Sepanjang buku ini, kami telah menekankan bahwa sekedar mengatakan, “Kami beriman” atau memuja Allah dari tepi-tepi agama sejati tidak akan cukup untuk menyenangkan Allah. Sebaliknya, kami katakan, Allah akan senang terhadap kita jika kita yang terdepan dalam ketaatan, menjadi teladan bagi mukmin yang patuh, dan terus-menerus menunjukkan kemuliaan akhlak. Dalam buku ini, kami menghimbau kepada mukmin agar memiliki ketakutan dan cinta mendalam kepada Allah, tidak pernah menganggap akhlak sendiri sempurna, mencari sikap dan perilaku yang paling menyenangkan Allah di setiap saat dan memberikan perhatian pada nurani mereka.
Menjadi orang yang beriman sempurna bukanlah sasaran yang dapat digapai melalui upaya keras. Sebagaimana ayat, “Dan Kami akan memberimu taufik (petunjuk) kepada jalan yang mudah” (QS Al-‘Ala, 87: 8) memberitahu kita, seseorang dapat meraih keimanan sempurna hanya dengan ketulusan niat, bahkan jika niat itu masih amat baru. Dalam pengertian ini, tak masalah betapa tercela hidup yang dijalani seseorang di masa lampau, ia bisa, kapan pun, memulai hidup baru yang berlandaskan pada dasar penggapaian rida Allah.
Setelah menerangkan semua masalah ini, kini kami mendesak setiap orang untuk “bersegera”, yakni, tidak “menunda” mengambil keputusan penting sedemikian. Waktu yang diberikan kepada manusia sangat pendek. Kehidupan itu sependek “kedipan mata” atau “setengah hari”. Selama perjalanan waktu yang terbatas yang diberikan kepadanya ini, manusia harus berlomba melawan waktu dan bersegera mendapatkan iman yang sempurna dengan melibatkan diri dalam perbuatan baik. Allah menjanjikan SurgaNya bagi hamba-hambaNya yang bertekad taat, yang menjadi “terdepan dalam iman” dan bersegera mendekatkan diri kepada Allah. Di sana, mereka tinggal bersama para nabi, wali, syuhada dan mukmin yang tulus. Namun yang terpenting, mereka akan menemui Tuhan kita. Allah juga memberi mereka kabar gembira bahwa akan ada satu kata dari Tuhan mereka di sana: “Salam!”, yang merupakan ganjaran terbaik bagi seorang mukmin:
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam" sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (QS Ya Sin, 36: 55-58)
Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. (QS Al-Nisa, 4: 69-70)
Jadi, bersegeralah meraih ganjaran ini, untuk tinggal bersama para nabi dan mereka yang beriman sempurna di taman-taman surga sebagai mukmin yang telah menggapi rida Allah dengan bertekad hidup dengan azas-azas keimanan sempurna, menjadi teladan bagi mereka yang mencintai dan menakuti Allah. Allah mendesak semua mereka yang ingin meraih keselamatan agar hidup dengan nilai-nilai Qur'an. Mereka digambarkan sebagai “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya, surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (QS Al-Furqan, 25: 73-76)
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2:32)