Bab 3: Agama Dan Sains Selalu Sejalan

Kaum materialis, dalam usaha merahasiakan kekalahan mereka oleh sains, sering mencari selamat melalui pelbagai metode propaganda. Yang terkemuka dari propaganda itu adalah klise "konflik antara sains dan agama", yang biasa digunakan oleh publikasi materialis. Sumber-sumber ini meliput kisah-kisah yang dimaksudkan untuk menghasut pembaca umum, dengan menyatakan bahwa sepanjang sejarah, agama selalu bertentangan dengan sains, dan bahwa sains dapat maju hanya jika agama disingkirkan.

Akan tetapi, tinjauan sekilas terhadap sejarah sains sudah cukup untuk menunjukkan kebohongan klaim ini.

Apabila kita menengok sejarah Islam, kita lihat bahwa sains diperkenalkan di Timur Tengah bersama Al Quran. Bangsa Arab pra-Islam memercayai segala macam takhayul dan desas-desus, dan tidak berusaha menyelidiki jagat raya atau alam. Dengan Islam, masyarakat ini menjadi ber-budaya, mulai menjunjung tinggi pengetahuan. Dengan mengamati perintah-perintah Al Quran, mereka mulai mencermati dunia di sekitarnya. Tidak hanya bangsa Arab, tetapi banyak negara lain, seperti Iran, Turki, dan Afrika Utara, mendapatkan pencerahan setelah memeluk Islam. Penggunaan akal sehat dan pengamatan yang diperintah-kan Al Quran membangkitkan peradaban besar di abad ke-9 dan ke-10. Banyak ilmuwan muslim yang hidup dalam periode ini membuat penemuan penting dalam sejumlah disiplin ilmu, seperti astronomi, matematika, geometri, dan kedokteran.

Pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam juga ditekankan dalam hadits Rasulullah saw. Ada banyak hadits yang mendorong kaum muslim untuk mencari pengetahuan dan menyebarkannya. Sebagian hadits itu berbunyi:

Orang yang berjalan dalam mencari ilmu, Allah memberi jalan baginya menuju surga.... Pelajaran adalah dari warisan Rasulullah saw., karena Rasulullah saw. tidak meninggalkan warisan kekayaan tetapi pengetahuan. Maka barangsiapa ikut serta di dalamnya akan mem-peroleh manfaat yang berlimpah-ruah.44

Orang yang beriman tidak pernah merasa puas untuk mencari ilmu; ia terus mencari ilmu hingga ajal tiba dan dapat masuk surga.45

Dikisahkan bahwa Rasulullah saw. biasa mengucapkan doa setalah shalat Shubuh, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima, dan ketetapan yang baik."46

Andalusia, yang berperan penting dalam alih pengetahuan ilmiah ke Eropa, di samping menghasilkan banyak ilmuwan muslim, juga merupakan tempat temuan-temuan revolusioner dan kemajuan ilmiah, terutama dalam bidang kedokteran. Dokter muslim tidak mengkhusus-kan diri pada satu bidang ilmu, tetapi meluaskan studi mencakup farmakologi, ilmu bedah, ilmu pengobatan mata, kebidanan, fisiologi, bakteriologi dan ilmu kesehatan. Salah satu dokter Andalusia yang terkemuka adalah Ibnu Juljul (?-992), yang melakukan studi mendalam terhadap tumbuhan obat, dan memberikan sumbangan besar dalam sejarah kedokteran serta tumbuhan obat. Dokter lainnya yang terkenal adalah Abu Ja'far bin Al Jazzar (?- 1009) dari Tunisia, yang menguasai ilmu terapi obat untuk mengatasi penyakit dan gejala tertentu. Dan dia menulis lebih dari 30 buku. Abdul Latif al Baghdadi (1162-1231) terkenal karena studinya dalam bidang anatomi. Ia mengoreksi kekeliruan yang dibuat di masa lalu dalam studi anatomis terhadap banyak tulang tubuh, seperti rahang dan tulang dada. Buku Baghdadi, Al Ifade ve'l Itibar, dipublikasikan kembali pada tahun 1788, dan diterjemahkan dalam bahasa Latin, Jerman dan Prancis. Bukunya, Makalatun fi'l Havas membahas panca indera.

"Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 28)

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Ali 'Imran, 3: 18)

Ahli anatomi muslim menentukan jumlah tulang dalam tengkorak manusia dengan tepat, dan menemukan keberadaan tiga ossicle, tulang-tulang kecil di telinga. Salah seorang ilmuwan muslim terkemuka yang bekerja dalam bidang anatomi adalah Ibnu Sina ( 980-1037), yang dikenal di Barat dengan nama Avicenna. Mempelajari matematika, geometri, fisika, ilmu alam, filosofi dan logika pada tahun-tahun awalnya, Ibnu Sina tidak hanya terkenal di Timur, tetapi juga di Barat. Karyanya yang paling populer adalah Al Qanun fi Al Tibb, yang dikenal sebagai The Canon of Medicine di Barat, ditulis dalam bahasa Arab dan setelah diterjemahankan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, menjadi buku teks di sekolah-sekolah Eropa sampai abad ke-17. Canon membahas penyakit dan obat dengan cara sistematis. Selain itu, Ibnu Sina menulis lebih dari 100 buku filosofi dan ilmu alam. Sebagian besar ilmu kedokteran yang terdapat dalam Canon masih diterima hingga hari ini.

Zakariya Qazwini menentang banyak kepercayaan salah kaprah tentang jantung dan otak yang telah dinyatakan sejak Aristoteles. Fakta yang diberikannya tentang jantung dan otak sangat dekat dengan pengetahuan kita dewasa ini.

Karya-karya Zakariya Qazwini, Hamdullah al Mustaufi Al Qazwini (1281-1350), dan Ibnu al Nafis dalam bidang anatomi, menjadi dasar bagi kedokteran modern. Sejak abad ke-13 dan ke-14, para ilmuwan ini menunjukkan hubungan antara jantung dan paru-paru; arteri membawa darah yang mengandung oksigen, dan vena membawa darah yang terdeoksigenasi; darah dioksigenasi di paru-paru, darah beroksigen yang kembali ke jantung dibawa ke otak dan organ tubuh lainnya melalui aorta.

Volume pertama buku Ali bin Isa (?- 1038) tentang penyakit mata yang disebut Tazkiratul Kahhalin fil Ain dan Emraziha, seluruhnya membahas anatomi mata dan mencakup informasi sangat terperinci. Karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Jerman.

Muhammad Ibnu Zakariya ar Razi (Rhazes) (865-925), Burhanuddin Nafis (?-1438), Isma'il Jurjani (?- 1136), Qutbuddin al Shirazi (1236-1310), Mansur Ibnu Muhammad, Abu al Qasim al Zahrawi (Albucasis), adalah sebagian kecil ilmuwan muslim yang terkenal karena studi mereka dalam bidang kedokteran dan anatomi.

world

Al Biruni adalah salah seorang ilmuwan muslim abad ke-11. Ia sudah mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun lebih dulu sebelum Newton.

Banyak pula ilmuwan muslim yang memberikan sumbangan besar untuk pelbagai disiplin ilmu selain kedokteran dan anatomi. Sebagai contoh, Al Biruni mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun sebelum Newton. Ali Kushchu, seorang ilmuwan abad ke-15, adalah orang pertama yang membuat peta bulan, dan suatu daerah di bulan telah dinamai dengan namanya. Tsabit ibn Qurrah (Thebit), yang hidup pada abad ke-9, menemukan kalkulus diferensial berabad-abad sebelum Newton. Battani, ilmuwan abad ke-10, adalah pengembang pertama trigonometri. Abul Wafa Muhammad al Buzjani mengenalkan "tangen-kotangen, sekan-kosekan" pada trigonometri untuk pertama kalinya. Al Khawarizmi menulis buku aljabar pertama pada abad ke-9. Al Maghribi menemukan persamaan yang saat ini dikenal sebagai Segitiga Pascal, sekitar 600 tahun sebelum Pascal. Ibn al Haitsam (Alhazen) yang hidup pada abad ke-11, adalah penemu optik. Roger Bacon dan Kepler menggu-nakan karyanya, dan Galileo menemukan teleskop dengan merujuk mereka. Al Kindi (Alkindus) mengenalkan fisika relatif dan teori rela-tivitas 1100 tahun sebelum Einstein. Syamsuddin, yang hidup sekitar 400 tahun sebelum Pasteur, adalah orang pertama yang menemukan kebe-radaan kuman. Ali Ibnu al Abbas yang hidup di abad ke-10 adalah orang yang pertama melakukan operasi bedah kanker. Pada abad yang sama, Ibnu Al Jirr memperkenalkan metode perawatan lepra. Para ilmuwan muslim — hanya sebagian kecil yang disebutkan di sini — membuat penemuan-penemuan penting yang menjadi pondasi bagi sains modern.

Bila kita memerhatikan peradaban Barat, kita lihat kedatangan sains modern disertai dengan keyakinan kepada Tuhan. Abad ke-17, yang dikenal sebagai "zaman revolusi ilmiah", dipenuhi ilmuwan yang memiliki tujuan utama untuk mengeksplorasi jagat raya dan alam yang diciptakan Allah. Semua lembaga ilmiah yang didirikan di pelbagai negara, seperti Inggris dan Prancis, bertujuan utama "mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menemukan hukum-hukum-Nya". Kecenderungan yang sama terjadi juga pada abad ke-18. Beberapa ilmuwan yang terkenal dengan kepercayaan mereka terhadap Tuhan, dan yang memberikan sumbangan penting bagi dunia sains, adalah Newton, Kepler, Copernicus, Bacon, Galileo, Pascal, Boyle, Paley, Cuvier, dan lain-lain (untuk keterangan lebih lanjut, silakan buka bab "Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan Tuhan ").

ali kuscu, moon

Ali Khuschu, seorang ilmuwan abad ke-15 adalah orang pertama yang membuat peta bulan, dan satu daerah di bulan dinamai dengan namanya.

Para ilmuwan ini percaya kepada Tuhan dan meng-amalkan sains dengan inspirasi yang diperoleh dari keima-nan mereka. Salah satu indikasi terbaik untuk hal ini adalah "Bridgewater Treatises", serangkaian penerbitan yang dike-luarkan di Inggris pada awal abad ke-19. Sejumlah ilmuwan melakukan riset dalam pelbagai disiplin ilmu, dan meng-gambarkan objek studi mereka sebagai "tanda-tanda kese-larasan dan aturan yang diciptakan Tuhan di alam dan jagat raya". Metode yang digunakan oleh para ilmuwan ini dikenal sebagai "Teologi Alami", yang berarti "Mengenal Tuhan melalui alam".

Adalah buku William Paley, Natural Theology: Evidences of Existence and Attributes of the Deity, Collected From the Appearances of Nature, (Teologi Alami: Bukti Keberadaan dan Atribut Tuhan, Dikumpulkan dari Fenomena-Fenomena Alam), diterbitkan pada tahun 1802, yang memelopori "Bridgewater Treatises". Dalam buku ini, Paley memberikan contoh rancangan pada makhluk hidup yang menunjukkan pengetahuan anatomi secara menyeluruh.

Dengan menjadikan karya Paley sebagai model, dikeluarkan seruan kepada anggota terpilih dari Royal Society of London. Selanjutnya diarahkan bahwa mereka yang terpilih harus ditunjuk untuk menulis, mencetak, dan menerbitkan seribu salinan dari sebuah karya yang mengkaji kekuasaan, kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan sebagaimana terwujud dalam penciptaan yang menggambarkan karya seperti itu berdasarkan segenap argumen yang logis, misalnya, keberagaman dan pembentukan makhluk-makhluk Tuhan, pada binatang, tumbuhan dan dunia mineral; efek pencernaan dan proses pengubahan; konstruksi tangan manusia, dan pelbagai argumen lain yang tanpa batas; di samping juga berdasarkan temuan-temuan kuno dan modern dalam seni, sains, dan seluruh literatur modern."

Imbauan untuk mengkaji tanda-tanda keberadaan Tuhan telah dijawab oleh banyak ilmuwan yang menghasilkan kajian-kajian sangat berharga. Karya mereka sebagai hasilnya adalah sebagai berikut:

(1) "The Adaptation of External Nature to the Moral and Intellectual Constitution of Man", oleh Thomas Chalmers (1833)

(2) "Chemistry, Meteorology, and Disgestion", oleh William Prout, M. D (1834)

(3) "History, Habits, and Instincts of Animals", oleh William Kirby (1835)

(4) “The Hand as Evincing Design”, oleh Sir Charles Bell (1837)

(5) “Geology and Mineralogy”, oleh Dean Buckland (1837)

(6) “The Adaptation of External Nature to the Physical Condition of Man”, oleh J. Kidd, M. D ( 1837)

(7) “Astronomy and General Physics”, oleh Dr. William Whewell (1839)

(8) “Animal and Vegetable Physiology”, oleh P. M. Roget, M. D. (1840).

michael denton

Michael Denton

"Bridgewater Treatises" hanya satu contoh pertemuan agama dan sains. Pendorong utama di belakang banyak studi ilmiah, yang dilakukan baik sebelum maupun setelah pekerjaan itu, adalah untuk mengetahui alam semesta yang diciptakan Tuhan, sehingga dapat memahami kemahakuasaan-Nya

Penyimpangan masyarakat ilmiah dari tujuan semula disebabkan oleh dominasi filosofi materialis dalam budaya Barat abad ke-19, yang muncul akibat suatu kondisi sosial dan politis. Proses ini menemukan ekspresi totalnya di dalam teori evolusi Darwin, yang bertentangan dengan pandangan sebelumnya, dan mencapai klimaks sains dan agama sebagai dua sumber pengetahuan yang saling bertolak belakang.

Mengacu pada perkembangan ini, peneliti Inggris, Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln, mem-buat komentar ini:

Bagi Isaac Newton, satu setengah abad sebelum Darwin, sains tidak terpisah dari agama, justru sebaliknya, menjadi satu aspek dari agama, dan akhirnya tunduk padanya. …Tetapi sains di masa Darwin menjadi sumber makna al-ternatif, memisahkan diri dari konteks yang menjadi tem-patnya sebelumnya dan menetapkan dirinya sebagai sai-ngan absolut. Akibatnya, agama dan sains tidak lagi beker-ja selaras, tetapi berdiri saling berseberangan, dan manusia semakin dipaksa untuk memilih di antara keduanya.47

Namun, dewasa ini, konflik yang direkayasa antara agama dan sains terbukti bertentangan dengan temuan-temuan sains sendiri. Agama menyatakan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan, dan sains telah menemukan bukti untuk fakta itu. Agama mengajarkan kepada kita bahwa makhluk hidup diciptakan Tuhan, dan sains telah memberi kita buktinya dalam desain yang ditemukan pada makhluk hidup. Di akhir bukunya, Natural Destiny, Michael Denton menulis: "Sains, yang selama berabad-abad menjadi sekutu ateisme dan skeptisisme, di hari-hari terakhir milenia kedua, pada akhirnya menjadi apa yang sangat didambakan oleh Newton dan para pendukung-nya semula - pembela keimanan antroposentrik.48

scientific american

Scientific American September 1999

Kesimpulan yang diperoleh sains telah membantu menguatkan keyakinan para ilmuwan terhadap Tuhan. Ahli biokimia terkemuka, Michael Behe, mengacu pada fakta ini ketika mengatakan "Secara kebetulan, ilmuwan yang percaya kepada Tuhan atau sebuah realitas di luar alam jauh lebih umum daripada kisah-kisah media populer yang menyesatkan. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa angka 90% dari populasi umum yang percaya kepada Tuhan sangat berpengaruh bagi para ilmuwan."49

Dihadapkan pada kesimpulan yang dicapai sains, yang bisa dilakukan materialis hanya-lah melakukan taktik penekanan, dan ber-usaha mengintimidasi masyarakat ilmiah lainnya. Di Barat, seorang ilmuwan harus memenuhi syarat tertentu agar dapat di-promosikan, menerima gelar MD. atau Ph.D., atau agar artikelnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Syarat pertama yang diwajibkan adalah menerima teori evolusi secara mutlak. Karena alasan ini, sebagian ilmuwan terpaksa mendukung mitos Darwin yang mungkin sebenarnya mereka tolak, dengan tak mengindahkan tanda-tanda penciptaan. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan majalah Scientific American pada bulan September 1999, berjudul "Ilmuwan dan Agama di Amerika", sosiolog dari Universitas Washington, Rodney Stark, mengemukakan tekanan terhadap ilmuwan ini:

Sudah berjalan selama 200 tahun, jika Anda ingin menjadi ilmuwan, Anda harus membebaskan pikiran dari be-lenggu agama. Dalam universitas yang melakukan peneli-tian, orang-orang beragama menutup mulut, dan orang-orang tak beragama melakukan diskriminasi. Ada sistem penghargaan untuk menjadi torang yang idak beragama di kalangan elite. 50

Sisi lain pergulatan sistematis yang dipaksakan oleh materialis terhadap sains adalah metode propaganda yang kita sebutkan di awal. Pusat propaganda ini adalah semboyan seperti "agama bertentangan dengan sains", atau "sains harus menjadi materialis". Sekarang, mari kita lihat mengapa klaim ini tidak logis dan tidak bisa bertahan.

Reaksi Gereja Abad Pertengahan terhadap Para Ilmuwan

Lingkungan antiagama biasanya mengadakan praktik-praktik dan reaksi Gereja Abad Pertengahan sebagai senjata melawan agama. Dikatakan bahwa Gereja memperlambat peradaban dan menimbulkan kesengsaraan parah di Eropa. Tersirat di dalamnya adalah usaha untuk menghubungkan Gereja Abad Pertengahan dengan agama, dan untuk me-nyampaikan pesan "jika agama berpengaruh, kita akan terkubur dalam kegelapan abad pertengahan". Namun agama sejati tidak dicerminkan dalam praktik-praktik dan reaksi Gereja Katolik.

Gereja Katolik, dengan mengabaikan kebenaran yang dibawa Nabi Isa, mengadopsi praktik-praktik ibadah tertentu yang menyimpang dari agama. Sains sudah pasti menderita tekanan hebat di tangan Gereja, yang telah dikuasai oleh para pendeta yang hanya melayani minat khusus segelintir orang, sehingga sepenuhnya memisahkan diri dari sumber ketuhanannya. Namun perkembangan sejarah ini tidak bisa dikaitkan dengan agama Islam. Islam didasarkan bukan pada takhayul tentang pemuka agamanya, melainkan hanya pada Al Quran, yang merupakan firman Allah.

Middle Ages, the Inquisition,

Gereja Katolik, dengan mengabaikan kebenaran yang dibawa Nabi Isa, mengadopsi praktik-praktik ibadah tertentu yang menyimpang dari agama. Bahkan, para ilmuwan seperti Galileo menghadapi reaksi keras dari Gereja. Gambar ini menunjukkan Galileo sedang dimintai keterangan dalam pengadilan.

Contoh menarik yang menunjukkan sikap kaku Gereja Katolik ini tidak berhubungan dengan keimanan, adalah bahwa ilmuwan seperti Galileo yang diperlakukan kejam oleh Gereja sesungguhnya orang yang beriman. (Keimanan ilmuwan ini akan dikaji lebih terperinci pada bagian kedua buku ini). Contoh ini sekali lagi menunjukkan bahwa tekanan agama terhadap sains bukan konsekuensi keimanan, melainkan hanya penyimpangan agama.

Kritik yang Didasarkan pada Bibel dan Taurat

Sejumlah materialis yang ingin mencitrakan agama dan sains sebagai dua hal yang bertentangan, tidak hanya mengutip contoh dari praktik-praktik Gereja Katolik, tetapi juga mengutip ayat-ayat tertentu dari Taurat, atau Injil, untuk menunjukkan bagaimana kitab-kitab itu bertentangan dengan temuan ilmiah. Namun, ada satu kebenaran yang tidak dapat mereka abaikan atau berpura-pura tidak tahu: Injil dan Taurat adalah kitab yang sudah mengalami perubahan isi. Keduanya banyak berisi takhayul yang disusun oleh manusia. Karena itu, salah besar jika meng-anggap kitab-kitab ini sebagai sumber acuan dasar agama.

Al Quran, di lain pihak, adalah wahyu dari Tuhan yang tidak pernah diubah sedikit pun; satu huruf pun tidak. Karenanya, tidak ada perten-tangan atau kesalahan dalam Al Quran. Semua fakta yang dinyatakan Al Quran sejalan dengan temuan-temuan sains. Lebih dari itu, banyak fakta ilmiah yang baru bisa diketahui dewasa ini sudah diberitakan oleh Al Quran kepada manusia sejak 1.400 tahun yang lalu. Ini adalah mukjizat penting Al Quran, dan merupakan salah satu bukti bahwa kitab itu berisi firman Allah. (Beberapa fakta ilmiah yang ditunjukkan dalam Al Quran akan dibahas pada bab-bab selanjutnya).

Menyadari ini, materialis tidak mampu mengutip ayat Al Quran untuk tujuan mereka, tetapi hanya mengutip Bibel atau Torah untuk menyatakan pandangan anti agama mereka.

Klaim bahwa "Sains Pasti Menjadi Materialis"

Alat propaganda lain yang digunakan ilmuwan adalah kalimat klise bahwa "Sains mempelajari materi saja, karenanya sains pasti menjadi materialis".

Sebenarnya ini tak lebih dari permainan kata-kata, dan orang-orang yang mau berpikir pasti akan menyadarinya. Memang benar sains mempelajari materi saja, tetapi tidak berarti sains harus menjadi materialistis; karena "mempela-jari materi" dan "menjadi materialis", adalah dua hal yang sangat berbeda.

Ketika kita mempelajari materi, kita menyimpulkan bahwa materi ini mengandung pengetahuan dan desain yang terlalu agung untuk muncul dengan sendirinya. Kita dapat menghayati bahwa pengetahuan dan desain ini diciptakan dengan sadar oleh suatu Zat yang sangat cerdas, meskipun kita tidak bisa melihat-Nya. Mari kita per-timbangkan, misalnya, sebuah gua yang kita tidak pernah tahu apakah ada atau tidak ada orang lain yang memasuki-nya sebelum kita. Ketika kita memasukinya dan melihat lukisan sempurna dan mengesankan pada dinding gua, maka kita menyimpulkan "pasti ada zat cerdas yang pernah datang ke gua itu sebelum kita, yang jelas telah menghasilkan karya tersebut". Kita memang tidak pernah melihat zat cerdas itu, tetapi kita mengakui keberadaannya dari karya-karyanya.

mağara

Ketika kita memasuki sebuah gua dan melihat lukisan sempurna yang mengesankan pada dinding gua, maka kita menyimpulkan “pasti ada zat cerdas yang pernah datang ke gua itu sebelum kita, yang telah menghasilkan banyak karya tersebut.” Kita memang tidak pernah melihat zat cerdas itu, tetapi kita mengakui keberadaannya melalui karya-karyanya.

Dengan cara inilah sains mempelajari alam, dan menemukan bahwa ada suatu keteraturan di alam yang sama sekali tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor material, dan bahwa desain ini hanya bisa diwujudkan melalui kebijakan super-material. Dengan kata lain, dunia materi penuh dengan tanda-tanda nyata kekuatan dan kekuasaan kreatif Tuhan.

Pendekatan Materialis yang Dogmatis dan Keras Kepala

Robert Shapiro

Robert Shapiro

Orang yang menganut suatu pandangan, bebas untuk menguji apakah pandangan tersebut dapat dibuktikan dengan fakta ilmiah, dan melakukan riset ilmiah untuk tujuan tersebut. Sebagai contoh, seseorang dapat menyatakan bahwa dunia itu datar, dan melakukan riset untuk mendukung pernyataannya. Yang penting adalah bagaimana orang ini menilai data ilmiah yang dihimpunnya. Seorang ilmuwan yang meng-evaluasi temuan ilmiahnya secara objektif, tidak akan mampu menemukan bukti bahwa bumi itu rata, sebaliknya, dia akan menemukan banyak bukti bahwa bumi berbentuk bulat. Dalam hal ini, yang harus dilakukan orang itu adalah mengakui kebenaran tanpa prasangka, dan melepaskan kepercayaannya semula.

Hal yang sama berlaku juga untuk materialisme. Sains telah mem-buktikan bahwa materi tidak mutlak, tetapi mempunyai permulaan. Lebih dari itu, telah ditunjukkan bahwa ada rancangan mencengangkan di alam. Oleh karena itu, ilmuwan materialis yang mempelajari materi sudah melihat bahwa teori mereka tidak sesuai, dan bahwa kebenarannya bertolak-belakang dengan klaim mereka.

Namun anehnya, orang-orang seperti itu mempertahankan ketaatan buta terhadap materialisme, seraya memperlihatkan kegigihan yang me-ngejutkan dalam berpegang pada "kepercayaan" mereka. Seorang ahli genetika dari Harvard, Richard Lewontin, seorang materialis terkenal dan evolusionis, mengemukakan pembelaannya terhadap materialisme dogmatis yang dianutnya dengan kata-kata berikut:

Bukan metode dan institusi sains yang memaksa kami menerima pen-jelasan material untuk dunia fenomenal, tetapi sebaliknya, kami dipaksa oleh kesetiaan apriori pada sebab-sebab material untuk menciptakan suatu piranti penyelidikan dan satu set konsep yang menghasilkan pen-jelasan material, tak peduli betapapun bertentangan dengan intuisi, tak peduli betapapun membingungkan bagi orang awam. Lebih dari itu, materialisme adalah kemutlakan, sehingga kami tidak bisa membiarkan unsur ketuhanan masuk.51

Di sini, Lewontin benar-benar melukiskan pemikiran semua materialis. Sebagaimana diakuinya, materialis meng-anut ideologi materialis dulu di atas segalanya, kemudian mencari bukti untuk mendukung ideologi mereka. Dengan kata lain, materialisme bukanlah suatu kesimpulan yang dicapai kaum materialis melalui riset ilmiah, melainkan prasangka yang mereka bebankan terhadap sains.

Gagasan yang sama terkandung juga di dalam kata-kata evolusionis lain. Dalam bukunya, Origin: A Skeptic's Guide to Creation of Life on Earth, evolusionis terkenal Robert Shapiro menegaskan komitmennya pada teori evolusi dengan pernyataan berikut:

Mungin akan tiba masanya ketika semua percobaan kimia yang rasional untuk menemukan asal-usul kehidupan mengalami kegagalan total. Lebih lanjut, bukti geologis yang baru mungkin menunjukkan bahwa kehidupan di bumi muncul secara tiba-tiba. Akhirnya, bisa jadi telah kita jelajahi seluruh alam semesta tetapi tidak menemukan jejak kehidupan, atau proses menuju kehidupan selain di bumi. Jika demikian, sebagian ilmuwan akan berpaling pada agama untuk mendapatkan jawaban. Tetapi lainnya - termasuk saya- akan berusaha memilah penjelasan ilmiah yang tersisa walaupun kemungkinannya kecil, dengan harapan dapat memilih salah satu yang lebih mungkin dibandingkan lainnya.52

Di sini, apa yang dimaksud Shapiro ketika dia menyebutkan "penjelasan ilmiah" sebenarnya adalah "penjelasan materialisme". Ketaatan buta terhadap materialisme telah menyebabkan Shapiro — dan ribu-an orang lain seperti dia — tetap mempertahankan ketidakpercayaan fanatis. Apa yang sebenarnya mereka katakan adalah, "bukti apa pun yang diajukan, kami tidak akan percaya kepada Tuhan".

Yang menarik, "penyakit" ini tidak hanya diderita para materialis masa kini. Dalam Al Quran, Allah meng-ungkapkan pengetahuan penting tentang orang-orang yang sudah memutuskan untuk tetap tidak percaya. Sebagai con-toh, bangsa Mesir, yang berkata, "Pertanda apa pun yang engkau bawa untuk memikat kami, kami tidak akan memer-cayaimu" kepada Nabi Musa, yang telah menunjukkan sejumlah keajaiban. Mereka memiliki kecenderungan yang sama dengan materialis saat ini. Allah menggambarkan orang-orang ini sebagai:

"Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". (Q.S. Al An'aam, 6: 25)

"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesung- guhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka datang sesuatu mu'jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat itu hanya berada di sisi Allah". Dan adakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu'jizat datang mereka tidak akan beriman." (QS. Al An'aam, 6: 109)

owl

Setiap makhluk diciptakan Allah dengan keserasian luar biasa dan rancangan sempurna. Mencermati rancangan pada bulu burung hantu, atau mengamati cara terbangnya yang begitu lihai pada malam hari, seseorang yang menggunakan akal dan mengikuti nuraninya akan melihat dan meyakini kekuasaan serta pengetahuan abadi Allah.

parrots

Catatan Kaki

44. Al-Kulayni, Usul al-Kafi, i, kitab fadl al-'ilm, bab thawab al-'alim wa al-muta'allim, hadith 1

45. Tirmidhi, 222

46. Tirmidhi, 2487, Ahmad and Ibn Majah, narrated by Umm Salamah

47. Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, The Messianic Legacy, Gorgi Books, London:1991, pp.177-178

48. Michael Denton, Nature's Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998, p. 389

49. Michael J.Behe, Darwin's Black Box, New York: Free Press, 1996, p.239

50. Edward J. Larson and Larry Witham, Scientists and Religion in America, Scientific American, September 1999, p. 81

51. Richard Lewontin, The Demon-Haunted World, The New York Review of Books, January, 9, 1997, p.28

52. Michael J.Behe, Darwin's Black Box, New York: Free Press, 1996, p.234

BAGIKAN
logo
logo
logo
logo
logo
Unduhan
  • Pendahuluan
  • Bab 1: Agama Mendorong Sains
  • Bab 2: Agama Membimbing Sains Pada Jalan Yang Benar
  • Bab 3: Agama Dan Sains Selalu Sejalan
  • Bab 4: Keajaiban Ilmiah Al Quran
  • Bab 5: Ilmuwan Yang Meyakini Keberadaan Tuhan (1/2)
  • Bab 5: Ilmuwan Yang Meyakini Keberadaan Tuhan (2/2)
  • Kesimpulan