang sama dengan paruh burung. Otot-otot paruh bagian bawah bertindak seperti “peredam goncangan” dan mengurangi goncangan yang terjadi ketika burung pelatuk mengebor pohon.
Seekor burung pelatuk menyimpan buah ek di lubang-lubang pada batang sebuah pohon ek (kiri atas), dan jenis burung pelatuk lain (kanan).
Apa yang telah kita bahas sejauh ini hanyalah sedikit dari ciri-ciri umum burung pelatuk. Terlepas dari apa yang telah dijelaskan, setiap jenis burung pelatuk memiliki ciri-ciri khasnya sendiri. Kini, mari perhatikan sejenis burung pelatuk yang menyembunyikan biji atau pohon ek di pepohonan.
Sepanjang musim panas, burung pelatuk biji ek mengebor “lubang-lubang” di batang pohon mati, karena pada akhir musim panas lubang-lubang ini akan diisi dengan biji atau buah pohon ek, yang akan menjadi makanannya sepanjang musim dingin. Seperti palu, burung pelatuk mendorong sebuah biji ke setiap lubang. Pekerjaan ini sangat menyita waktu burung pelatuk karena ia harus berusaha mendapatkan buah ek yang pas betul dengan lubang yang dibornya. Jika lubangnya besar, sementara buah eknya berukuran kecil, maka buah yang longgar itu akan mudah diambil oleh burung-burung lain. Jika lubangnya terlalu kecil dibandingkan ukuran buah ek, maka buah itu akan rusak ketika dipaksa masuk ke dalam lubung. Karena itu, pekerjaan memasukkan buah ek ini cukup menyita waktu karena dilakukan secara coba-coba.
Namun masih banyak lagi yang harus dilakukan oleh burung pelatuk. Ketika buah ek mengering, buah-buah itu mengecil. Ini artinya burung pelatuk harus mengganti buah ek kering dengan yang segar.
Perlu dicermati, burung pelatuk tidak cuma menyimpan 5 sampai 10 buah ek. Seekor burung pelatuk buah ek dapat menyimpan kurang lebih 50 ribu buah ek dalam sebuah pohon besar. Dengan merenungkan sifat yang menarik ini, kita memahami adanya Kekuasaan luar biasa yang mengajarkan semua ini pada burung pelatuk. Kekuasaan itu adalah Allah. Allah menciptakan paruh burung pelatuk cukup kuat untuk mengebor batang pohon. Allah-lah yang mengajarkan mereka segala sesuatu yang harus mereka lakukan. Tak ada Tuhan atau pencipta lain selain Allah. Allah memberitahu kita bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu: