Bab 3 - Bumi

Planet Yang Diciptakan Untuk Umat Manusia

Filsafat materialis menawarkan satu saja penjelasan untuk keter-aturan dan keseimbangan yang ada di alam semesta: peristiwa kebetulan. Menurut klaim ini, seluruh alam semesta terbentuk melalui serangkaian peristiwa kebetulan.

Namun, jika kita meneliti alam semesta ini secara sekilas, kita melihat bahwa klaim ini sungguh tidak benar. Suatu kebetulan hanya akan menimbulkan kekacauan, padahal di alam semesta ini kita melihat keteraturan di mana-mana. Keteraturan ini membuktikan kekuasaan Allah yang abadi, Yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan lalu memberinya bentuk.

Ketika menjelajahi alam semesta, kita menemukan banyak contoh keteraturan. Dunia yang kita tempati ini hanyalah salah satunya. Dengan segala keistimewaan yang ada padanya, bumi diciptakan dengan kese-imbangan yang luar biasa stabil, yang membuatnya cocok bagi berlang-sungnya kehidupan makhluk hidup.

Jarak bumi dari matahari, kemiringan sumbu bumi terhadap orbit, keseimbangan dalam atmosfer, kecepatan rotasi bumi pada sumbunya, kecepatannya mengelilingi matahari, fungsi laut dan gunung di bumi, sifat-sifat dan interaksi di antara makhluk hidup, semua ini hanyalah beberapa unsur dari keseimbangan ekologis yang terdapat di bumi.

Kalau dibandingkan dengan planet lain, semakin jelas bahwa bumi secara khusus dirancang bagi manusia. Air, misalnya, adalah senyawa yang sangat sulit ditemukan di planet lain. Dalam tata surya kita, air ber-wujud cair hanya ditemukan di bumi. Terlebih lagi, 70% permukaan bumi tertutup air. Jutaan jenis makhluk hidup di air. Pembekuan air, kapasitas air untuk menarik dan menyimpan panas, adanya badan air berukuran besar berbentuk lautan, dan bahkan penyaluran panas yang melintasi bumi adalah karakteristik yang hanya dimiliki oleh bumi. Tidak ada planet lain yang memiliki sirkulasi badan cair yang konstan seperti yang terdapat di bumi.

Poros bumi membuat sudut miring (inklinasi) sebesar 23 dari orbit-nya. Musim terbentuk akibat kemiringan ini. Andaikan sudut kemiringan ini sedikit lebih besar atau lebih kecil, perbedaan suhu antara musim akan menjadi sangat ekstrem. Andaikan ini terjadi, di bumi akan terjadi kondisi ekstrem yang tak tertahankan, musim panas yang sangat panas dan mu-sim dingin yang sangat dingin.

Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya merupakan kecepatan yang paling sesuai bagi makhluk hidup. Planet-planet lain dalam tata surya pun mengalami siang dan malam. Karena perbedaan waktu di planet lain jauh lebih besar dibandingkan dengan di bumi, perbedaan antara suhu siang dan malam pun sangat tinggi. Hebatnya aktivitas angin di atmosfer planet lain tidak kita temukan di bumi ini, suatu keistimewaan berkat rotasi planet bumi yang seimbang.

Jenis dan konsentrasi gas-gas yang menyusun atmosfer sangat penting bagi keberadaan bukan hanya umat manusia, melainkan juga semua makhluk hidup yang ada di bumi. Koeksistensi sejumlah besar keseimbangan yang stabil di bumi memungkinkan terbentuknya gas-gas atmosfer dengan proporsi yang tepat dan selalu konstan.

Kita dapat membuat daftar yang berisi ratusan keistimewaan selain yang telah disebutkan di atas. Walaupun demikian, semua contoh di atas pun sudah dapat menunjukkan suatu kenyataan: Bumi yang kita huni ini diciptakan secara khusus guna berlangsungnya kehidupan berbagai makhluk. Hal ini bukanlah hasil suatu kebetulan, melainkan keteraturan yang disengaja.

Kesempurnaan keteraturan yang terdapat di alam semesta mem-bawa kita pada satu kesimpulan: adanya satu Pencipta yang memiliki kekuatan dan pengetahuan tak terbatas, yaitu Allah, Yang Memiliki seluruh dunia, dan menciptakan alam semesta.

Keseimbangan di Atmosfer

Atmosfer bumi terdiri atas empat gas utama, yaitu nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (kurang dari 1%), dan karbon dioksida (0,03%). Gas yang ada di atmosfer dapat dibagi ke dalam dua kelompok: “gas yang reaktif” dan “gas yang tidak reaktif”. Analisis terhadap gas-gas reaktif mengungkap bahwa reaksi yang melibatkan gas reaktif sangat penting bagi kehidupan, sedangkan gas-gas yang tidak reaktif akan menghasilkan senyawa yang merusak jika bereaksi. Misalnya, argon dan nitrogen adalah gas tidak aktif, yang hanya dapat bereaksi secara terbatas. Bila kedua gas tersebut mudah bereaksi seperti oksigen, lautan akan berubah menjadi asam nitrat. Sebaliknya, oksigen bereaksi dengan atom-atom lain, senyawa organik, dan bahkan batuan. Reaksi tersebut menghasilkan molekul-molekul dasar kehidupan seperti air dan karbon dioksida.

Selain tingkat reaktif gas, konsentrasi gas-gas tersebut saat ini sangat penting bagi kehidupan. Misalnya, oksigen. Oksigen adalah gas reaktif yang paling berlimpah di atmosfer. Konsentrasi oksigen yang tinggi di atmosfer bumi adalah salah satu keistimewaan yang membedakan bumi dengan planet lain di tata surya. Planet-planet tersebut tidak memiliki oksigen sedikit pun.

Andaikan konsentrasi oksigen di atmosfer lebih tinggi, oksidasi akan terjadi lebih cepat dan mengakibatkan batuan dan logam terkikis lebih cepat. Oleh karena itu, bumi akan terkikis dan hancur, dan kehidupan di bumi akan menghadapi ancaman besar. Andaikan konsentrasi oksigen lebih kecil, pernapasan akan menjadi sulit, dan lebih sedikit ozon yang dihasilkan. Perubahan jumlah ozon akan berakibat fatal bagi kehidupan. Berkurangnya ozon akan menyebabkan sinar ultraviolet mencapai bumi dengan intensitas yang lebih tinggi, sehingga kehidupan di muka bumi akan lenyap. Banyaknya ozon akan mencegah panas matahari mencapai bumi dan berakibat fatal bagi kehidupan.

Karbon dioksida juga berada dalam keseimbangan yang sama. Tumbuh-tumbuhan menyerap radiasi sinar matahari melalui gas ini. Bila bercampur dengan air, gas ini membentuk bikarbonat yang dapat mela-rutkan batuan dan meninggalkannya di lautan. Reaksi tersebut menguraikan karbon dioksida dan melepaskan oksigen kembali ke atmosfer. Oksi-gen, yang sangat penting bagi makhluk hidup, dilepaskan ke atmosfer secara terus-menerus. Karbon dioksida juga ikut menjaga “efek rumah kaca”, untuk menjaga suhu bumi tetap konstan.

Andaikan jumlah karbon dioksida berkurang, jumlah tumbuhan hidup di darat dan laut akan berkurang, sehingga makanan bagi hewan berkurang. Selain itu, jumlah bikarbonat di laut akan berkurang dan membuat laut menjadi lebih asam. Andaikan jumlah karbon dioksida di atmosfer meningkat, erosi kimia tanah akan semakin cepat dan membentuk residu alkali yang berbahaya di laut. Selain itu, “efek rumah kaca” akan meningkat, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi dan melenyapkan kehidupan yang ada di bumi.

Seperti telah kita lihat, keberadaan atmosfer sangat penting bagi kelangsungan hidup di bumi. Beberapa kondisi astrofisika harus saling melengkapi agar atmosfer tetap terpelihara.

A) Permukaan bumi harus tetap berada pada suhu sedang, dalam kisaran tertentu.

Untuk itu:

1. Bumi harus berada pada jarak tertentu dari matahari. Jarak ini menentukan banyaknya energi panas matahari yang mencapai bumi. Perubahan sedikit saja orbit bumi mengitari matahari - baik lebih dekat maupun lebih jauh - akan mengakibatkan perubahan besar dalam banyaknya energi panas matahari yang mencapai bumi. Perhitungan menunjukkan bahwa berkurangnya panas yang mencapai bumi sebesar 13% akan menyebabkan bumi diselimuti lapisan es setebal 1.000 meter. Sebaliknya, sedikit saja panas bumi yang mencapai bumi meningkat akan menyebabkan seluruh makhluk hidup hangus terpanggang.

2. Suhu permukaan bumi harus homogen. Untuk ini, bumi harus melakukan rotasi pada sumbunya dengan kecepatan tertentu (1.670 km/jam di khatulistiwa). Bila kecepatan rotasi bumi melebihi batas tertentu, atmosfer akan menjadi sangat hangat. Meningkatnya suhu atmosfer ini mengakibatkan bertambah cepatnya molekul gas lepas dari bumi, sehingga atmosfer bumi akan lenyap ke angkasa.

Andaikan kecepatan rotasi bumi lebih lambat, kecepatan molekul gas lepas dari bumi akan menurun. Molekul gas tersebut akan menghilang karena terserap oleh bumi akibat efek gravitasi.

3. Sudut kemiringan bumi sebesar 23o27' dari sumbunya mencegah adanya panas berlebih antara kutub dan khatulistiwa. Panas berlebih ini dapat menghambat pembentukan atmosfer. Bila tidak ada sudut miring, perbedaan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan meningkat hebat, dan tidak mungkin tercipta atmosfer yang dapat menyokong kehidupan.

B) Sebuah lapisan diperlukan untuk mencegah lepasnya panas yang telah dihasilkan:

Untuk menjaga agar suhu permukaan bumi berada pada tingkat yang konstan, hilangnya panas harus dicegah, terutama pada malam hari. Untuk itu, dibutuhkan senyawa yang dapat mencegah hilangnya panas dari atmosfer. Kebutuhan ini terpenuhi dengan adanya karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida menutupi bumi seperti selimut dan mencegah hilangnya panas ke angkasa.

C) Di bumi terdapat struktur-struktur tertentu yang menjaga keseimbangan panas antara kutub dan khatulistiwa:

Perbedaan suhu antara daerah kutub dan khatulistiwa adalah sebe-sar 120C. Andaikan perbedaan panas ini terjadi pada permukaan yang rata, akan terjadi pergerakan atmosfer yang hebat. Badai hebat dengan kecepatan 1.000 km/jam akan menjungkirbalikkan dunia, menghancur-kan keseimbangan atmosfer dan atmosfer akan buyar.

Bumi memiliki permukaan yang tidak rata, dan permukaan ini menghalangi timbulnya arus udara kuat yang bisa terjadi akibat perbeda-an panas. Ketidakrataan ini dimulai dengan Pegunungan Himalaya antara Cina dan anak benua India, dilanjutkan dengan Pegunungan Taurus di Anatolia, dan mencapai Pegunungan Alpen di Eropa melalui rangkaian gunung menghubungkan Laut Atlantik di barat dan Laut Pasifik di timur. Di lautan, kelebihan panas yang terbentuk di khatulistiwa akan diteruskan ke utara dan selatan dengan memanfaatkan badan air ini, sehingga perbedaan panas ini seimbang.

Seperti terlihat, keberadaan udara, salah satu unsur dasar kehidupan, menjadi mungkin de-ngan adanya ribuan keseimbangan fisik dan ekologis. Lebih dari itu, adanya kondisi ini tidak cukup bagi kelangsung-an hidup di bumi. Andaikan bumi berada dalam kondisi seperti saat ini, dengan struktur geofisik dan pergerakannya di angkasa, tetapi menem-pati posisi yang berbeda di galaksi, keseimbangan tetap akan terganggu.

Misalnya, bintang yang lebih kecil daripada matahari akan menyebabkan bumi menjadi sangat dingin, dan bintang yang lebih besar akan menghanguskan bumi.

Pengamatan planet-planet mati di angkasa sudah cukup untuk memahami bahwa bumi bukanlah hasil dari peristiwa kebetulan yang acak. Kondisi esensial bagi kehidupan terlalu kompleks untuk terbentuk secara acak dengan sendirinya, dan, tentunya dalam tata surya kita, bumi khusus diciptakan untuk berlangsungnya kehidupan.

Keseimbangan Nitrogen dan Bakteri

Manzara

A. Atmosferdeki Nitrojen
a. Sindirme
1. N2 Azot (Nitrojen)
2. Bitkilerdeki Protein
3. Otçul Protein
4. Etçil Protein
5. Bitki Köklerince Emilen Amonyak ve Nitrat
6. Nitratsızlaştırıcı Bakteri

7. Azot Sabitleştirici Bakteri
8. NH3- Amonyak
9. +NO3- Nitrat
10. Ölü Organik Madde İçerisindeki Protein- Azot Çöpü
11. Nitrifiyan Bakteri
12. Bozulmaya Sebep Olan Öğeler
13.- NO2- Nitrit

Daur nitrogen adalah bukti lain bahwa bumi secara khusus dirancang untuk kehidupan manusia. Nitrogen adalah salah satu unsur dasar yang terdapat dalam jaringan tubuh semua organisme hidup. Meskipun 78% dari atmosfer merupakan nitrogen, manusia dan hewan tidak dapat menyerapnya secara langsung. Di sinilah bakteri berfungsi dengan membantu kita memenuhi kebutuhan nitrogen.

Daur nitrogen dimulai dengan gas nitrogen (N2) yang ada di udara. Bakteri yang hidup di beberapa tanaman mengubah nitrogen menjadi amonia (NH3). Sebaliknya, jenis bakteri lain mengubah amonia menjadi nitrat (NO3). (Halilintar juga memainkan peranan penting pada proses perubahan nitrogen di udara menjadi amonia).

Pada tingkat selanjutnya, makhluk hidup yang dapat membuat ma-kanannya sendiri, seperti tumbuhan hijau, dapat menyerap nitrogen. He-wan dan manusia, yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan nitrogen hanya dengan memakan tumbuh-tum-buhan tersebut.

Nitrogen pada hewan dan manusia kembali ke alam melalui kotoran dan bangkai yang diuraikan oleh bakteri. Sementara menguraikan zat, bakteri tidak hanya melakukan tugas sebagai pembersih, tetapi juga melepaskan amonia, sumber utama nitrogen. Ada bakteri yang meng-ubah sejumlah tertentu amonia menjadi nitrogen dan mencampurnya de-ngan udara. Ada juga bakteri yang mengubah sisanya menjadi nitrat. Tumbuhan menggunakan nitrat dan daur terus berlanjut.

Tidak adanya bakteri dalam daur ini akan mengakibatkan berakhir-nya kehidupan. Tanpa bakteri, tumbuhan tidak dapat memenuhi kebu-tuhan nitrogennya dan akan segera punah. Kehidupan tak mungkin terjadi di tempat yang tak memiliki tumbuhan.

Atmosfer: Atap Bumi yang Terpelihara

Meskipun biasanya tidak pernah kita sadari, banyak meteorit jatuh ke bumi seperti pada planet lain. Meteorit, yang membentuk kawah besar jika jatuh di planet lain, tidak merusak bumi karena bumi memiliki at-mosfer yang menghasilkan gesekan kuat pada meteor yang jatuh. Meteor tidak dapat bertahan melawan gesekan ini terlalu lama dan kehilangan sejumlah besar massanya akibat terbakar. Keberadaan atmosfer mence-gah kerusakan yang bisa disebabkan oleh meteorit.

Di dalam Al Quran, sifat dalam penciptaan atmosfer ini dijelaskan:

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (QS. Al Anbiyaa’,21: 32)

Salah satu petunjuk terpenting bahwa langit adalah “atap yang terpelihara” adalah medan magnet yang melingkupi bumi. Lapisan teratas atmosfer merupakan daerah medan magnet yang disebut “Sabuk Van Allen”. Daerah ini dibentuk oleh sifat-sifat inti bumi.

Inti bumi mengandung unsur-unsur magnetik yang kuat seperti besi dan nikel. Yang lebih penting, inti bumi terdiri atas dua struktur yang berbeda. Inti dalam berbentuk padat sementara inti luar berbentuk cair. Lapisan luar mengapung di atas lapisan dalam, menciptakan efek mag-netik pada logam-logam berat, yang membentuk medan magnet. Sabuk Van Allen adalah perpanjangan medan magnet ini, yang mencapai lapis-an luar atmosfer. Medan magnet ini melindungi bumi dari kemungkinan bahaya dari angkasa.

Manzara

1. Dönüşlü Eksen
2. Dış Radyasyon Kemeri

3. İç Radyasyon Kemeri
4. Manyetik Eksen

Salah satu bahaya terbesar adalah “angin matahari”. Selain panas, cahaya, dan radiasi, matahari mengirimi bumi angin yang tersusun dari proton dan elektron yang bergerak dengan kecepatan 1,5 miliar kilometer per jam.

Angin matahari tidak dapat menembus Sabuk Van Allen, yang men-ciptakan medan magnet pada jarak 64.000 km dari bumi. Ketika angin matahari, dalam bentuk hujan partikel, bertemu dengan medan magnet bumi, partikel-partikel tersebut akan terurai dan mengalir mengitari medan magnet bumi.

Atmosfer menyerap sebagian besar sinar X dan sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Tanpa penyerapan ini, di muka bumi tidak mungkin ada kehidupan.

Atmosfer yang menyelimuti bumi hanya dapat dilalui oleh sinar-sinar yang tidak berbahaya, gelombang radio, dan cahaya tampak. Andai saja atmosfer tidak memiliki sifat impermeabilitas ini, kita tentu tidak dapat menggunakan gelombang radio untuk berkomunikasi, tidak juga cahaya yang sangat penting bagi kehidupan.

Lapisan ozon yang menyelimuti bumi mencegah sinar ultraviolet matahari, yang sangat berbahaya, mencapai bumi. Sinar ultraviolet ma-tahari begitu tinggi kandungan energinya, sehingga dapat membunuh semua kehidupan yang ada di bumi. Untuk alasan ini, untuk memung-kinkan terjadinya kehidupan di bumi, lapisan ozon adalah bagian dari langit sebagai “atap yang terpelihara” yang diciptakan secara khusus.

Ozon dihasilkan dari oksigen. Oksigen (O2) dibentuk dari dua atom oksigen, sedangkan ozon (O3) dibentuk oleh tiga atom oksigen. Sinar ultraviolet yang berasal dari matahari menambah satu atom kepada molekul oksigen untuk membentuk molekul ozon. Lapisan ozon, yang terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet, menahan sinar ultraviolet yang berbahaya dan merupakan salah satu kondisi dasar yang paling penting.

Singkatnya, andai saja inti bumi tidak memiliki kemampuan untuk membentuk medan magnet, dan atmosfer bumi tidak memiliki struktur dan kepadatan untuk menyaring sinar-sinar yang berbahaya, di bumi tidak mungkin ada kehidupan. Sangat jelas bahwa manusia maupun makhluk hidup yang lain tidak mungkin dapat mengatur hal-hal terse-but. Ini adalah bukti bahwa Allah telah menciptakan suatu pelindung yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dan Dia telah menciptakan langit sebagai “atap yang terpelihara”.

Tidak terdapatnya “atap yang terpelihara” pada planet lain me-rupakan petunjuk lain bahwa bumi secara khusus diciptakan untuk manusia. Misalnya, seluruh inti planet Mars adalah padat dan karenanya Mars tidak memiliki medan magnet di sekelilingnya. Mars tidak memiliki tekanan yang cukup untuk membentuk inti yang cair karena planetnya tidak sebesar bumi. Selain itu, berukuran tepat tidaklah cukup untuk membentuk medan magnet di sekeliling sebuah planet. Contohnya, Venus memiliki diameter yang hampir sama dengan bumi. Massa planet Venus hanya 2% lebih kecil dari massa bumi, dan beratnya hampir sama dengan berat bumi. Oleh karena itu, baik dalam hal tekanan maupun alasan lainnya, sudah sewajarnya inti Venus pun memiliki bagian logam cair. Namun, Venus tidak diselimuti oleh medan magnet, karena Venus memiliki kecepatan rotasi yang lebih rendah dibandingkan dengan rotasi bumi. Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam satu hari, sedangkan Venus melakukannya dalam 243 hari.

Ukuran bulan, planet-planet lain yang berdekatan dengan bumi, serta jarak mereka dari bumi merupakan hal yang penting bagi keber-adaan medan magnet bumi yang merupakan “atap yang terpelihara”. Andaikan salah satu dari planet ini berukuran lebih besar, planet tersebut memiliki kekuatan gravitasi yang lebih besar pula. Planet yang berde-katan dengan bumi yang memiliki kekuatan gravitasi besar akan meng-ubah kecepatan cairan dan bagian padat inti bumi serta mencegah terben-tuknya medan magnet seperti yang ada sekarang.

Singkatnya, langit yang memiliki fungsi sebagai “atap yang terpeli-hara” membutuhkan beberapa variabel seperti struktur inti bumi, kece-patan rotasi, jarak antarplanet, dan kumpulan massa planet tersebut menghasilkan resultan yang tepat.

Manzara

Gezegenimize düşen göktaşları atmosferden geçerken sürtünmeden kaynaklanan büyük kütle kaybına uğrar. Böylece dünyamız büyük felaketlerden korunmuş olur.

Daur Air dan Kehidupan

Setiap saat, miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu menuju daratan. Kehidupan bergantung pada daur air ini. Andai manusia mencoba mengatur daur ini, ia tidak akan pernah ber-hasil, sekalipun menggunakan semua teknologi yang ada di dunia. Walaupun demikian, kita memperoleh air, yang merupakan syarat kehidupan yang utama dan terpenting, melalui penguapan tanpa menge-luarkan biaya maupun energi. Setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air yang menguap tersebut dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan. Setiap tahun 3-4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju daratan, menuju manusia.

Singkatnya, airyang daurnya tidak dapat kita atur, dan yang tanpanya kita tidak dapat hidup lebih dari beberapa haridikirim kepada manusia dengan cara yang sangat istimewa.

Al Quran mengingatkan kepada kita bahwa hal ini merupakan salah satu bukti yang harus kita syukuri:

“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Ka-mukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menu-runkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waaqi'ah, 56: 68-70)

Air Turun ke Bumi Menurut Kadar Tertentu

Dalam ayat kesebelas surat Az-Zukhruf, hujan didefinisikan sebagai air yang dikirimkan “menurut kadar”. “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan).”

Manzara

1. Su Döngüsü
2. Yoğunlaşma
3. Deniz, göl ve nehirlerden buharlaşma
4. Bitkilerden terleme yoluyla buharlaşma
5. Yağış
6. Yeryüzü Suyu
7. Yüzey Akışı

Sudah tentu, hujan turun ke bumi dalam takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan adalah kecepatan turun-nya. Benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus-menerus dan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam. Akan tetapi, tata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam.

Air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepat-an yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan. Hal ini menjadi jelas hanya dengan melihat angka-angka di bawah ini secara sekilas.

Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari keting-gian 15 cm. Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 meter. Pada kasus ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 110 cm.

Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan “takaran”.

Pembentukan Hujan

Tahapan pembentukan hujan baru dapat dipelajari setelah radar cuaca ditemukan. Menurut radar, pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan.

Yang tercantum di dalam Al Quran tentang pembentukan hujan sa-ngatlah sesuai dengan penemuan ini:

“Allah, Dialah yang mengirim angin (tahap pertama), lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menu-rut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal (tahap kedua); lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya (ta-hap ketiga), maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Ruum, 30: 48)

Manzara

Su parçacıkları, okyanuslardan bulutlara kadar taşınan tuz kristallerinin etrafında biraraya gelerek, yağmur damlalarını oluştururlar. Böylece havadan daha ağır bir konuma gelen damlalar buluttan ayrılır ve yağmur şeklinde düşmeye başlarlar.
Okyanusların yüzeyinde, her an, köpüklenmeden dolayı oluşan sayısız küçük hava kabarcığı patlamakta ve deniz tuzlarınca zengin pek çok su damlacığı atmosfere fırlatılmaktadır. Atmosfer, bu damlacıkların rüzgarla taşınması sayesinde, günde 27 milyon ton tuz kazanır. Bu tuzlar sonradan oluşacak yağmur damlasının çe- kirdeğini oluşturacaktır.

TAHAP PERTAMA: “Dialah (Allah) yang mengirim angin …”

Sejumlah besar gelembung udara terbentuk karena buih di lautan secara terus-menerus pecah dan menyebabkan partikel air disemburkan ke langit. Partikel yang kaya-garam ini kemudian dibawa angin dan naik ke atmosfer. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, berfungsi sebagai perangkap air. Inilah yang akan membentuk titik-titik awan dengan mengumpulkan uap air di sekitarnya, yang kemudian naik dari lautan sebagai tetesan kecil.

Manzara

TAHAP KEDUA: “.......menggerakkan awan dan Allah membentang-kannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”

Awan terbentuk dari uap air yang meng-embun di sekitar kristal garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan air di awan sangat kecil (dengan kisaran diameter 0,01 dan 0,02 mm), awan menggantung di udara dan menyebar di langit, sehingga langit tertutup oleh awan.

TAHAP KETIGA: “... lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.”

Partikel air yang mengelilingi kristal ga-ram dan partikel debu akan bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga tetes-an hujan akan menjadi lebih berat daripada udara, dan mulai jatuh ke bumi sebagai hujan.

Air Hujan adalah Tawar

Al Quran menarik perhatian kita dengan pernyataan air hujan adalah “tawar”:

“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Ka-mukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menu-runkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waaqi'ah, 56: 68-70)

“… dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar?” (QS. Al-Mursalat, 77: 27)

“Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS. An-Nahl, 16: 10)

Seperti telah kita ketahui, air hujan berasal dari penguapan air dan 97% merupakan penguapan air laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air hujan bersifat tawar karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan hukum ini, dari mana pun asalnya peng-uapan air ini, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mi-neral, atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak pernah mengan-dung bahan lain. Air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih, sesuai dengan ketentuan Allah “… Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. ” (QS. Al Furqan, 25: 48)

Hujan yang Memberi Kehidupan bagi Tanah yang Mati

Di dalam Al Quran banyak ayat yang menyeru kepada kita agar memperhatikan bahwa hujan berguna untuk menghidupkan negeri (tanah) yang mati.

“… dan Kami turunkan dari langit air yang amat ber-sih agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.” (QS. Al Furqan, 25: 48-49)

Selain tanah diberi air, yang merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, hujan juga berfungsi sebagai penyubur.

Tetesan hujan, yang mencapai awan setelah sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat tertentu yang bisa memberi kesuburan pada tanah yang mati. Tetesan yang “memberi kehidupan” ini disebut “tetesan tegangan permukaan”. Tetesan tegangan permukaan terbentuk di bagian atas permukaan laut, yang disebut lapisan mikro oleh ahli biologi. Pada lapisan yang lebih tipis dari 1/10 mm ini, terdapat sisa senyawa organik dari polusi yang disebabkan oleh ganggang mikro-skopis dan zooplankton. Dalam sisa senyawa organik ini terkandung beberapa unsur yang sangat jarang ditemukan pada air laut seperti fosfor, magnesium, kalium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobal, dan timah. Tetesan berisi “pupuk” ini naik ke langit dengan bantuan angin dan setelah beberapa waktu akan jatuh ke bumi sebagai tetesan hujan. Dari air hujan inilah, benih dan tumbuhan di bumi memperoleh berbagai garam logam dan unsur-unsur lain yang penting bagi pertumbuhan mereka.

Manzara

"O'nun ayetlerinden biri de, senin gerçekten yeryüzünü huşu içinde (solmuş, boynu bükülmüş ve kupkuru) görmendir. Ama Biz onun üzerine suyu indirdiğimiz zaman, deprenir ve kabarır. Şüphesiz onu dirilten, ölüleri de elbette dirilticidir. Çünkü O, her şeye güç yetirendir." (Fussilet Suresi, 39)

Seperti yang tertera dalam ayat:

“Dan Kami turunkan dari langit air yang ba-nyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji ta-naman yang diketam.” (QS. Qaaf, 50: 9)

Garam-garam mineral yang turun bersama hu-jan merupakan contoh dari pupuk konvensional (kalsium, magnesium, kalium, dan lain-lain) yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan. Sementara itu, logam berat, yang terdapat dalam tipe aerosol ini, adalah unsur-unsur lain yang me-ningkatkan kesuburan pada masa perkembangan dan produksi tanaman.

Singkatnya, hujan adalah penyubur yang sa-ngat penting. Setelah seratus tahun lebih, tanah tandus dapat menjadi su-bur dan kaya akan unsur esensial untuk tanaman, hanya dari pupuk yang jatuh bersama hujan. Hutan pun berkembang dan diberi “makan” dengan bantuan aerosol dari laut tersebut.

Dengan cara seperti ini, 150 juta ton pupuk jatuh ke permukaan bumi setiap tahunnya. Andaikan tidak ada pupuk alami seperti ini, di bumi ini hanya akan terdapat sedikit tumbuhan, dan keseimbangan ekologi akan terganggu.

Manzara

Manfaat Membekunya Air dari Atas

Manzara

Salah satu sifat air yang paling menarik dan paling penting adalah bahwatidak seperti senyawa lainair berwujud padat itu lebih ringan daripada air berwujud cair, sehingga es lebih ringan dari air. Oleh sebab itu, laut mulai membeku dari atas karena lapisan beku lebih ringan dari-pada air di bawahnya. Dengan demikian, risiko pembekuan seluruh laut-an, yang dapat berakibat lenyapnya kehidupan, tidak akan terjadi. Lapis-an beku yang naik ke permukaan itu menjadi penyekat antara cuaca dingin di luar dan air di bawah.

Andaikan es lebih berat daripada air (seperti yang umumnya terjadi pada zat lain), laut akan mulai membeku dari bawah. Pada kondisi ini, penyekatan seperti yang disebut di atas tidak akan terjadi dan seluruh lautan akan membeku, sehingga kehidupan di air akan musnah. Karena volume es lebih luas daripada volume air untuk massa yang sama, lautan yang membeku akan membutuhkan ruang yang lebih besar dari sebelumnya dan akan menyebabkan air di permukaan naik dan meluap.

Selain itu, air itu paling berat pada suhu 4oC. Fakta ini sangat penting bagi kehidupan. Di lautan, air yang mencapai suhu 4oC akan tenggelam ke dasar karena merupakan badan air yang terberat. Karena alasan ini, pada lautan yang tertutupi gunung es, dasarnya akan selalu berwujud ca-ir dan memiliki suhu 4oC, dan di situ makhluk hidup masih bisa bertahan. Hal yang hampir serupa terjadi pada musim dingin. Bagian dasar danau dan sungai yang ditutupi lapisan es tetap dapat mendukung kehidupan.

Air Lambat Memanas dan Membeku

Sifat air yang lain adalah penguapan dan pembekuan yang lambat. Telah diketahui bahwa pada musim panas, pasir cepat memanas pada siang hari dan juga cepat mendingin pada malam hari. Sebaliknya, suhu air laut hanya berubah sekitar 2-3C antara siang dan malam. Hal ini dise-babkan karena air menjaga suhunya ketika suhu mendadak naik atau turun, dan memperlambat penguapan dan pembekuan. Jika kita mem-pertimbangkan sifat air ini dalam konteks bumi secara keseluruhan, kita akan melihat air, dalam wujud cair ataupun uap, di laut dan di atmosfer, memiliki peran yang sangat penting bagi suhu bumi. Air yang ada di permukaan bumi mencegah pemanasan yang berle-bihan, dengan cara menyerap panas pada bagian bumi yang terdedah matahari. Pada bagian bumi yang tidak terkena matahari langsung, dengan panas yang di-kandungnya, lautan dan air berfungsi sebagai radiator dan mencegah suhu turun terlalu rendah. Dengan me-kanisme ini, perbedaan suhu antara siang dan malam selalu berada dalam batas toleransi manusia dan makh-luk hidup lain. Andaikan jumlah air lebih sedikit dari-pada luas daratan, perbedaan suhu siang dan malam akan meningkat dan mengubah bumi menjadi gurun dan membuat kehidupan menjadi tidak mungkin, atau setidaknya sangat sulit.

Berat Awan

Awan dapat menjadi sangat berat. Misalnya, awan badai yang disebut kumulonimbus merupakan aku-mulasi dari 300.000 ton air.

Terbentuknya keteraturan yang menjadikan massa air sebesar 300.000 ton dapat melayang di udara sangatlah menakjubkan. Sebuah ayat Al Quran menyeru kepada kita untuk memperhatikan berat awan:

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembi-ra sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami ke-luarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Se-perti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mu-dah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A'raaf, 7: 57)

Angin

“… dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekua-saan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. Al Jaatsiyah, 45: 5)

Manzara

Angin adalah arus udara yang terbentuk di antara dua zona yang memiliki suhu yang berbeda. Perbedaan suhu di atmosfer menyebabkan perbedaan tekanan udara, dan mengakibatkan udara terus-menerus mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Bila terjadi perbedaan di antara pusat tekanan (yakni suhu atmosfer) terlalu tinggi, arus udara (yakni angin) menjadi sangat kuat. Demikianlah terbentuknya angin yang sangat merusak, misalnya angin ribut.

Yang menarik, meskipun terdapat daerah-daerah yang memiliki per-bedaan suhu yang sangat jauh seperti antara khatulistiwa dan kutub, bumi tidak selalu dihadapkan pada angin dan tekanan yang kuat, berkat adanya rintangan dan “pengaturan”. Andai saja arus udara kuat, yang semestinya terbentuk di antara khatulistiwa dan kutub, tidak diperlemah (seperti akan digambarkan di bawah), tentu bumi akan berubah menjadi planet mati yang didera badai terus-menerus.

Pada prinsipnya, perbedaan ketinggian permukaan bumi memecah kekuatan angin. Perbedaan ketinggian yang mencolok akan menghasil-kan sistem fron dingin dan panas. Seperti yang terlihat pada lereng pegu-nungan yang lebih rendah, sistem ini dapat menyebabkan munculnya angin baru. Dengan demikian, sistem dengan dua pusat (bi-centered) antara khatulistiwa dan kutub berubah menjadi sistem dengan banyak pusat (multi-centered) berkat adanya tebing-tebing terjal, dan angin diper-lemah karena disalurkan ke beberapa arah. Rantai pegunungan pada ke-rak bumi berfungsi sebagai koridor udara raksasa. Koridor-koridor ini akan membantu angin menyebarkan udara ke seluruh penjuru bumi secara merata.

Kemiringan sumbu bumi juga berperan penting dalam memper-lemah angin. Andai saja sumbu bumi benar-benar tegak lurus pada orbitnya, bumi akan dilanda badai terus-menerus. Khatulistiwa bumi memiliki kemiringan dengan sudut 23o27' pada bidang orbitnya. Dengan demikian, suhu di daerah antara dua kutub tidaklah tetap, berubah ber-dasarkan musim. Ini berarti bahwa tekanan udara menjadi seimbang, sehingga kekuatan angin jadi berkurang. Bila perbedaan suhu antara khatulistiwa dan kedua kutub menurun, angin akan bertiup lebih hangat.

Selain itu, dua lapisan gas yang menyelimuti planet bumi telah dicip-takan untuk menyeimbangkan perbedaan suhu. Lapisan ozon dan kar-bon dioksida menyeimbangkan suhu atmosfer. Lapisan ozon menyerap kelebihan sinar matahari. Sebaliknya, karbon dioksida berfungsi mena-han panas yang diperoleh dan mencegah pendinginan.

Semua hal di atas menunjukkan bahwa manusia berutang budi pada sistem iniyang luar biasa terdiri atas subsistem-subsistem yang kompleks. Seluruh alam semesta diciptakan untuk memungkinkan adanya kehi-dupan manusia.

BAGIKAN
logo
logo
logo
logo
logo
Unduhan
  • Kemampuan Memahami Ayat-Ayat Allah
  • Bab 1 - Empat Binatang Yang Disebutkan Dalam Al Quran
  • Bab 2 - Manusia
  • Bab 3 - Bumi
  • Bab 4 - Temuan Ilmiah Terbaru dan Al Quran Ayat Al Quran dan Alam Semesta
  • Bab 5 - Kesimpulan
  • Bab 6 - Keruntuhan Teori Evolusi