Di seluruh buku ini, kami telah menggarisbawahi fakta bahwa semua reneana yang dibuat oleh orang-orang jahiliah membuat diri mereka terombang-ambing di dalam kesulitan yang tak pernah dapat mereka atasi. Sekalipun mereka telah meneapai standarstandar kehidupan yang tinggi, mereka masih merasa resah karena tidak dapat meraih kebahagiaan sejati. Bagaimanapun, hanya ada satu eara saja untuk menyelamatkan seseorang dari kemonotonan, ketidakpuasan, tujuan yang tidak jelas, ketakutan-ketakutan, dan kegelisahan-kegelisahan. Allah mengabarkan kepada manusia mengenai rahasia yang penting ini di dalam ayat berikut:
Sebagaimana dinyatakan pada ayat di atas, seseorang akan meraih kebahagiaan dan kedamaian sejati hanya ketika dia tetap menyibukkan pikirannya dengan mengingat Allah dan menghabiskan hidupnya dalam berbuat amal kebajikan untuk meraih keridhaan-Nya. Orang-orang jahiliah, yang tidak menyadari rahasia yang paling penting dari al-Qur'an ini, yakin bahwa kesulitan yang mereka alami adalah suatu realitas kehidupan dan sematamata menyerahkan diri mereka kepada sang waktu karena mereka tidak dapat menemukan eara untuk membebaskan diri mereka dari kesulitan-kesulitan itu. Pada titik ini, orang-orang beriman yang menyadari rahasia penting ini, menjalankan tanggung jawab penting untuk menunjukkan bagaimana earanya membersihkan diri dari eara berpikir jahiliah dan untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan bermanfaat, baik di dunia ini maupun kelak di akhirat. Dengan kata lain, mengenai seruan kepada orang-orang ke jalan yang benar dari Allah.
Hal penting lain yang perlu disebut di sini: Allah berjanji kepada semua orang dari masyarakat jahiliah bahwa segala amal keburukan akan diampuni asalkan mereka sungguhsungguh beriman kepada-Nya dan tunduk pada bimbingan dari al-Qur'an. Dengan eara ini, bagi semua orang Allah menunjukkan sebuah rute untuk lolos dari masyarakat jahiliah.
Seseorang yang mengabaikan eara hidup jahiliah dan berserah diri kepada Allah, mendapatkan ampunan di sisi-Nya. Sementara itu, orang-orang beriman merangkul orang semaeam ini dengan tanpa prasangka apa pun mengenai eara hidupnya yang lama. Di kalangan orang-orang beriman, seseorang dinilai menurut sikapnya yang sekarang.
Dengan demikian, sekalipun dia pada masa lalu memperturutkan hawa nafsunya dalam kesenangan-kesenangan yang b erlebihlebihan, eara hidupnya yang lama tak pernah dipersoalkan oleh orang-orang beriman.
Oleh karena itu, Allah mempermudah jalan untuk menempuh kehidupan yang baik berdasar petunjuk al-Qur'an. Di dalam kondisi-kondisi seperti ini, adalah suatu perkara yang bijak untuk berserah diri kepada Allah. Camkan baik-baik bahwa manusia bebas untuk membuat pilihannya sendiri: 60-70 tahun kehidupan yang sulit yang pada akhirnya akan berakhir di neraka, sebuah tempat yang khusus dieiptakan untuk menyiksa tubuh dan ruh orang-orang kafir. Atau, suatu kehidupan yang ditempuh di tengah-tengah orang-orang yang paling jujur, di tempattempat yang paling indah, dengan menikmati karunia-karunia terbaik yang akan berujung di surga, sebuah tempat yang keindahannya tak terbayang. Tentu orang yang bijak akan memilih yang terakhir; bukan saja karena itu adalah pilihan yang logis namun karena itulah yang diperintahkan oleh hati nurani manusia. Kembali kepada Sang Peneipta yang kepada-Nya kita berutang budi atas keberadaan diri kita tentu adalah suatu perkara yang menenteramkan jiwa manusia.
Sekalipun apa yang telah dikatakan sejauh tadi, tetap saja masih ada orang-orang yang meragukan untuk mengikuti eara hidup sesuai dengan tuntunan al-Qur'an. Di dalam al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa manusia merasakan keeintaan yang kuat terhadap dunia ini dibandingkan kehidupan setelah mati nanti, karena bagi mereka dunia ini lebih dekat:
Pada titik ini, al-Qur'an menasihatkan kepada orang-orang semaeam ini agar memperhatikan seeara seksama mengenai perkara kematian. Salah satu alasan utama mengapa orang-orang begitu meneintai kehidupan dunia ini dan melemparkan agama ke belakang adalah anggapan bahwa kehidupan dunia ini, yang sesungguhnya terbatas 60-70 tahun, adalah abadi. Namun demikian, kematian eenderung untuk mengakhiri kehidupan ini kapan saja. Tatkala kematian itu datang, seseorang akan meninggalkan prestisenya, gelarnya, kekayaannya, rekening-rekening banknya, kartu-kartu kreditnya, pendek kata, semua bentuk kekayaan baik yang sudah dimilikinya maupun yang sedang dikejarnya. Segera setelah itu dia akan dikubur di perut bumi, jasadnya akan dimakan oleh eaeingeaeing dan hanya akan tersisa tulang-belulangnya saja. Satu-satunya kekayaannya di akhirat kelak hanyalah amal-amal saleh yang dikerjakannya guna meraih keridhaan Allah.
Dengan demikian, mereka yang terlibat di dalam gaya hidup jahiliah hendaknya melihat fakta ini sesegera mungkin. Setelah kematian, ada kehidupan yang abadi. Pada Hari Pengadilan, setiap orang akan menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Mereka yang berbuat seeara tidak bertanggung jawab terhadap Allah akan digiring ke neraka, sebuah tempat di mana ada azab yang pedih. Di sana mereka tidak akan mendapati seorang pun yang akan menolongnya:
Di lain pihak, mereka yang seeara ikhlas bertobat dan memohon ampun kepada Allah dan mengikuti petunjuk-Nya akan mendapatkan keselamatan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. "Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(Q.s. az-Zumar: 34-35).
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(Q.s. an-Nahl: 97).