Seperti yang kita pahami dari ayat, “ orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri” (al-Sajdah: 15), bahwa salah satu keadaan keimanan terpenting adalah kesederhanaan. Oleh karena itu, seperti yang dijelaskan ayat tersebut, mu’min itu selalu sederhana, menyadari bahwa Allah tidak akan mencintai siapapun yang sombong (al-Nisâ: 36).
“Adapun hamba-hamba Tuhan (Allah) yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, Salam.”(al-Furqan: 63)
Moralitas (akhlâq) Islam menuntut ketundukkan pada Allah, dan ketundukkan menuntut pengakuan atas kelemahan seseorang. Orang-orang mu’min, yang mengakui bahwa segalanya milik Allah dan bahwa dirinya lemah dan membutuhkanNya, juga akan bersikap sederhana terhadap hamba Allah yang beriman lainnya. Bersikap sombong bertentangan dengan keyakinan, dan Rasulullah saw.menyuruh orang-orang mu’min agar rendah hati dan memperlakukan sesama layaknya saudara, sebagaimana dalam hadits:
Janganlah saling iri, menaikkan harga sesuau kepada orang lain, saling membenci, saling berpaling, dan janganlah saling merendahkan harga jual, tetapi jadilah dirimu. Hai hamba-hamba Allah, bersaudaralah. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menindas maupun menjatuhkanya, membohongi atau mencelanya. Kesalehan ada di sini–Nabi saw. menunjuk dadanya tiga kali. Cukup jahat bagi seseorang yang memandang rendah (hina) saudaranya sesame Muslim.(H.R. Muslim)
Kesombongan dan kesederhanaan terlihat terutama pada hubungan manusia. Sikap iblis, sebagaimana diceritakan dalam Qur’ân, menjelaskannya dengan sangat baik. Iblis menolak bersujud pada Nabi Adam. Menyadari akan kemahabesaran Allah, tidak masuk akal baginya secara terang-terangan mengakui kebesaran Adam di atas Allah. Tetapi, menyakiti adalah kebanggannya. Kepada Nabi Adamlah iblis menunjukkan keangkuhan, dan dengan demikian menampakkan sikap pembangkangannya kepada Allah.
Oleh sebab itu, kesombongan yang merupakan dosa terhadap Allah, terlihat pada hubungan seseorang dengan yang lain, demikian pula dengan kesederhanaan. Orang-orang mu’min menunjukkan ketundukkan mereka pada Allah dengan bersikap sederhana terhadap hambaNya yang lain. Menyadari bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas sifat-sifat mereka, mereka bersyukur pada Allah, dan tidak pernah lupa bahwa Allah mungkin akan menariknya kembali kapanpun. Takut akan hukuman dari sang Pencipta dan Pemilik kekuasaan, mereka berlindung pada tak satupun selainNya. Ketundukan dan ketakutan orang-orang mu’min kepada Allah ini, diceritakan dalam ayat sebagai berikut:
“Katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang dapat melindungimu dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain diriNya.”(al-Jinn: 22)