Di masa lalu, manusia menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu dan memohon pada mereka pertolongan. Mereka takut pada patung-patung ini, percaya bahwa patung-patung itu sedang melihat mereka dan akan marah jika seseorang melakukan dosa. Sang Buddha adalah patung Buddha. Namun pemeluk Buddha yang menyamakan Buddha dengan Tuhan, dan orang yang ikut-ikutan dan menjadi pemeluk Buddha untuk menarik perhatian pada diri mereka, tidak mengetahui betapa jauhnya mereka tertipu. Karena mereka tidak percaya pada akhirat yang abadi, surga atau neraka, tidak pernah terlintas dalam benak mereka bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan dirinya di hadapan Allah. Karena mereka percaya bahwa mereka telah berada di jalan yang benar, mereka menanggapi dengan sangat suka cita ketika diajak mengikutinya.
Seluruh utusan yang memperingatkan agama kafir yang diikuti manusia dan mengajak manusia pada keesaan Allah menghadapi tanggapan yang serupa. Dalam Al-Qur'an (38:4-7), Allah berkata:
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, (Qur'an, 38:4-7)
Dalam buku ini, kami mengajak pemeluk Buddha dan seluruh manusia yang, apa pun alasannya, merasa simpati dengan agama takhayul ini untuk memahami kebenaran bahwa tidak ada tuhan selain Allah; dan menerima bahwa Allah itu Esa dan tidak ada yang lain. Kami mengajak mereka untuk memasuki Islam, agama Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad SAW. Seorang yang menganggap leluhurnya meyakini agama yang mempersekutukan makhluk dengan Allah, dan dia sendiri pun memperskutukan hal itu dengan Allah, mula-mula mungkin akan sulit mengambil keputusan ini. Mereka mungkin tidak memahami bagaimana, setelah menyerahkan diri pada kekuatan-kekuatan yang pernah dia persekutukan dengan Allah, dia bisa menyembah Allah saja. Jika demikian, dan mungkin demikian, satu-satunya Zat yang menolong dan memberi makannya pada saat ini, satu-satunya Zat yang melihatnya dan melindunginya adalah Allah. Zat Yang memberinya kehidupan dan menyembuhkannya ketika ia sakit adalah Allah, Penguasa Segala Dunia, Yang menciptakan bumi ini menurut keputusan yang telah tertentu. Seperti difirmankan dalam Al-Qur'an (81:29), manusia telah menyerahkan diri pada kehendak Allah, pada saat ketika mereka tidak punya kekuatan untuk berharap kecuali Allah menghendaki, tidak dapat bertindak kecuali dengan kehendak Allah. Seperti Allah firmankan sendiri dalam Al-Qur'an (11:56), “Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.”
Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan dimulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” |
Setan bisa memperlihatkan pada para pemeluk Buddha, dan setiap orang, bahwa mustahil terbebas dari mempersekutukan sesuatu dengan Allah. Namun, ini hanyalah tipuan yang datang dari setan; Al-Qur'an (14::22) menyebutkan bahwa, pada hari Kiamat, setan akan berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku…” dan semua orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah akan ditinggalkan seorang diri.
Seperti kita ketahui, selamat dari kekeliruan mempersekutukan ciptaan-Nya dengan Allah membutuhkan perubahan niat yang tulus, yang mengubah pemikiran seseorang menuju keesaan Allah. Dan apa pun keadaan dirinya, seseorang itu memutuskan untuk percaya pada Allah dan menyesuaikan kehidupannya dengan penuh iman pada Al-Qur'an. Pastilah, keimanan dan keteguhannya akan mendatangkan bantuan Allah, berkah yang tak ada bandingnya, kasih sayang, dan kekayaan. Tak disangkal lagi, Allah akan membawa seseorang itu ke jalan yang benar, melindunginya dari usaha setan untuk menyesatkannya.
Setiap orang yang merendahkan dirinya pada Allah melihat bahwa kebahagiaan dan kepuasan sejati bisa ditemukan hanya dalam keimanan, dan dalam keimanan pada keesaan Allah. Dalam Al-Qur'an (65:2-3), Allah memberi kabar gembira pada orang-orang beriman:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya … (Qur'an, 65:2-3)
Oleh karena itu, seseorang yang menyesali kesalahannya mempersekutukan sesuatu dengan Allah harus meninggalkan berhala-berhalanya tanpa ragu lagi. Orang yang percaya bahwa sang Buddha adalah tuhan (dan pasti Tuhan tidak seperti itu) yang melihat dan mendengarkan segalanya, memberi kekuatan, marah dan menentukan, harus mengganti pemikirannya dan meninggalkan pemahaman yang sesat. Dan orang yang terjebak dalam gagasan karma yang tak berdasar dan menolak adanya akhirat yang abadi, harus menggunakan akalnya untuk menyelamatkan dirinya dari kekeliruan ini, karena “Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan.” (Qur'an, 7: 139)
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(Qur’an, 2:32)