Pagi sekali Amri sudah bangun. Yang lain tampak masih terlelap. Pelan-pelan, ia pergi ke sungai sendirian. Sesampai di sana dilihatnya sang berang-berang sudah bekerja. Amri memberanikan diri untuk mendekati berang-berang tersebut dan mengajak berbicara.
“Hai... Namaku Amri. Bolehkah aku berkenalan dengan kalian?”
Awalnya berang-berang tersebut tampak takut. Tapi setelah melihat sikap Amri yang ramah dan bersahabat akhirnya berang-berang yang lebih besar mendekati Amri dan mulai berbicara.
“Tentu saja boleh. Saya Pak Berang dan ini istri saya Bu Berang. Senang sekali berkenalan denganmu.”
Amri sungguh gembira. Ia kini bisa bertanya langsung kepada mereka.
“Aku ingin tahu tentang kalian. Untuk apa kalian membawa potongan pohon itu ke air dan menumpuknya di sana?” tanya Amri.
“Amri, biasanya pasangan berang-berang seperti kami berpindah tempat untuk membuat sarang baru. Kami sendiri juga baru datang dan mengenali sungai ini. Sekarang kami sedang membuat sarang. Kami perlu air yang tenang untuk membuat sarang, untuk itulah kami harus membendung air sungai dengan potongan-potongan batang pohon itu. Sekarang kamu lihat, sungai ini sudah menjadi waduk kecil,” terang pak Berang.
“Jadi, kalian sedang membuat waduk? Hebat sekali! Tahukah kalian, manusia perlu bertahun-tahun untuk membuat waduk dengan membendung air. Pak Guru geografi juga pernah menjelaskan tentang waduk dan proyek pembangunannya di negara kami. Pastilah sulit sekali membangun bendungan di dalam air yang mengalir deras. Tetapi pekerjaan kalian sungguh hebat. Bagaimana kalian bisa menyumbat aliran air yang deras? Darimana kalian menemukan caranya? Apakah kalian meniru manusia dalam membuat bendungan? Apakah...”
Amri berusaha menyusun kata-kata untuk setiap pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya dengan penuh rasa heran. Pak dan Bu Berang malah tertawa-tawa mendengarnya. Bagi mereka, semua pekerjaan itu terasa mudah dan tidak sulit untuk dilaksanakan.
“Tenang Amri... Saya akan jawab pertanyaanmu satu per satu. Jangan khawatir, kamu akan tahu semuanya. Sejak lahir kami sudah tahu bagaimana membuat bendungan dan membuat sarang. Tentu hal ini tidak datang dengan kebetulan. Kami tidak secara kebetulan mengatakan: “Ayo kita bersama-sama membangun bendungan, membuat sarang di atas air!”
Dari sebelum lahir, kami sudah dibekali pengetahuan tentang ini dan bagaimana mengerjakannya dengan baik. Kami tahu betul apa pekerjaan kami dan bagaimana melaksanakannya. Kami tahu bagaimana cara merobohkan pohon dan mengangkutnya ke air.”
Ketika Amri masih mendengarkan penjelasan Pak Berang dengan penuh perhatian, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya. Ia pun menoleh...
“Aku juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu Amri. Tetapi sebelumnya kamu harus menjelaskan kenapa kamu meninggalkan kemah sendirian? Kalau saja kami tidak melihat pesan yang kamu tinggalkan pastilah kami sudah sangat cemas...” kata kakak Amri.
Dialah Allah tuhanmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu. Maka beribadahlah kepada-Nya. (Surat al-An'am: 102) |
“Maaf, kak. Aku tidak sabar lagi, karena aku ingin tahu tentang berang-berang ini. Aku juga tahu kalau Kakak pasti bakal membaca pesanku... Kalau begitu, Kakak pasti tahu siapa yang mengajarkan semua pekerjaan ini kepada berang-berang?”
“Begini Amri... Pekan lalu kita membaca Al Qur’an bersama-sama. Kamu tentu masih ingat ayat-ayat yang kita baca. Allahlah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Dalam hal ini, kita juga sudah membaca tentang hewan-hewan dan apa saja hal-hal menakjubkan yang mereka lakukan. Kita yakin bahwa mereka tidak mungkin melakukan hal-hal menakjubkan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri. Pasti ada yang mengajari mereka melakukan hal-hal tersebut,” jelas kakak Amri.
“Ya, Kak. Aku masih ingat,” kata Amri.
Kakak Amri melanjutkan. "Jadi begitulah Amri. Semua binatang bertingkah laku sesuai dengan petunjuk dari Allah. Sejak lahir mereka sudah tahu bagaimana bertingkah laku. Sedangkan kita manusia perlu bertahun-tahun untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama. Kita harus memakai teknologi, membaca buku dan melakukan percobaan. Sedangkan, para binatang, dengan mudahnya menyelesaikan pekerjaan semacam itu. Bahkan binatang-binatang dapat menyelesaikan pekerjaan yang belum diketahui para ilmuwan. Pak dan Bu Berang menyelesaikan pekerjaan mereka atas petunjuk dari Allah.
Selain ekor yang berguna sebagai sirip (atas), cakar, gigi, dan setiap bagian dari tubuh berang-berang telah diciptakan dengan khusus dan sempurna oleh Allah. Tanpa keistimewaan tersebut berang-berang akan punah. |
Sekarang, jika Pak Berang bisa menjelaskan apa yang sedang beliau kerjakan maka kamu akan memahami apa yang Kakak jelaskan.
“Betul Amri. Akan saya jelaskan bagaimana kami membuat sarang. Kamu akan tahu bahwa kami tidak mampu mengerjakan ini semua dengan menggunakan akal kami yang sederhana ini,” jelas pak Berang.
Amri mendengarkan penjelasan dari Kakaknya dan Pak Berang dengan tekun. Ia menyadari pentingnya penjelasan tersebut. Ia pun dengan cermat berusaha menyusun pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.
“Pak Berang, aku memperhatikan kalian memotong pohon dan mengangkutnya dengan menggunakan tangan dan gigi. Kok gigi kalian kuat sekali? Kalau saja aku memakai gigiku untuk memotong pohon-pohon itu pasti sudah rontok semuanya. Aku pasti tidak bisa melakukan apa yang kalian kerjakan.”
“Pertanyaan yang bagus. Dalam setahun, saya dan istri bisa merobohkan hampir 400 pohon. Semuanya kami lakukan dengan menggerogotinya memakai gigi-gigi kami. Kami memakai empat gigi depan untuk memotong pohon. Meski agak berbeda dengan gigi kalian, lama-lama gigi kami juga tumpul. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena gigi depan kami akan memanjang kembali. Dan itu terjadi selama masa hidup kami.” jelas pak Berang.
“Jadi apakah seperti kuku-kuku kami, gigi-gigi kalian juga selalu memanjang?” tanya Amri.
“Saya yang akan menjawab pertanyaanmu itu Amri, “ jawab bu Berang. “Benar! Allah telah membedakan gigi kami dengan makhluk lain. Kalau tidak memanjang, tentu gigi kami sudah habis dan kami sulit mencari makanan apalagi membuat sarang. Tentulah, kami akan mati kelaparan dan tidak bisa menghasilkan keturunan. Akhirnya kami bisa punah dan tidak akan berada di depan kalian seperti sekarang. Mungkin kamu pun tak akan menemukan satu berang-berang pun di dunia. “
Pak Berang menjelaskan kepada Fatih bagaimana mengangkut batang dan dahan pohon dalam air (halaman kiri) dan bagaimana Bu Berang merekatkan mereka. | ||
“Bagaimana kalian belajar berenang? Kulihat kalian pandai sekali berenang, sementara aku baru saja mulai bisa berenang. “tanya Amri.
Bu Berangpun menjawab, “ Amri yang baik, tidak lama setelah lahir, semua berang-berang sudah bisa mulai berenang. Itu hal yang sangat mudah bagi kami. Bentuk badan kami cocok sekali untuk berenang. Kaki kami lebar sehingga mudah untuk mendorong air. Ekor kami juga seperti dayung yang memudahkan kami bergerak di dalam air. Kalau kamu memakai kacamata renang untuk melindungi mata agar tidak kemasukan air dan tetap dapat melihat di dalam air, kami pun mempunyai kacamata alami semacam itu. Mata kami mempunyai kelopak mata khusus yang tembus cahaya dan melindungi mata kami dari air. Lubang telinga dan hidung kami juga mempunyai penutup yang menjaga keduanya agar tidak kemasukan air.”
“Tahukah kalian bahwa aku juga bisa berenang lebih cepat jika memakai sepatu katak. Tetapi sepatu itu harus dibelikan oleh Ayahku sementara kalian sudah mempunyai alat semacam itu sejak lahir. Allah benar-benar telah menciptakan kalian dengan sifat-sifat dan bentuk tubuh yang kalian perlukan, “kata Amri.
“Benar sekali Amri! Pak Berang, jelaskanlah kepada kami tentang pembuatan bendungan?” tanya kakak Amri.
Pak Berang menjawab, “Untuk membuat bendungan, yang pertama kita lakukan adalah memasukkan batang-batang pohon yang besar ke dalam sungai. Setelah itu barulah batang-batang yang lebih kecil kami susun di atas batang yang besar tadi. Tetapi kita harus menyusunnya dengan kuat sebab kalau tidak aliran air yang deras akan mencabut dan menghanyutkannya. Untuk itu, kami harus membuat galian yang cukup dalam dan membuat pondasi yang kuat dengan batu-batu sehingga dasar bendungan ini menjadi kokoh. Bahkan, kami perlu bahan-bahan lain agar dasarnya tidak mudah hancur. Batang-batang pohon yang kami kumpulkan kami lekatkan satu sama lain dengan adonan khusus dari tanah liat dan dedaunan. Bahan tersebut tidak akan terterobos air dan mampu menahan aliran air yang cukup kuat.”
“Ow, begitu ... Kalau tidak demikian, tentu usaha kalian akan sia-sia, “ kata Amri.
1. Tumpukan kaya ini alam waktu dekat akan menjadi sarang berang-berang 2. Ketika membangun sarang, berang-berang sangat sibuk, membawa ranting-ranting kecil pada awalnya. Allah telah menciptakan makhluk ini sangat terampil dan cerdas. 3. Kemudian batang-batang yang lebih besar dikumpulkan oleh oekerja keras ini. 4. Berang-berang memakai lumpur untuk membangun sarang. Mereka merekatkan dedaunan dan kayu dengan lumpur itu. |
Ibu Berang menjawab, “ Benar Amri. Bendungan yang kami buat ini sangat kuat dan semakin hari semakin besar. Ketika bendungan makin besar, jumlah air yang terbendung juga semakin banyak. Setelah tiga bulan, seperti yang kamu lihat, sungai ini sudah menjadi waduk kecil. Namun ketika waduk semakin besar, kami harus memperkuat bendungan dan menutup kebocoran yang terjadi. Kami menggunakan ekor kami untuk menutup sela-sela batang pohon dengan adonan tanah liat dan dedaunan.
O ya, ada satu hal penting yang akan saya tunjukkan kepadamu. Coba perhatikan dengan baik bentuk bendungan yang kami kerjakan. Melengkung bukan? Bentuk seperti itu disebut cembung. Semua berang-berang membangun bendungan dengan bentuk cembung. Kami juga membuat kemiringan bendungan kira-kira 45 derajat.”
Sementara Bu Berang menjelaskan tentang bagaimana mereka membangun bendungan ... Yang paling mengejutkan bagaimana berang-berang mampu membuat bendungan seperti manusia. |
Penjelasan Pak dan Bu Berang semakin menambah kekaguman Amri. Dengan kagum ia mengomentari penjelasan tersebut.
“Darimana kalian memperoleh pengetahuan seperti itu? Guru kami pernah mengajak kami ke waduk. Beliau menjelaskan bahwa bendungan-bendungan yang dibuat manusia sekarang ini berbentuk cembung seperti yang kalian buat. Bentuk bendungan yang cembung adalah bentuk yang paling kuat untuk menahan tekanan air. Kemiringan 45 derajat juga akan memperkecil tekanan pada dinding bendungan.
Sementara Pak dan Bu Berang membangun bendungan, Hanif memperhatikan mereka denga kagum dan takjub. Ia penasaran, '' Bagaimana mereka mampu melakukannya?'' |
Bagaimana kalian tahu semua itu? Siapa yang mengajari kalian? Saya tahu bahwa bendungan dirancang oleh para insinyur. Kakak saya juga seorang insinyur, tetapi ia harus belajar bertahun-tahun dan pergi ke luar negeri untuk menjadi insinyur. Kalian tidak pernah sekolah, bagaimana kalian tahu segala sesuatu semacam itu? Apakah kalian mencoba-coba secara terus menerus? Atau adakah yang mengajari kalian?”
Inı adalah Darwin yang menjadi sumber pemikiran bahwa makhluk hidup bersama sifat-sifatnya muncul secara kebetulan. Berkat penjelasan Fatih dan buku-buku yang ia baca, Hanif segera paham bahwa pernyataan seperti itu tidak masuk akal. |
Kakak Amri menjawab,” Amri, tentu saja keluarga berang-berang tidak melakukan itu semua dengan kebetulan. Sebelumnya kamu pernah bertanya tentang seseorang yang bernama Darwin, kan? Dari buku-buku yang kamu baca, ada yang mengatakan bahwa binatang muncul dan memperoleh segala sifat-sifatnya dengan kebetulan. Ternyata pernyataan tersebut tidak didukung oleh bukti yang nyata. Penemuan dan pernyataan Darwin tersebut adalah kebohongan belaka.”
“Iya, aku mengerti yang Kakak maksudkan. Tentu tidak mungkin Pak dan Bu Berang mengetahui semua hal ini dengan kebetulan, “ kata Amri.
Pak Berang menambahkan, “Amri, seperti yang saya katakan tadi, kami telah mengetahui semua ini sejak lahir. Tentu saja kami tidak pergi ke sekolah dan melakukan percobaan-percobaan untuk dapat membangun bendungan. Kalau ada yang mengatakan bahwa keahlian kami ini kami peroleh secara kebetulan kamu bisa menanyakan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kalau perbuatan kami berdua adalah kebetulan, tentu berang-berang yang lain juga akan secara kebetulan membuat sarang dengan berbagai bentuk yang lain. Nyatanya semua berang-berang membangun sarang dengan bentuk dan cara yang sama. Apakah itu suatu kebetulan?
Kedua, ketika gigi-gigi depan kami mulai aus dan memendek, gigi tersebut akan memanjang kembali. Semua berang-berang juga mengalami hal yang sama. Jelas hal ini bukan suatu kebetulan.
Jadi, betulkah perkataan Darwin tadi. Kamu akan semakin mengerti bagaimana bendungan dibuat dengan bentuk cembung dan perhitungan apa saja yang diperlukan. Tanyalah kepada kakakmu."
"Betul sekali Pak Berang.Allahlah yang mengajarkan semua itu. Ibu pernah berkata bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui dan pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Allah telah mengajari kalian dan juga semua berang-berang lain di dunia ini. Inilah bukti bahwa tidak ada yang bisa menyamai pengetahuan Allah. Selain itu, aku mengerti bahwa Allah yang mengajari hewan lain sesuai dengan keistimewaan dan cara hidup masing-masing," sahut Amri.
"Betul Amri. Allah yang memberi kekuatan dan mencipta semua makhluk hidup. Ada satu ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hal ini:
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari jenis hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah meciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sehingga Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Surat An-Nuur: 45]