Allah memerintahkan manusia untuk menyelidiki dan merenungi keberadaan langit, bumi, gunung, bintang, tumbuhan, binatang, pergantian siang dan malam, penciptaan manusia, hujan dan ciptaan-ciptaan-Nya yang lain. Dengan begitu, manusia akan menyadari keindahan ciptaan-ciptaan Allah di sekitarnya dan pada akhirnya mengenali Allah sebagai Zat yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya.
Sementara, “sains” memberikan jalan untuk dapat mengkaji alam semesta dan seluruh isinya ini agar menemukan keindahan dan memahami ciptaan-ciptaan-Nya. Karenanya, agama mendorong sains, menjadikannya sarana untuk mempelajari seluk-beluk ciptaan-ciptaan Allah.
Agama tidak hanya mendorong dilakukannya riset-riset tentang sains, tetapi juga mengarahkannya – dengan didukung oleh fakta-fakta yang terdapat di dalam Al Quran – agar hasilnya meyakinkan dan tepat guna. Sebab, agama merupakan sumber satu-satunya yang bisa menyediakan jawaban yang jelas dan akurat tentang bagaimana kehidupan dan alam semesta berawal.
Ada sebuah fakta yang sangat penting untuk diperhatikan: sains hanya akan mampu menghasilkan penemuan yang tepercaya jika sains mengambil penyelidikan tanda-tanda adanya penciptaan atas alam semesta sebagai tujuan utamanya, dan tetap konsisten pada tujuan utamanya tersebut. Sains akan dapat mencapai tujuan utamanya tersebut dalam waktu singkat hanya jika ia ditunjukkan kepada arah yang benar, yaitu hanya jika ia dibimbing dengan benar.